"Yang benar?""Benar! Katanya dia baru kerja belum sampai satu bulan, tapi sudah sering tidak masuk. Beberapa hari tidak masuk, tiba-tiba, hari ini masuk mengendarai Audi R8 edisi terbatas. Rumornya, mobil ini hanya ada beberapa di Old Coast.""Menurutmu, dia anak orang kaya, atau jangan-jangan dia piaraan orang kaya?""Mungkin saja dia memang anak orang kaya. Lihat saja pakaiannya juga tas dan sepatunya, semuanya barang bermerek kelas atas.""Kurasa dia piaraan om-om kaya. Kudengar sebelum bekerja disini, dia bekerja di Golden Sky, klub malam kelas atas itu! Tidak mungkin kan kalau anak orang kaya bekerja di klub malam?""Sudahlah! Ayo kita makan, aku lapar." Brianna yang berada di dalam bilik kamar mandi, tidak berani keluar karena mendengar wanita-wanita itu membicarakannya. Wajahnya berubah menjadi pucat mendengar percakapan mereka.Mereka tidak salah! Dirinya dulu memang anak orang kaya yang berkecukupan, sebelum orang tuanya berpisah, dan dia bersama ibunya ditendang oleh ayahn
"Semuanya akan baik-baik saja, Brie..." Kata Samantha dengan tenang."Ibu sudah merasa tenang meninggalkanmu, karena ibu tahu ada Steven yang akan menjagamu.""Bu, jangan berkata seperti itu..""Brie... Jika ibu mati, tolong bakar jasadku dan buang abuku di laut. Dan juga..."Samantha melepaskan sebuah kalung dari lehernya. Kalung yang tidak pernah dilepaskannya, bahkan saat semua perhiasan yang melekat di tubuhnya dia jual, tapi kalung itu tetap dia pertahankan. Kalung dengan liontin batu giok berwarna hitam yang berbentuk koin."Simpan kalung ini baik-baik." Samantha meletakkan kalung itu di telapak tangan Brianna."Semoga kalung ini membawa berkat untukmu. Ibu harap kamu selalu hidup bahagia, putriku..." Samantha tersenyum sambil menangkup wajah Brianna."Ibu, tenang saja. Aku akan hidup bahagia untuk ibu." Kata Brianna sambil menggenggam tangan Samantha dengan erat.Sesudah Samantha tertidur, Brianna segera pulang ke kediaman Pierce. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam saat dia
Brianna mendapatkan teguran keras dari Christine Sandra, asisten manajer departemen desain. Laporan itu adalah materi untuk rapat besok. Tapi beruntung rapatnya baru akan dilaksanakan besok, jadi Brianna masih punya waktu untuk mengerjakan laporannya lagi dari awal.Dia kembali ke meja kerjanya dengan kepala yang terkulai."Kau tidak apa-apa, Brie?" Tanya Lili dengan nada cemas."Aku tidak apa-apa." Jawab Brianna dengan senyum pahit."Aku hanya bingung, jelas-jelas aku sudah menyimpan file itu, tapi kenapa bisa hilang?" "Mungkin komputernya error atau ada virus, aku juga tidak mengerti." Jawab Lili sambil menggaruk kepalanya."Baiklah, aku tidak akan ngobrol lagi denganmu, aku harus mengerjakan laporan ini." Brianna mulai mengerjakan kembali laporannya dengan konsentrasi. Mata Brianna terasa perih karena menatap layar komputer terus menerus, sampai akhirnya dia berhasil menyelesaikan laporannya sebelum jam bekerja berakhir.Setelah menyerahkan laporannya, Brianna segera membereskan
"Nyonya, kenapa kamu tidak pulang semalam?" Tanya Sylvia dengan nada khawatir."Maaf, bibi Sylvia, semalam aku pergi bersama temanku. Jarang aku ada kesempatan bertemu dengannya, jadi aku menginap dirumahnya. Aku pulang untuk ganti pakaian sebentar." Brianna menjelaskan sambil menuangkan susu."Tadi malam Tuan Steven kelihatan khawatir karena kamu tidak pulang." "Steven pulang? Dimana dia sekarang?" Tanya Brianna terkejut. Brianna pikir Steven tidak pulang semalam. Wanita itu mendengarkan Sylvia sambil meminum susunya."Iya, semalam Tuan pulang dan mencarimu, tapi kamu tidak ada. Tadi pagi-pagi sekali dia sudah menghabiskan waktunya di ruang fitnes, dan baru saja selesai. Sekarang mungkin dia sedang mandi di kamar." Saat mendengarkan Sylvia, Brianna merasa mual dan perutnya bergejolak. "Bibi Sylvia, apa susunya sudah basi?" Tanya Brianna sambil menutup mulutnya."Tidak Nyonya. Susunya baru saya beli kemarin, tanggal kadaluarsanya masih lama. Baru pagi ini saya buka dan masih terse
"Wow... Sarapanmu mewah sekali, Brie..."Lili dan beberapa rekan kerja Brianna datang bersama dan melihat kemasan makanan yang sedang dimakan Brianna. "Apanya yang mewah? Ini hanya bubur." Brianna membalas dengan nada bingung."Ya memang hanya bubur, tapi bubur ini dari Golden Lux, harga semangkuknya saja ratusan ribu, setara dengan uang makanku beberapa hari!""Wah... Memang anak magang sekarang lebih berkelas daripada kita-kita ini.""Memangnya anak magang tidak boleh ya beli makanan mahal?" Tiba-tiba Arron muncul dari belakang dengan menenteng tas ransel hitam di bahunya.Lili yang melihat Arron datang jadi cemburu karena pria itu bersuara untuk Brianna. Tapi dengan cepat dia menimpali kata-kata Arron."Ya, memangnya salah kalau Brianna makan makanan mahal? Toh dia tidak minta uang kepada kalian.. Bilang saja kalian iri padanya." Lili berkata sambil berkacak pinggang.Nafsu makan Brianna hilang seketika. Perutnya terasa mual mendengar pembicaraan mereka. Dia menyudahi makannya dan
"Apa? Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" "Sebaiknya Anda ke rumah sakit terlebih dahulu dan berbicara langsung dengan dokter."Lutut Brianna terasa lemas dan kepalanya berdengung setelah menerima telepon dari tempat Samantha dirawat. Brianna menopang badannya pada tembok agar tidak jatuh."Baik, saya akan segera kesana." Brianna memutuskan teleponnya dan segera masuk kembali ke dalam ruangan rapat. Dia berjalan dengan langkah cepat langsung mendekati Steven. Wajahnya pucat pasi dan matanya berkaca-kaca, dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh."Maaf Tuan Pierce, aku harus pergi." Kata Brianna dengan suara serak dan gemetar.Steven dapat melihat tangannya memegang ponselnya dengan gemetar. Ingin rasanya dia memeluknya dan memberikan ketenangan pada wanita dihadapannya itu.Semua orang yang ada diruangan itu terkejut melihat Brianna yang menghampiri langsung Presiden Pierce. Betapa beraninya Brianna berbicara langsung menatap mata Steven. Mereka menahan napas, mengantisipa
Kelopak mata Brianna terasa berat, dan wanita itu jatuh kedalam tidur yang nyenyak hanya dalam beberapa menit. Setelah melihat Brianna tidur, Steven melepaskan jasnya dan menyampirkannya di sofa, lalu melonggarkan simpul dasi di lehernya.Dia keluar menemui James dan memberikan beberapa instruksi pada asistennya itu. James menganggukkan kepala dan pergi. Saat kembali lagi, James membawa kantong berisikan makanan. Lalu pria itu pergi lagi dan meninggalkan Steven di rumah sakit.Tidak lama kemudian, Samantha mulai siuman dan membuka matanya dengan lemah. Steven yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya merasakan Samantha sudah sadar dan menghampiri Samantha."Kamu sudah sadar, Bu? Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Steven pelan.Samantha tidak memberi jawaban, melainkan dia menatap Steven dengan bingung."Kamu siapa anak muda? Kenapa kamu disini? Dimana anakku?" Tanya Samantha dengan suara lemah.Steven terdiam sejenak karena mendengar pertanyaan Samantha. Lalu dengan sabar dia me
'Apa kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?' Saat Brianna dan Samantha sedang mengobrol, ponsel Brianna yang ada di meja kerja Steven berkelip. Steven dapat melihat itu adalah pesan masuk dari Arron! Mata Steven memicing tajam saat melihat pesan itu. Dia sengaja mendiamkannya dan tidak memberitahu Brianna. "Halo Nyonya Samantha... Bagaimana kabarmu siang ini?" Perawat masuk dan membawakan makan untuk Samantha. Samantha tidak bisa makan sembarang makanan, dan makanannya pun harus dihaluskan."Kabar baik Suster Carry." Jawab Samantha dengan senyuman.Perawat itu menyiapkan meja makan untuk Samantha sebelum dihentikan oleh Brianna."Biar aku yang menyuapinya, Suster." Brianna berkata dengan sopan."Baiklah. Ah, siapa pemuda tampan ini?" Tanya Suster paruh baya itu saat melihat Steven."Dia adalah menantuku. Dia sangat tampan kan?" Samantha tersenyum berseri-seri sambil membangga-banggakan Steven. Brianna tersipu malu saat ibunya membicarakan Steven dengan bersemangat."Anda pasti sen
Seorang wanita muda menyeret kopernya berjalan di sepanjang lorong kedatangan bandara menuju pintu keluar. Angin segar segera menyapa dan menerpa wajahnya, menyibakkan rambut bergelombang yang menutupi wajahnya yang mempesona. Dia mengenakan celana hitam yang ketat dan jaket kulit berwarna senada, memamerkan postur tubuhnya yang sempurna. Beberapa orang melirik terpana akan kecantikan dan kemolekan wanita itu. Bukan hanya pria, wanita pun berdecak kagum akan dirinya.Dengan sebelah tangannya yang bebas, wanita itu menyisir rambutnya, yang berantakan dengan jari-jarinya yang panjang dan lentik. Dia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara Old Coast untuk pertama kalinya, sebelum kemudian menghembuskannya lagi perlahan. Perasaan hangat menyebar mengisi hatinya, namun sesaat kemudian jantungnya berdebar kencang! Ini adalah kali pertamanya menginjakkan kaki di negara ini, rasa semangat menjalar di tubuhnya. Tanpa sadar, bibirnya melengkung mengembangkan senyuman tipis.Netranya yang t
Lima tahun kemudian. Dua orang pria berdiri diatas ring tinju, saling menyerang dan bertahan. Sudah satu jam mereka berada disana. James mulai kewalahan menghadapi serangan pukulan Steven yang sedang melampiaskan emosinya. Ya... Sejak kehilangan Brianna, pria itu selalu menjadikan James sebagai 'sak tinju' nya saat dia merasa sedih dan merindukan wanita itu. "Sudah berlalu lima tahun, mengapa sangat sulit mencari seorang wanita??" Seru Steven sambil melayangkan pukulannya ke arah James, dan berhasil mengenai perut asistennya itu. James pun bukan pria lemah. Dia sudah terbiasa bertarung dengan Steven, terlebih lima tahun belakangan ini. Pria itu dengan cepat membalas menendang Steven. Steven terpental dan menabrak tali pembatas arena tinju, lalu terjatuh. "Karena kau tidak bisa menerima kenyataan! Brianna sudah mati, Steven! Dan kau harus bisa menerima kenyataan!" Kata James dengan suara menggeram. Di dalam kantor, James adalah asisten pribadi Steven. Namun di luar pekerja
"Bagaimana keadaan keponakanku, dokter?" Tanya Sonya cemas saat melihat dokter keluar dari ruang operasi. "Operasi berjalan dengan baik. Pendarahan di otaknya berhasil ditangani. Kami juga sudah mengeluarkan cairan di parunya dan mengobati semua luka-lukanya. Namun pasien masih dalam kondisi koma." "Oh..." Sonya menutup mulutnya dengan tangan, tenggorokannya tercekat tidak dapat menemukan suaranya. Timothy meremas lembut bahu istrinya dan berterima kasih kepada dokter. Brianna dipindahkan ke ruang VIP dan Sonya dengan setia menjaganya. Sudah beberapa hari berlalu sejak Brianna keluar dari kamar operasi, namun wanita itu belum kunjung sadar. Tidak hentinya Sonya berdoa agar keponakan yang baru ditemuinya itu segera sadar. Di satu sisi, Sonya ingin keponakannya sadar, sehingga mereka berkesempatan mengenal satu sama lain. Di sisi yang lain, dia ingin keponakannya segera sadar, karena hanya melalui keponakannya itulah harapan satu-satunya untuk dia dapat bertemu dengan Sophia
"Berarti wanita ini sungguh anak dari Sophia..." suara Sonya bergetar dan matanya berkaca-kaca melihat Brianna yang terbaring. Dia berjalan mendekat dan menggenggam tangan Brianna. "Dua puluh tiga tahun aku dan Sophia berpisah, dan kini aku dapat melihat keponakanku... Tapi dimana Sophia?" Air mata akhirnya jatuh mengalir di pipinya. Sanders mendekati Sonya, dan meletakkan tangannya pada bahu istrinya, dan membelainya dengan lembut, mencoba menenangkan wanita itu. "Mari kita pikirkan keselamatannya terlebih dahulu.. Kau akan ada kesempatan bertanya langsung padanya saat dia sadar." Mendengar kata-kata suaminya, Sonya menghapus air matanya dengan cepat. "Benar! Keselamatannya lebih penting. Tunggu apa lagi? Segera lakukan operasi padanya, dokter! Tolong selamatkan keponakanku..." "Kami akan berusaha melakukan yang terbaik." Brianna segera di dorong ke ruangan operasi. Tim dokter berusaha yang terbaik untuk menolongnya. Sementara itu di sisi sungai Valca, di Old Coast, Steven mas
"Kalung ini..."Letnan Sanders mengambil kalung itu dan memperhatikannya dengan seksama. Dia merasa akrab dengan benda itu. Kemudian netra pria paruh baya itu membesar melihat liontin giok berwarna hitam yang bentuknya menyerupai koin.Pria itu kemudian berjalan mendekati tempat tidur dimana Brianna terbaring dan melihat wajah Brianna dengan seksama. Wajah wanita itu tampak pucat dan dipenuhi dengan luka. Bahkan hampir separuh wajah sebelah kirinya terluka parah. Pandangan Letnan Sanders beralih ke daerah wajah yang hanya terdapat luka kecil. Beberapa saat kemudian Letnan Sanders terperajat!"Wanita ini...""Ada apa dengan wanita ini Tuan? Apa anda mengenalnya?" Tanya ajudan Lee yang heran melihat ekspresi Letnan Sanders.Letnan Sanders tidak menjawabnya, melainkan meminta ponselnya dari ajudan Lee, kemudian menelepon istrinya, Sonya Lewis."Halo..." Terdengar suara lembut wanita menyahut diujung telepon."Sonya, apa kamu kehilangan kalungmu?" Tanya Sanders namun tatapannya tidak pern
"Steven.." Terdengar suara Brianna yang panik dan ketakutan."Steven tolong aku..." Brianna berteriak dari dalam sebuah mobil.Tiba-tiba mobil itu meledak dan api menelan tubuh Brianna. "Aaahhh..." Teriakan Brianna membuat Steven tersentak membuka matanya. Steven menemukan dirinya terbaring di sebuah kamar rumah sakit. "Brianna!" Sontak pria itu bangun dari ranjang, namun tangan James menahan bahunya."Dimana Briana? Sudah ada kabar tentang Brianna?" Tanya Steven dengan penuh kecemasan."Belum." Jawab James. "Polisi sudah mengevakuasi tempat kejadian. Selena ditemukan di salam mobil, sedangkan Roy ditemukan satu kilometer dari tempat kejadian. Tapi Brianna... masih belum ditemukan..." "Mengapa belum ketemu?? Cari terus!" Perintah Steven."Tim khusus sudah di kerahkan untuk mencari Brianna, dan Jo juga mengerahkan anak buahnya mencari Brianna. Kami akan terus mencarinya sampai ketemu, kau tenang saja.""Bagaimana aku bisa tenang?" Steven berkata lirih."Sial! Mengapa aku disini?" St
"Cepat Roy!! Mereka akan mengejar kita!"Roy mengemudikan mobilnya secepat mungkin agar tidak terkejar oleh mereka. Mereka mengebut di jalan tebing yang sangat berbahaya. Jalan tebing yang berkelok-kelok dan minim cahaya. Dibawah mereka membentang sungai terbesar dan terpanjang di dunia. "Roy, kita pasti akan tertangkap oleh mereka!" Teriak Selena panik.Roy kehilangan konsentrasi karena suara Selena, dan menyerempet pembatas jalan, sebelum akhirnya dengan cepat berhasil mengendalikan kembali kemudinya."Hati-hati, Roy! Kita akan mati lebih dulu sebelum mereka menangkap kita!""Kau diamlah, Selena!" Bentak Roy. "Kita tidak akan berhasil Roy...""Dia tidak akan berani macam-macam... Wanitanya ada ditangan kita."Sementara itu, Steven mengejar mobil Roy tertinggal beberapa ratus meter dibelakang. Steven menggunakan mobil butut milik Roy, sementara Roy menggunakan mobil Steven, yang walaupun bukan mobil sport edisi terbatas, tapi mobil itu bisa melaju dengan kecepatan tinggi.Beberapa
"Steven... Aku tahu kamu masih peduli padaku!" Seru Selena dengan senyuman lebar. Matanya berbinar saat melihat Steven yang duduk dibelakang setir mobil menunggunya.Baru beberapa hari di penjara, Selena sudah tidak tahan dengan perlakuan narapidana lain terhadapnya. Saat dirinya sedang bertugas membersihkan kamar mandi, tiba-tiba seorang penjaga menghampirinya dan menariknya, dan membawanya keluar dari penjara.Penjaga itu menariknya masuk ke dalam mobil dan membawanya ke jalan yang sunyi dan gelap, dimana ada sebuah mobil lain yang menunggunya. Saat mendengar suara pria itu, barulah Selena menyadari bahwa orang itu adalah James, dan orang yang menunggunya di mobil lain itu adalah Steven!Steven tidak menjawabnya, bahkan pria itu tidak melirikkan matanya sedikitpun pada Selena. "Masuk!" James dengan kasar mendorongnya masuk ke dalam mobil, duduk di jok penumpang belakang. Pria itu memborgol satu tangannya, dan borgol sebelahnya lagi dipasang di pegangan tangan mobil."Hei, apa-apaan
"Ahh..."Brianna terbangun dengan rasa nyeri yang sangat pada perut bagian bawahnya. Baru saja beberapa hari lalu dia melewati masa kritis dan berhasil melahirkan secara caesar. Luka bekas operasinya bahkan belum kering! Dan saat ini dia duduk di lantai yang dingin dengan tangan terikat.'Dimana ini?'Brianna mengedarkan pandangannya ke ruangan tempatnya berada saat ini. Dia seperti berada di sebuah rumah tua, dan dari baunya yang tidak sedap dan lembab, dapat ditebak itu adalah rumah yang sudah lama terbengkalai. Bahkan Brianna dapat melihat tikus lalu lalang di dalam ruangan itu!'Mengapa aku disini?' Tanya wanita itu dalam hati. Dia tidak dapat bersuara karena terdapat lakban yang menempel, membungkam mulutnya.'Dimana Liam? Semoga saja Liam tidak apa-apa!' Sekujur tubuhnya bergetar ketakutan membayangkan apabila Liam bersamanya saat ini. Terdengar suara langkah kaki yang mendekati ruangan itu dan kemudian pintu terbuka. Seorang pria bertubuh tinggi dan kekar berdiri di ambang p