"Apa Brianna sudah keluar dari rumah sakit?" Tanya Steven pada asistennya."Sudah Tuan. Nyonya sudah pulang sejak siang tadi.""Hmm... James, siapa pria yang pergi ke klub bersama Brianna malam itu?" Steven mengetukkan jarinya di meja dengan tatapan tajam."Dia adalah Arron Smith, dia bekerja bersama-sama dengan Nyonya di tim desain." "Awasi dia baik-baik. Laporkan padaku jika dia terlalu dekat dengan Brianna.""Baik Tuan Steven." Brianna makan malam sendirian di meja makan yang panjang. Setiap makanan yang masuk ke mulutnya terasa hambar di lidahnya. Dia hanya berhasil memakan beberapa suap sebelum merasa mual dan memutuskan berhenti. Dia berjalan ke mini bar yang terdapat di ruang tamu, dan mengambil sebotol alhokol dan sebuah gelas, dan membawanya ke kamar. Kediaman Pierce terletak jauh dari hiruk pikuk kota, membuat malam terasa semakin sunyi. Wanita itu meminum alkoholnya seorang diri sambil mendengarkan suara jangkrik yang bersahutan dari balkon kamarnya. Perlahan rasa kantu
"Eh... Tidak ada, sembunyikan apa maksudmu?" Jawab Brianna gelagapan memaksakan senyuman.Brianna tidak berani menatap Steven, seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah. Steven menundukkan kepala dan mengulurkan tangannya, lalu menangkap dagu Brianna dan memaksanya melihat mata Steven yang dalam."Jangan berbohong padaku, Brie... Atau kamu akan menerima konsekuensinya.." Lalu Steven menempelkan bibirnya ke bibir Brianna, dan menciumnya dengan menuntut. Brianna pun larut dalam suasana romantis. Tanpa dia sadari, Steven mengakhiri ciumannya."Dan apa ini?" Kata Steven tiba-tiba sambil mengangkat bungkus obat lambung yang tadi disembunyikan Brianna.Brianna menundukkan kepala, tidak berani melihat tatapan tajam Steven. Namun saat wanita itu mencuri pandang, ternyata mata Steven melembut. Steven membuang napas panjang."Dimana kamu merasa tidak nyaman?"Brianna membelalakkan mata, tidak percaya dengan apa yang Steven katakan. Bukannya marah, pria itu malah memperhatikannya? "Perutk
"Hei, Brianna!" Arron tiba-tiba bergabung bersama mereka dan menyapa Brianna."Bagaimana kabarmu?" Tanya Arron dengan lembut."Yah, bagaimana keadaanmu, Brie? Kamu sakit apa?" Sambung Lili."Hanya sakit lambung. Dan aku sudah baik, terima kasih atas perhatian kalian." Jawab Brianna sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Aku khawatir sekali saat kamu tidak masuk kerja, karena kamu cukup mabuk malam itu." Kata Arron dengan perhatian.Perhatian Arron pada Brianna membuat Lili cemburu. Tangannya diam-diam terkepal dengan erat. Saat mereka masih berbincang, tiba-tiba beberapa karyawan yang ada di lobi mengarahkan perhatian mereka ke sebuah mobil Bentley berwarna silver yang baru saja berhenti di depan.Seorang pria turun dari bangku penumpang di baris depan, kemudian membukakan pintu kursi belakang mobil dengan sopan. Pria tampan keluar dari mobil dengan gerakan yang elegan.Steven berjalan memasuki gedung diikuti oleh James di sampingnya. Steven memiliki postur tubuh yang tinggi dan
"Yang benar?""Benar! Katanya dia baru kerja belum sampai satu bulan, tapi sudah sering tidak masuk. Beberapa hari tidak masuk, tiba-tiba, hari ini masuk mengendarai Audi R8 edisi terbatas. Rumornya, mobil ini hanya ada beberapa di Old Coast.""Menurutmu, dia anak orang kaya, atau jangan-jangan dia piaraan orang kaya?""Mungkin saja dia memang anak orang kaya. Lihat saja pakaiannya juga tas dan sepatunya, semuanya barang bermerek kelas atas.""Kurasa dia piaraan om-om kaya. Kudengar sebelum bekerja disini, dia bekerja di Golden Sky, klub malam kelas atas itu! Tidak mungkin kan kalau anak orang kaya bekerja di klub malam?""Sudahlah! Ayo kita makan, aku lapar." Brianna yang berada di dalam bilik kamar mandi, tidak berani keluar karena mendengar wanita-wanita itu membicarakannya. Wajahnya berubah menjadi pucat mendengar percakapan mereka.Mereka tidak salah! Dirinya dulu memang anak orang kaya yang berkecukupan, sebelum orang tuanya berpisah, dan dia bersama ibunya ditendang oleh ayahn
"Semuanya akan baik-baik saja, Brie..." Kata Samantha dengan tenang."Ibu sudah merasa tenang meninggalkanmu, karena ibu tahu ada Steven yang akan menjagamu.""Bu, jangan berkata seperti itu..""Brie... Jika ibu mati, tolong bakar jasadku dan buang abuku di laut. Dan juga..."Samantha melepaskan sebuah kalung dari lehernya. Kalung yang tidak pernah dilepaskannya, bahkan saat semua perhiasan yang melekat di tubuhnya dia jual, tapi kalung itu tetap dia pertahankan. Kalung dengan liontin batu giok berwarna hitam yang berbentuk koin."Simpan kalung ini baik-baik." Samantha meletakkan kalung itu di telapak tangan Brianna."Semoga kalung ini membawa berkat untukmu. Ibu harap kamu selalu hidup bahagia, putriku..." Samantha tersenyum sambil menangkup wajah Brianna."Ibu, tenang saja. Aku akan hidup bahagia untuk ibu." Kata Brianna sambil menggenggam tangan Samantha dengan erat.Sesudah Samantha tertidur, Brianna segera pulang ke kediaman Pierce. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam saat dia
Brianna mendapatkan teguran keras dari Christine Sandra, asisten manajer departemen desain. Laporan itu adalah materi untuk rapat besok. Tapi beruntung rapatnya baru akan dilaksanakan besok, jadi Brianna masih punya waktu untuk mengerjakan laporannya lagi dari awal.Dia kembali ke meja kerjanya dengan kepala yang terkulai."Kau tidak apa-apa, Brie?" Tanya Lili dengan nada cemas."Aku tidak apa-apa." Jawab Brianna dengan senyum pahit."Aku hanya bingung, jelas-jelas aku sudah menyimpan file itu, tapi kenapa bisa hilang?" "Mungkin komputernya error atau ada virus, aku juga tidak mengerti." Jawab Lili sambil menggaruk kepalanya."Baiklah, aku tidak akan ngobrol lagi denganmu, aku harus mengerjakan laporan ini." Brianna mulai mengerjakan kembali laporannya dengan konsentrasi. Mata Brianna terasa perih karena menatap layar komputer terus menerus, sampai akhirnya dia berhasil menyelesaikan laporannya sebelum jam bekerja berakhir.Setelah menyerahkan laporannya, Brianna segera membereskan
"Nyonya, kenapa kamu tidak pulang semalam?" Tanya Sylvia dengan nada khawatir."Maaf, bibi Sylvia, semalam aku pergi bersama temanku. Jarang aku ada kesempatan bertemu dengannya, jadi aku menginap dirumahnya. Aku pulang untuk ganti pakaian sebentar." Brianna menjelaskan sambil menuangkan susu."Tadi malam Tuan Steven kelihatan khawatir karena kamu tidak pulang." "Steven pulang? Dimana dia sekarang?" Tanya Brianna terkejut. Brianna pikir Steven tidak pulang semalam. Wanita itu mendengarkan Sylvia sambil meminum susunya."Iya, semalam Tuan pulang dan mencarimu, tapi kamu tidak ada. Tadi pagi-pagi sekali dia sudah menghabiskan waktunya di ruang fitnes, dan baru saja selesai. Sekarang mungkin dia sedang mandi di kamar." Saat mendengarkan Sylvia, Brianna merasa mual dan perutnya bergejolak. "Bibi Sylvia, apa susunya sudah basi?" Tanya Brianna sambil menutup mulutnya."Tidak Nyonya. Susunya baru saya beli kemarin, tanggal kadaluarsanya masih lama. Baru pagi ini saya buka dan masih terse
"Wow... Sarapanmu mewah sekali, Brie..."Lili dan beberapa rekan kerja Brianna datang bersama dan melihat kemasan makanan yang sedang dimakan Brianna. "Apanya yang mewah? Ini hanya bubur." Brianna membalas dengan nada bingung."Ya memang hanya bubur, tapi bubur ini dari Golden Lux, harga semangkuknya saja ratusan ribu, setara dengan uang makanku beberapa hari!""Wah... Memang anak magang sekarang lebih berkelas daripada kita-kita ini.""Memangnya anak magang tidak boleh ya beli makanan mahal?" Tiba-tiba Arron muncul dari belakang dengan menenteng tas ransel hitam di bahunya.Lili yang melihat Arron datang jadi cemburu karena pria itu bersuara untuk Brianna. Tapi dengan cepat dia menimpali kata-kata Arron."Ya, memangnya salah kalau Brianna makan makanan mahal? Toh dia tidak minta uang kepada kalian.. Bilang saja kalian iri padanya." Lili berkata sambil berkacak pinggang.Nafsu makan Brianna hilang seketika. Perutnya terasa mual mendengar pembicaraan mereka. Dia menyudahi makannya dan