"Suamiku."
Keyra menyambut kedatangan Miguel dari pulang kerja dengan masih berakting sebagai istri yang baik, menatap pria itu dengan penuh cinta lalu mencium tangan Miguel dengan lembut dan mengambil tas kerja serta jas sang suami sebelum kemudian menyampirkannya di lengan.
Tindakannya tersebut sangat manis dan penuh perhatian, membuat orang yang melihat benar-benar mengira bahwa perempuan itu sangat mencintai suaminya.
Sebagai balasan, Miguel mengecup lembut kening gadis di depannya tersebut dan membalas senyumannya dengan senyum tak kalah manis.
"Apakah kamu lelah? Aku akan menyiapkan air panas untukmu, Suamiku."
Keyra kini berjalan pelan di samping Miguel menuju kamar mereka di lantai atas.
Miguel yang menyampirkan tangannya di pundak perempuan yang tinggi badannya hanya sepundak pria itu, mengangguk.
Keduanya saling berpandangan dengan penuh cinta seakan bunga-bunga bermekaran di sekitar mereka.
"Terima kasih banyak atas perhatianmu, Istriku. Mandi air panas sepertinya sangat cocok untuk menghilangkan pegal-pegal di tubuhku," jawab Miguel dengan ekspresi manis ala Milo.
Saudara kembarnya.
Dulu Miguel selalu memandang dengan sinis tiap kali melihat bagaimana cara Milo memperlakukan Keyra, di mana saudara kembarnya tersebut tiba-tiba menjadi pria romantis yang menurut dirinya terlihat lembek dan menggelikan.
Kini Miguel tak menyangka, bahwa berlaku lembut dan manis kepada wanita ternyata tak seburuk yang dia kira.
Keyra mendongak sambil kembali melayangkan senyuman ketika menatap Miguel, bersikap selayaknya pasangan suami istri yang sedang kasmaran, meskipun dalam hati dia menjerit keras ingin memukuli pria yang kini memeluk pundaknya tersebut.
Mereka berdua berakting dengan sangat sempurna sebagai pasangan suami istri yang saling mencintai karena keduanya sadar bahwa gerak gerik mereka saat ini sedang diawasi oleh Ibu mertua Keyra yang saat ini sedang duduk santai sambil membaca buku di ruang tengah tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Sang ibu mertua yang melihat betapa manis dan romantisnya hubungan mereka, tersenyum sendiri.
"Sepertinya aku memang yang harus pergi sebentar agar mereka bisa bebas berbulan madu di rumah ini."
Perempuan setengah baya tersebut mengangguk sendiri.
Tadi siang teman-temannya menawari untuk ikut berpelesir keliling dunia, ibu Miguel awalnya menolak tawaran tersebut karena menghawatirkan pernikahan putranya, tapi melihat kemesraan yang mereka tampakkan, sepertinya pilihan tepat adalah pergi berkeliling dunia.
Nyonya Besar itu berharap mendapatkan kabar baik setelah pulang plesir bersama teman-temannya tersebut, seperti kabar kehamilan Keyra, misalnya.
"Ah aku sudah tidak sabar untuk menimang cucu, apakah mereka akan mendapatkan bayi-bayi lucu yang kembar seperti ayahnya?"
Ibu Miguel menyusut air di sudut matanya, mendoakan pernikahan mereka bahagia.
"Semoga Keyra tidak pernah tahu bahwa saat ini, yang menjadi suaminya bukanlah Milo," bisik wanita paruh baya itu dengan penuh harap.
***
"Air panasnya sudah siap, silakan mandi dan beristirahat, Suamiku."
Di dalam kamar, Keyra masih menjalankan lakonnya sebagai istri sempurna yang mencintai suaminya.
Dia bahkan menyiapkan air panas untuk mandi pria yang telah membohongi dirinya tersebut.
Miguel yang melihat wajah sang istri berbinar cerah tiap kali menatap dirinya,
tanpa mengatakan apa pun berjalan masuk ke dalam kamar mandi di mana Keyra sudah menyiapkan air hangat untuknya."Apakah dia tak sabar untuk malam pertama? Kenapa tingkahnya manis sekali? Aku jadi merasa bersalah karena menunda melakukan malam pertama."
Miguel berkata sendiri sambil membenamkan tubuhnya dalam bathtub berisi air hangat dan busa sabun.
Pria itu mengira bahwa tindakan Keyra ini karena sang istri sudah tak sabar melakukan malam pertama mereka, Miguel tiba-tiba menyesal karena menghabiskan seharian ini bekerja di kantor kalau saja tahu bahwa Keyra sudah tak sabar menunggu dirinya.
"Apakah kita harus minum-minum dulu agar kami berdua rileks satu sama lain? Ini pasti pertama kalinya bagi gadis itu, 'kan? Aku mendengar dari Milo kalau mereka tak pernah melakukan hal-hal intim selama pacaran selain ciuman. Bagaimana ini?"
Di dalam kamar mandi, Miguel dilanda dilema karena merasa bersemangat sekaligus bersalah karena telah mengambil keperawanan gadis yang merupakan kekasih saudara kembarnya sendiri tersebut.
Namun, di sisi lain dia juga tak sabar untuk memiliki Keyra seutuhnya, meski pun saat ini dia harus menyamar menjadi saudara kembarnya sendiri.
Miguel kembali dari kamar mandi dengan jantung sedikit bergetar kencang, apalagi saat tatapannya terarah pada Keyra yang saat ini sedang duduk di kursi, membaca buku.
Paha mulus gadis itu sedikit tersingkap karena posisi duduknya yang menyilangkan kaki, leher jenjangnya yang putih bersih seperti batu giok membuat Miguel tanpa sadar menelan ludah.
Apalagi ketika tatapannya terarah pada dua gundukan yang menyembul di balik baju santai yang dia pakai.
Sesuatu di dalam diri Miguel bangkit, tiba-tiba merasa penuh gairah.
Miguel, dengan sikap santai berjalan mendekati istrinya tersebut.
Dia sedikit membungkuk dan menempelkan tangannya yang besar di pipi mungil Keyra lalu berbicara dengan suara rendah.
"Istriku, ini masih sore, apakah kamu sudah tidak sabar untuk ...."
Keyra dengan gerakan anggun, menyingkirkan tangan besar Miguel dari pipinya dan berkata dengan suara tegas seraya menatap tengah mata pria di depannya tersebut.
"Aku ingin bercerai."
Mata Miguel berkedip satu kali, otaknya seperti buntu saat mendengar kalimat tak terduga dari mulut istrinya tersebut.
Sikap manis istrinya kini berubah seratus delapan puluh derajat.
Keyra berdiri dari duduknya dan berjalan dengan angkuh menjauh dari Miguel, kedua tangan wanita cantik itu terlipat di dada dengan dagu sedikit terangkat.
"Kita hentikan sandiwara ini, aku mau kita bercerai sekarang juga, Suamiku," tandasnya dengan suara sinis.
Miguel masih tidak menjawab ucapan Keyra tersebut, hanya memandang sang istri dengan kening berkerut.
"Apa maksudmu?'
Keyra menarik napas panjang dan menatap penuh kebencian pada pria yang kini hanya memakai handuk untuk membalut tubuh bagian bawahnya tersebut lalu berkata lagi.
Membenci kepura-puraan yang terus dipertahankannya sampai akhir.
"Aku sudah tahu semuanya. Kamu bukan Milo, orang yang seharusnya menjadi suamiku, tapi El, saudara kembarnya. Aku tidak bisa meneruskan pernikahan penuh tipuan ini, Tuan Miguel yang Terhormat," dengus Keyra dengan bibir terkatup rapat.
Dirinya menahan amarah yang sejak siang membakar dada saat menemukan beberapa bukti bahwa Miguel bukan hanya menipunya sejak pernikahan, tapi jauh sebelum mereka saling mengucapkan janji suci tersebut.
Hati Keyra benar-benar sakit dan tak bisa menerima kenyataan ini.
"Kamu tahu dari mana kalau aku bukan Milo?"
Miguel, yang menemukan kembali ketenangannya, bertanya dengan ekspresi santai.
Seakan menertawakan Keyra.
Keyra mengepalkan kedua tangan dengan erat, bertekad untuk menyerang pria tersebut dan mencakar-cakar wajah orang yang menjadi suaminya tersebut untuk mengurangi keputus asaan yang menumpuk di dadanya.
"Kamu ...!"
Keyra belum sempat melampiaskan amarahnya ketika sebuah ketukan di pintu, mengganggu pembicaraan mereka.
Seorang pembantu muncul dari depan pintu yang sedikit terbuka, menunduk dengan sopan.
"Tuan, Nyonya. Nyonya besar sudah menunggu di meja makan untuk makan malam bersama."
Ucapan salah satu pembantu rumah besar tersebut, membuat Keyra menarik napas panjang, jemari lentiknya memijat kening karena kepala yang terasa berputar-putar.
Dia ... masih harus berpura-pura lagi menjadi istri bodoh di depan mertuanya.
Miguel mendekatkan wajahnya ke sisi samping gadis tersebut, menyeringai lebar.
"Sayang sekali, kita masih harus berakting sebagai suami istri yang saling mencintai sedikit lagi, Istriku Sayang."
Nada tajam dan sinis dari pria tersebut, semakin membakar amarah di dada Keyra.
***
Pembicaraan mereka terpaksa dihentikan, Miguel tersenyum sinis dan berjalan ke dalam dress room untuk berganti baju. "Istriku yang cantik, ayo kita makan malam bersama." Kata-kata itu begitu manis, tapi diucapkan oleh Miguel dengan nada tajam dan menyindir sehingga Keyra hanya merasa sakit dan kesal saat mendengarnya. Keyra dengan sangat terpaksa menggamit lengan pria yang dibencinya sejak SMA tersebut lalu berjalan turun bersama menuju ruang makan keluarga. Miguel hanya melirik wajah datar Keyra, tersenyum sinis dalam hati. Sebagai seorang pebisnis, nalurinya sangat kuat, dan pria ini sudah mulai curiga bahwa Keyra mendengar pembicaraan dirinya dan sang ibu kemarin malam saat pagi hari melihat mata istrinya yang bengkak. Makan malam keluarga berjalan dengan tenang. Keyra yang marah karena sikap sinis Miguel ketika mereka hendak pergi ke ruang makan dan mengabaikan permintaan Keyra untuk cerai, dengan sengaja mengambilkan lauk
"Belum menikah seminggu sudah bercerai? Aku tidak mau mengotori nama baik keluarga Angelo dengan melakukan hal itu," tandas suaminya dengan suara sinis.Istrinya hanya membuang muka ke pemandangan kamar mereka yang besar dan mewah, tak sudi menatap wajah sang suami yang telah menipu dirinya mentah-mentah tersebut."Meskipun ratusan atau bahkan ribuan kali kau minta bercerai, aku tak akan mengabulkannya. Ah, aku juga tak akan memberikan dirimu akses untuk melakukan hal itu, Istriku yang cantik," lanjut Miguel, dengan sengaja membelai lembut pipi istrinya tersebut.Kasar, Keyra menepis jemari Miguel dari sana. Tatapan benci terpancar jelas di matanya."Jangan berani-berani menyentuhku!"Miguel tertawa geli mendengar raungan wanita muda di depannya tersebut, menyilangkan tangan di dada dengan dagu sedikit terangkat.Berbeda dengan Milo yang lembut dan penuh perhatian ketika bersama Keyra, saudara kembarnya ini mempunyai aura dominan yang membua
Gadis itu tiba-tiba bangkit dan menggucang-guncang tubuh Miguel, ekspresinya begitu putus asa dan kehilangan harapan."Tolong katakan padaku, di mana dia sekarang?! Di mana? Aku lebih sakit saat harus menikah dengan kamu, daripada menghadapi kabar terburuk tentang Milo. Jadi katakan padaku, Milo di mana, apa yang sudah terjadi padanya, apa?!"Miguel yang sakit hati mendengar perkataan kejam Keyra, menyingkirkan tangan gadis itu dari tubuhnya dengan kasar."Jadi menurut kamu, aku ini adalah penderitaan?""Aku sedang tak ingin membicarakan tentang kamu, aku hanya ingin tahu di mana Milo, di mana?!"Keyra yang didorong Miguel, menggeleng-geleng seraya mengusap air matanya dengan punggung tangan.Miguel menarik napas panjang, lama-lama tak tega melihat gadis itu terlihat sangat menyedihkan.Ekspresinya melunak saat menatap Keyra yang menangis dengan bahu terguncang naik turun."Kalau kau nanti tahu kenyataannya, apakah kau tetap in
Selepas kepergian Miguel, Keyra berlari untuk mengambil ponselnya, mencari di mana letak perbedaan chat Milo padanya akhir-akhir ini sebelum mereka menikah.Dia sudah bersama Milo delapan tahun lebih, mereka berpacaran sejak kelas tiga SMA, yang mana Keyra adalah cinta pertama Milo, tentu saja Keyra hafal di luar kepala bagaimana gaya chat Milo.Milo yang berbeda sekolah dengan Keyra, meski terkenal sebagai preman di sekolahnya, tapi dia memperlakukan Keyra dengan sangat baik.Milo tak pernah memanggil nama Keyra, tapi selalu menyebut dirinya 'BAE', yang artinya belahan jiwa.Bahkan sampai keduanya berusaha di atas dua puluh lima tahun, Milo masih setia memanggil Keyra dengan sebutan Bae.Itu adalah panggilan yang imut dan Keyra sangat suka saat Milo memanggil dirinya 'Bae', seakan sebuah ciri khas yang tak bisa lepas dari Milo.Untunglah setelah menikah, Miguel tahu diri dan tak memanggil gadis itu Bae, apakah dia menghormati panggilan itu
Ragu-ragu, Keyra mengetuk tanda memanggil di nomor ponsel baru milik Milo tersebut, dia takut menghadapi kenyataan bahwa dugaannya beberapa saat lalu tentang Miguel yang mulai menyamar menjadi Milo semenjak Milo memberitahu dirinya tentang terpaksa ganti nomor tersebut ternyata benar.Dan, panggilan tersambung hanya dalam beberapa detik, suara seseorang yang menerima telepon dari Keyra tersebut, seketika membuat gadis itu merinding."Ah, Sayang, kenapa menelepon? Apakah kau sudah rindu padaku? Atau ranjang pernikahan kita terasa dingin tanpa kehadiranku?"Ucapan sinis yang keluar dari mulut Miguel tersebut seketika membuat Keyra melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur dengan emosi membara."Bajingan! Ternyata dugaanku benar!"Dia ... si berengsek itu ternyata telah menipu dirinya selama beberapa minggu lebih dan dengan tak tahu malunya bersikap seakan tak ada apa-apa.Dasar pria psikopat!Bisa-bisanya dia melakukan semua itu tanpa
"Key, akhirnya aku akan menikah! Suamiku sama seperti kamu, seorang pemilik perusahaan. Dia bos di tempatku bekerja, akhirnya aku pun menjadi nyonya besar sepertimu, Key!" Kata-kata itu masih membekas jelas di ingatan Keyra tiap kali mengingat Luna Olivia, saudara sepupu yang sudah tinggal di rumahnya sejak SD dan selalu tak mau kalah dengan Keyra. Keyra bukannya tak senang mendengar kabar itu, tapi ambisi Luna yang selalu ingin mengalahkan dirinya membuat Keyra selalu merasa sedikit tidak nyaman. Hal itu menjadikan Keyra semakin takut saat membayangkan bagaimana jika keluarganya tahu dia meminta bercerai dari suaminya, Luna pasti akan tertawa atas penderitaannya tersebut. Lalu ibunya, akan membanding-bandingkan nasibnya dengan Luna yang pastinya tak berhenti dalam sehari dua hari. Memikirkan hal itu saja sudah pusing. Ekspektasi keluarganya sangat tinggi saat tahu bahwa akhirnya Keyra menjadi istr
"Kenapa Anda bertanya seperti itu?" Dean, bukannya menjawab tapi melemparkan pertanyaan balik kepada Miguel. Miguel yang menopang dagunya dengan kedua tangan, menjawab dengan satu tarikan napas panjang, wajahnya terlihat lelah. "Dia mengetahui bahwa aku bukan Milo, lalu meminta bercerai." Miguel pun menceritakan kepada Dean, pengacara untuk keluarga Angelo yang merupakan sahabatnya sejak kuliah tersebut tentang bagaimana Keyra yang mencuri dengar pembicaraan antara dirinya dan sang ibu, lalu mengetahui rahasia yang mereka sembunyikan. "Apa aku turuti saja permintaannya? Aku lelah setiap pulang ke rumah dia selalu merengek minta untuk bercerai, benar-benar menyebalkan!" Dean hanya tertawa mendengar keluh kesah sahabatnya tersebut, menatap Miguel dengan ekspresi mengejek. "Yakin, kau akan melepaskan dia? Bukankah ... kau menyukainya sejak lama? Kau juga setuju menggantikan posisi Milo, karena merasa mendapat kesempatan untuk bisa
"Kau—mmmppph!!!"Keyra melotot saat Miguel mengunci bibirnya dengan ciuman kasar yang membabi buta.Mata bulat itu melebar dengan sangat cantik, meski menatapnya dengan penuh kebencian dan kemarahan, memancing gairah di dalam tubuh Miguel sehingga tubuh bagian bawahnya berdenyut sakit.Satu tangan Miguel memenjara kedua tangan Keyra yang dia angkat ke atas kepala wanita mungil tersebut, Miguel menindih dirinya dan menahan paha Keyra menggunakan pahanya, lalu tangan yang lain dengan kasar merobek bra warna putih milik istrinya tersebut.Payudara yang masih perawan dan terawat dengan baik, menyambut mata Miguel.Miguel meremas gundukan seperti gunung mungil tersebut dengan tangannya yang besar, Keyra terperanjat kaget dengan tindakan Miguel dan menggeleng keras."Jangan! Kumohon jangan lakukan ini, El!"Wanita di bawahnya berubah merengek dan menangis saat Miguel menarik turun resleting celana dan menendang celana itu menjauh.
Kepala Keyra seperti tersiram air dingin mendengar kabar dari seseorang yang meneleponnya. "Ini... ini tidak mungkin! Miguel, bagaimana bisa...." Keyra berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan panik. Bagaimana bisa semua menjadi serba kebetulan? Ibu mertuanya berencana menggulingkan Miguel dari jabatan sebagai presiden direktur di perusahaan yang dia pegang, dan kini tiba-tiba Miguel menghilang dengan kabar diculik seseorang. "Apakah ini ulah Mama? Tidak, itu tidak mungkin. Tapi, tapi segalanya menjadi mungkin sekarang." Keyra hampir menangis saat dia berusaha menghubungi Miguel tapi ponsel pria itu tidak aktif. Dia tertawa tanpa suara menyadari kebodohannya. Tentu saja ponsel Miguel tidak akan aktif! Dia sedang diculik! [Jangan lapor polisi dan jangan beritahu siapa pun. Ikuti instruksi dariku untuk mengambil kembali Miguel.] Pesan yang dikirim oleh nomor yang tadi menghubungi dirinya membuat Keyra sekalinya ketakutan.
Keyra dalam mood yang begitu buruk pagi ini.Itu semua karena Miguel yang mengatakan bahwa dia harus menunda kepulangan entah sampai kapan, sementara Keyra begitu bosan berada di rumah."Kenapa ditunda, sih? Padahal dia tahu kalau aku kesepian," rutuk Keyra dalam hati sambil bersungut-sungut ketika membaca pesan permintaan maaf dari Miguel."Aaaah, aku sangat bosan. Apa nanti aku jalan-jalan saja ke mall untuk mencari udara segar?"Keyra akhirnya memutuskan setelah sarapan dan hal lainnya, wanita itu akan pergi keluar untuk mencari udara segar.Dia kini baru menyadari bahwa ternyata tak punya banyak teman, Keyra tiba-tiba ingat teman SMA nya dulu yang tinggal satu asrama, namanya Erika.Dari semua penghuni asrama, meskipun perkenalan mereka hanya sebentar tapi Erika lumayan akrab dengannya."Apa aku bertanya saja kabarnya dan mengajak bertemu, ya? Apakah dia masih ingat aku? Jangan-jangan dia sudah lupa," gumam Keyra kepada dirinya se
[El, tadi aku diminta mama menemani Rafe belajar buku-buku bisnis dan....]Keyra segera menghapus lagi ketikan di ponsel dan tak jadi mengirimkannya kepada Miguel, berpikir ulang tentang kata-kata ibu mertuanya tadi ketika dia berada di ruang keluarga bersama Rafe dan mertuanya."Jangan memberi tahu Miguel tentang hal ini, Key. Kau tidak ingin kalau terjadi pertikaian di keluarga ini kalau Miguel salah paham, 'kan?"Seakan tahu bahwa Keyra pasti akan lapor kepada suaminya, Nyonya Davne sudah melarang wanita itu melakukannya."Besok saja kalau Miguel pulang, aku akan bercerita secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman."Akhirnya Keyra memutuskan seperti itu setelah berpikir bahwa mungkin jika dia mengatakannya lewat chat, akan ada kesalahpahaman seperti yang dikhawatirkan ibu mertuanya.Malam itu, setelah Keyra menemani Rafe belajar ilmu bisnis dari buku-buku yang dibawa adik iparnya tersebut, Keyra bersiap tidur dan mengurungkan niat men
"Mama bilang, kenapa selalu aku yang selamat?"Ucapan lirih yang keluar dari mulut Miguel, membuat Keyra seketika terdiam.Dulu, dulu saat pertama kali mendengar cerita Miguel bahwa calon suaminya meninggal dunia karena mengendarai mobil yang biasa Miguel pakai bekerja, sejujurnya sempat terlintas dalam diri Keyra pertanyaan seperti itu.Kenapa Miguel yang selamat? Kenapa justru Milo yang meninggal padahal itu mobil Miguel?Keyra merasa sedikit tertohok, apalagi ketika melihat ekspresi kesakitan dan tertekan di wajah Miguel yang tampan.Kini Keyra sadar kenapa Miguel begitu suram, jarang tersenyum dan seperti tak tertarik sama sekali dengan kehidupan.Itu karena apa yang dia alami sudah terlalu berat, di balik ke profesionalnnya saat bekerja, yang dijuluki presiden direktur paling jenius karena di usia muda sudah bisa membawa perusahaan besar yang dia pegang menuju kesukse
"Dulu sikap mama tidak seperti ini," ujar Miguel membuka cerita.Ini adalah sebuah kenangan pahit yang tak pernah dia buka kepada siapa pun. Miguel terus menyimpannya sendiri dan berharap suatu hari sikap dingin yang kadang-kadang muncul dari mamanya itu suatu saat menghilang.Namun, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan kosong.Apalagi setelah kematian Milo yang menggunakan mobil milik Miguel, tatapan menuduh sering kali Miguel rasakan dari sorot mata ibu kandungnya."El ...."Keyra merasa menyesal saat melihat wajah sendu suaminya, dia menyesal karena telah membuka luka yang sepertinya sudah hampir sembuh.Dia juga menyesal kenapa sekarang mereka berjauhan sehingga tak bisa memeluk suaminya tersebut untuk memberi kekuatan."Kalau kau tak bisa mengatakannya, tidak apa-apa, El," ucap Keyra buru-buru, tapi Miguel menggeleng.Dia tersenyum samar dan menggeleng lagi."Tidak apa-apa, aku memang mau berbagi padamu agar kau t
"Sudah makan, El?"Malam hari, sesuai janji Keyra kepada Miguel, wanita itu pun mau menerima panggilan video dari suaminya yang kini melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.Miguel yang kini tampak duduk santai di sofa hotel tempat dia menginap, mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya."Sudah dong, Sayang. Tak perlu menghawatirkan aku, aku makan dengan sangat baik di sini, hanya saja ada yang terasa sangat kurang," jawab Miguel yang masih memakai kemeja putih yang ia kenakan saat pertemuan bisnis dengan klien dengan satu kancing terbuka bagian atas.Rambutnya yang biasa tertata rapi kini terlihat cukup acak-acakan, mungkin karena sudah dalam keadaan tidak bekerja jadi penampilannya pun menjadi santai.Namun, penampilannya seperti itu malah membuat Miguel tampak seksi sehingga Keyra tergila-gila hanya dengan memandang wajah suaminya di layar ponsel."Ya? Apa itu? Kau bisa meminta sekretarismu untuk mencari apa yang kau inginkan, El. Pok
"El." Keyra yang terburu-buru menyusul Miguel ke kamar, berjalan pelan mendatangi sang suami yang tampak sibuk membereskan barang-barang untuk perjalanan dinasnya ke luar negeri. "What happen, Dear?" Keyra memeluk lembut lengan Miguel, bertanya dengan sorot penuh kekhawatiran. "Tidak ada, aku hanya sedang terburu-buru berangkat ke luar negeri. Itu saja," jawab Miguel yang masih menolak menatap Keyra. Emosinya masih bergejolak mengingat perkataan ibunya di meja makan tadi, dia tak ingin Keyra melihat dirinya ketika dalam keadaan seperti sekarang. "Kau belum makan apa pun, El. Makanlah dulu sebelum pergi," bujuk Keyra dengan lembut, memberikan tas kerja kepada sang suami yang terus menunduk entah sibuk melakukan apa. "Aku akan makan di perjalanan atau di pesawat." Miguel menjawab singkat, mengalihkan pandang dari Keyra. Keyra tak mau menyerah dan segera membalik tubuh Miguel agar mau menatap dirinya, lalu kembali
"Adik?"Di tengah keheningan ruang makan, Keyra bertanya dengan ekspresi tak percaya.Nyonya Davne, ibu mertuanya mengangguk dengan senyum lebar ketika tatapannya terarah pada Keyra.Berbeda sekali dengan ketika dia memandang Miguel beberapa saat lalu, mata perempuan itu menyipit tak suka."Iya, Sayangku. Ini adik iparmu, Rafael. Panggil dia Rafe mulai dari sekarang, dia putra bungsu mama yang telah hilang sejak bayi," terang mama mertuanya dengan mata berbinar dan memandang Raffi, seorang pria yang selama sebulan ini menjadi sopir pribadi Nyonya Davne, tiba-tiba menjadi adik ipar Keyra.Nyonya Davne menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana kisah Rafe, putra bungsu yang terbuang ini.Dulu, tujuh tahun setelah melahirkan bayi kembar Miguel dan Milo, Nyonya Davne melahirkan lagi seorang anak.Namun, oleh rumah sakit diberi tahu bahwa putra yang dia lahirkan telah meninggal dunia.Perempuan itu tak menyangka bahwa ada seseorang
"E,El? Ada apa, Sayang?"Keyra begitu terkejut ketika Miguel tahu-tahu memeluk dirinya yang baru selesai mandi dan berganti baju dari belakang.Miguel tak menjawab apa pun, menyibak rambut panjang istrinya yang sedikit bergelombang dan menciumi lehernya."H-hey! Semalam, kan, kita sudah bercinta sampai beberapa ronde, apakah kau ingin lagi?"Keyra bertanya dengan wajah memerah karena malu saat suaminya itu tak berhenti menciuminya.Mereka sebentar lagi harus turun ke bawah untuk sarapan bersama ibu Miguel, Keyra tak mungkin membiarkan mertuanya menunggu terlalu lama karena harus melayani nafsu Miguel.Miguel sendiri sudah siap berangkat bekerja dengan setelan jas hitam dan kemeja abu-abu gelap di baliknya.Miguel menggeleng, kembali memeluk istrinya dari belakang dengan wajah muram."Aku hanya merindukanmu," bisiknya, menaruh dagunya di atas kepala Keyra dan memejamkan mata.Tadi, karena tak bisa menahan emosi, Miguel be