Hanya dengan seperti itu, jantung Naftalie seakan kereta cepat yang melaju dengan cepatnya. Pernikahan kontrak yang awalnya tujuannya hanya untuk membuat anak rasanya akan menjadi sungguhan, perasaan Naftalie tak dapat ditahan lagi. Dia sungguh-sungguh telah jatuh cinta pada mantan calon kakak iparnya. Pria kasar yang dia nikahi guna bisa membayar hutang-hutang ayahnya, kini benar-benar dia cintai dengan seluruh hatinya. “Ah …. aku berkeringat begini, bau juga,” kekeh Naftalie dengan suara mengerang seperti kucing yang sedang dielus.Pria itu tertawa sehingga memperlihatkan lesung pipinya. “Nggak kamu nggak pernah bau,” balas pria itu sambil menarik handuk yang ada di pundak Naftalie lalu mengusapkannya untuk menepis keringat di wajah Naftalie.“Kamu juga … terlihat sempurna, Jacob, aku selalu suka matamu yang biru,” desah Naftalie sambil mengusap alis Jacob dan memandang bola mata biru yang menatapnya dengan lembut. Tiba- tiba saja Jacob mencondongkan dirinya dan mau menyesap bibir
Mendengar suara nenek-nenek itu segera membuat Jacob melompat dan seakan melayang masuk ke dalam tempat Naftalie akan dikrimbat.Saat dia masuk, istrinya sudah duduk dan kepalanya sedang diberikan sebuah adonan berwarna hijau di atas rambutnya yang berwarna merah.“Ah sayang ini enak sekali, ayo cepat duduk sini!” pekik Naftalie sambil menoleh kepada suaminya.Haish sejak kapan seorang Jacob Owen jadi ikutan main salon-salonan seperti ini?Sambil bersungut-sungut pria itu akhirnya duduk di kursi yang Naftalie tunjukkan padanya.Seorang terapis segera datang dan memberikan adonan yang sama di rambut coklat gelap milik Jacob. “Apaan sih ini?” ujarnya dengan kesal tapi itu hanya mendapatkan kerlingan mata dari istrinya. “Nikmati saja lah, ini menyenangkan sekali, aku senang sekali,” kikik Naftalie sambil menggoyang- goyangkan tangannya.Pria itu mendengus sebal tapi akhirnya malah memperhatikan istrinya yang terlihat sangat menikmati pijatan di kepalanya. “Lehernya tegang sekali nih,”
Jantung Naftalie berdebar dengan kencang ketika melihat wajah suaminya yang terkejut. Bola mata biru suaminya terbelalak dan menatapnya dengan tajam.Sejujurnya Naftalie lebih terkejut pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia dengan berani berjinjit lalu mengecup pipi Jacob seperti itu?Sebenarnya wanita itu sudah akan menerima saja jika Jaco segera menyeretnya untuk pulang, setelah melakukan hal selancang itu.Apa yang dia pikirkan sampai berani mengecup Jacob seperti itu?Tetapi siapa sangka kini pria itu menggandengnya dan membawanya ke sebuah dermaga.Ada sebuah kapal mewah menunggu mereka di situ. Jantung naftali kembali berhenti berdetak ketika menuntun tangannya ketika dia menyeberang naik ke atas kapal.Di luar dugaan kapal itu kosong. Naftali kira mereka akan naik sebuah kapal layar milik Jacob yang katanya sedang merapat kemarin. Tetapi tidak kapal ini kosong bahkan terlalu kosong hanya mereka tamu yang ada di situ.Dan yang lebih hebatnya kapal itu terlihat sungguh indah d
“HAHA … HAHA!”Pria itu segera tertawa dibuat-buat. “Cih … aku cemburu … aku Jacob Owen cemburu, wanita banyak mengantri untuk bersamaku, aku bisa memilih wanita mana saja yang aku mau. Aku nggak akan pernah cemburu!” ujar Jacob dalam hati. “Kenapa kamu bisa pikir gitu?” tanya Jacob segera menarik dirinya. Seketika itu Naftalie menyesal karena telah bertanya seperti itu pada Jacob. Kadang memang bibirnya sudah terlanjur mengeluarkan kata-kata di hatinya tanpa diproses dulu di benaknya. Semua perasaan ringan dan nyaman tadi seketika menghilang dan Jacob kembali terasa jauh.“Maaf, aku asal ngomong aja,” kekeh Naftalie dengan kikuk, dia meraih tangan suaminya tapi pria itu segera menarik tangannya dan mengisi gelasnya lagi. Napas Naftalie seketika tertahan. Ingin rasanya dia menggigit lidahnya sendiri karena telah membuat suasana jadi keruh.“Nggak, itu tadi bukan asal ngomong. Kamu memang mengira aku cemburu dengan pacarmu itu kan?” desis Jacob sambil kembali menenggak isi gelasnya.
Naftalie tak mengerti bagaimana, tapi ciuman panas itu tak berhenti, mereka berdua sudah mabuk oleh anggur dan gairah. Bibir Jacob menguasai semua indra Naftalie. Hanya desahan dan erangan yang terdengar sekarang. Naftalie bahkan tak sadar bagaimana caranya Jacob bisa menariknya ke sebuah kamar dan segera melucuti bajunya.Tapi Naftalie tak peduli lagi. Yang penting pria itu tak jadi pergi, yang penting kini pria itu bersamanya sekarang, menyatu dengan dirinya seakan mereka bisa mati jika tak melakukan itu.Jacob tak menahan dirinya lagi, Naftalie miliknya, dan sialnya, dirinya juga milik Naftalie, walau otaknya marah dan tak setuju, nyatanya tubuh dan hatinya benar- benar milik Naftalie.Jacob menyentak istrinya, membawa wanita itu ke langit ketujuh kenikmatan dunia. Mereka bergulat saling menyatu memberi dan menerima tanpa ada rasa takut-takut lagi. Kali ini mereka tak hanya beradu fisik, namun juga memadu perasaan mereka, yang membuatnya sangat berbeda. “Oh Naftalie, aku ngga bis
Jantung Jacob berdebar sangat kencang begitu wanita itu terkulai di dalam pelukannya. Empat kali berturut-turut dengan permainan yang kasar memang kelewatan. Jacob menyadari hal itu dan sangat menyesalinya. Dengan panik pria itu segera mencoba membangunkan Naftalie. Jika ada sesuatu terjadi pada Naftalie dia tak akan bisa memaafkan dirinya. Jacob seakan kembali pada saat mereka bersama di atas tempat tidur untuk pertama kalinya. Saat Jacob malah mencekik calon pengantinnya.“Nat! Naftalie bangun, Nat!” geram Jacob dengan panik. Pria itu menepuk pipi Naftalie tapi wanita itu tak juga memberi respon. “NAT!” panggil Jacob sambil mengguncang tubuh istrinya kini dengan lebih kuat lagi.Namun yang keluar dari mulut naftali justru lebih mengerikan. “Jangan pergi Jay, jangan pergi tinggalin aku lagi!” Wanita itu terisak sambil memegangi tangan Jacob. Jay, bukan Jacob. Jason bukannya Jacob. Seketika itu hati Jacob seakan ditusuk. Jangan bilang kalau wanita ini selama mereka bersama, mema
Naftalie menatap si kakek itu berbicara dengan Jacob. Hatinya sungguh lega mendengar suara suaminya menanggapi tawa kakek tua itu. Wajah ramah dengan penuh kelembutan kembali muncul di wajah Jacob ketika berbicara dengan kakek dengan tongkat kayu itu. Siapa pria itu?Tapi entah siapa itu, yang pasti Naftalie sangat lega melihat suaminya masih ada. Setelah pegulatan mereka yang panas semalam, Naftalie mengucapkan kata tolol itu pada Jacob. Kepada pria itu dengan lantang, Naftalie masih ingat kata-kata itu meluncur dengan nikmatnya keluar dari bibirnya. Panik tapi pria itu tersenyum ketika mendengarnya. Tersenyum kan? Itu yang Naftalie ingat, tapi setelah itu Naftalie tak ingat apa-apa lagi. Apakah semua itu hanya dalam mimpinya? Dengan panik wanita itu segera bangun dari tempat tidur ketika membuka matanya dan menyadari Jacob tak ada.Rasa takut mencekam menggenggam hatinya. Apa karena kata-kata bodohnya itu pria itu jadi kabur. Walau dengan semua yang terjadi, kontrak pernikahan merek
Setelah menghabiskan waktu yang nikmat dalam kebersamaan di kabin yacht lagi, Naftalie menggandeng tangan Jacob dengan manja turun dari yacht dan menuju kamar mereka untuk membersihkan diri.Setelah itu Jacob mengajak naftali untuk sarapan, awalnya Naftalie enggan untuk keluar lagi dari kamar. Kini, berduaan dengan Jacob benar-benar terasa seperti bulan madu. Naftalie ingin menikmatinya selama dia bisa.Tetapi setelah mendengar kalau kakek tua yang bernama Ben itu datang, naftali segera berdandan dengan senang hati.Lagi-lagi hati Jacob bergetar begitu melihat kecantikan istrinya. Kali ini wanita itu hanya mengenakan sebuah gaun sederhana dari bahan katun tanpa lengan berkerah seperti kemeja namun roknya lebar panjang warna hijau limau.Sebenarnya gaun itu tampak luar biasa aneh bagi Jacob, warna limaunya benar-benar bukan pilihan yang normal. Namun siapa sangka gaun aneh Itu tampak sangat indah ketika dikenakan oleh Naftalie warna kulitnya terlihat lebih cerah dan menonjolkan warna
Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang di
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem
Hari itu adalah hari pertama kali Isabel keluar dari panti asuhan, beberapa bulan yang lalu pekerjaannya di kafe akhirnya berakhir karena atasannya memutuskan akan mengakhiri kontrak kerja sebelum selesai jangka waktu kontrak Isabel berakhir. Semua karena Isabel menolak ciumannya kemarin. Isabel bersyukur bisa menghindar pria kurus yang sudah beristri itu dari awal memang sudah seringkali menyentuh Isabel di daerah -daerah yang berbahaya. Tapi akibatnya, Isabel kini sudah habis waktunya tinggal di panti asuhan, dan juga tak punya uang untuk menyewa kosan untuk dia tinggali. Untung saja ibu panti asuhan berhasil membujuk seseorang untuk membawa Isabel untuk menjadi pelayan di sebuah rumah orang kaya.Pagi- pagi benar Isabel di bawa ke sebuah bukan rumah melainkan kastil. Dikatakan kalau mereka memang mencari gadis- gadis polos untuk dijadikan pelayan. Sebenarnya agak konyol permintaannya, gadis harus polos, tapi harus sudah berpengalaman. Tapi untungnya Isabel tetap boleh datang, k
Jacob mendengar penjelasan Ed dengan seksama. Ada saat dia rasanya ingin mencekik asistennya itu. Pria itu tak tahu diri, setelah berbagai hal yang Jacob lakukan untuknya, bisa- bisanya Ed melakukan semua hal menjijikkan itu padanya. Seharusnya dia membunuh Ed saat ini juga. Tapi entah kenapa penjelasan yang Ed katakan padanya seakan mengingatkan Jacob akan semua kesalahannya dulu pada Naftalie. Mungkin dia juga memperlakukan Ed seenaknya seperti dulu dia memperlakukan Naftalie. Bukan … bukan kemungkinan, ini bahkan suatu kepastian. Melihat wajah Ed menceritakan sakit hatinya, Jacob merasa seperti ditampar sekarang. Dia memang keterlaluan. Dia kini heran kenapa Ed bisa berbalik dan mengakui ini semua, padahal dengan semua yang dia miliki, dia bisa saja bersama Victoria untuk menghancurkan Jacob sepenuhnya.“Lalu … kenapa kamu mengakui ini semua sekarang?” tanya Jacob dengan sangsi. Pria itu kembali mencurigai Ed hanya berlakon dan ada skema lain lagi di belakang ini.“Karena Isabel.”
“Dokumen apa Ed?” tanya Jacob mengabaikan perawat yang datang dengan wajah khawatir.“Semua dokumen yang tuan terima … itu sudah direkayasa oleh nyonya Victoria.” Jawaban yang diberikan Ed mulai masuk akal di pikiran Jacob.“Dimanipulasi … jadi …” Jacob merasakan dirinya bodoh sekali bisa diperdaya oleh nenek sihir itu.“Maaf … tapi saya harus memastikan, mengenai pembayaran …” perawat yang masuk ke kamar Ed kembali memotong pembicaraan mereka.“Pembayaran apa sih,” tanya Jacob dengan kesal karena perawat itu berani- beraninya menyalahkan pertanyaannya yang penting.“Ada seorang wanita mudah ditemukan di seorang rumah sakit yang diserang seakan mau dirampok, mengaku ada hubungan dengan bapak Ed,” ucap perawat itu segera menjelaskan dengan takut-takut. Hati Ed segera mencelos begitu mendengar kata wanita muda. Pria itu segera menyesal memberikan dokumen penting itu kepada Isabel.Tadi dia pikir hanya dia yang akan diserang, tapi ternyata sampai semua yang berhubungan dengan dirinya ju