Setelah para wanita tadi pergi Arumi sedikit lega, Dewa yang dari tadi sangat cemas dan khawatiir setelah melihat Arumi keluar membuat dia segera menghampiri. "Ternyata kamu dari tadi di dalam? kenapa tidak menyahut ku?!" cecar Dewangga bertanya sembari menatap tajam dan memegang bahu Arumi dengan kedua tangannya, mereka saling menatap satu sama lain dengan tatapan dalam. "Sudah tahu kenapa masih tanya, lain kali jangan sampai tuan Dewa sebagai seorang pimpinan perusahaan nekad masuk ke dalam toilet seorang wanita itu tidak baik," jelas Arumi yang sekaligus menegur Dewa tapi dia tidak berani menatap wajah suaminya. Untuk pertama kali, Dewa melihat sikap Arumi yang sedikit berbeda terdengar sinis dan juga seolah sengaja menghindari dirinya. Tapi dia berusaha menjelaskan. "Arumi, aku tahu kamu marah dengan apa yang telah terjadi tadi. Tapi aku bisa menjelaskannya," kata Dewa yang berusaha membujuk. "Menjelaskan bagaimana tuan? bukankah semuanya sudah jelas. Ternyata anda mas
Beberapa jam kemudian, di saat Dewa tengah sibuk dengan beberapa rekannya dan Arumi sengaja berjalan-jalan di sekitaran taman. Laura sengaja mengikuti. Karena ia tidak terima saat Arumi menyandang status istri dari pria yang sangat dia cintai. "Hm..." Arumi terkejut, saat mendengar suara deheman yang ada di belakangnya. Melihat Laura yang menatap tajam padanya. "Nona Laura kamu," Pekik Arumi sedikit canggung. Laura tersenyum sinis lalu ia sengaja berjalan mendekati Arumi dengan perasaan penuh kebencian. "Kau tahu siapa aku?" Laura sengaja bertanya dengan nada sindiran. Arumi menelan saliva beberapa kali saat melihat Laura yang sengaja melabraknya. "A-aku tahu nona Laura kan?" jawab Arumi terlihat merasa tidak nyaman. Laura memutar kedua bola mata malasnya. Saat mendengar pertanyaan Arumi yang membuat dirinya muak tanpa sungkan lagi dia juga mengingatkan. "Bagus deh kalau kamu tahu aku, seharusnya kamu tahu diri," bisik Laura penuh penekanan, membuat Arumi sedikit tidak
Wajah Dewa tampak pucat dan panik saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh beberapa wartawan di sana, dia tidak ingin menanggapi mereka dan lebih memilih pergi bersama dengan Laura. Arumi yang di temani oleh Clarisa hanya terdiam dan terlihat sangat kecewa saat Dewa lebih memilih untuk pergi bersama dengan pacarnya. Laura yang sekilas melirik wajah Arumi yang penuh dengan kekecewaan membuat dia merasa puas karena Dewa lebih memilih menghibur dirinya. "Heh, bagus wanita itu sepertinya sangat sedih. Aku harus memanfaatkannya." Geram Laura sengaja memeluk lengan Dewa dengan sangat manja. Arumi menahan tangis, meskipun dia seharusnya tidak boleh memiliki perasaan sedih ketika Dewa sedang bersama dengan Laura, tapi tetap saja air matanya tidak bisa di bendung lagi. Tanpa membuang waktu lagi wanita cantik itu segera pergi dari sana. Clarisa berusaha memanggil, tapi Arumi tidak menghiraukan panggilan wanita itu karena ia tidak ingin ada yang melihat dirinya terlihat se
Kedua bola mata Arumi terbelalak saat melihat isi video yang di kirimkan oleh Laura padanya, seketika wajah cantiknya memucat air matanya seolah tak mampu terbendung lagi saat melihat pemandangan pahit. "Mereka sudah berhubungan sejauh ini?" Arumi menyeka air mata yang terus mengalir di kedua pelupuk matanya. Hatinya sangat hancur saat melihat Dewa yang begitu dekat dengan Laura. Membuat dirinya menjadi ciut, dan terkadang pikiran-pikiran tentang status dirinya pun mulai menyeruak dalam hatinya. Apakah dirinya tidak ada tempat di hati Dewa meskipun hanya sedikit saja. "Arumi! cukup, jangan berpikiran yang macam-macam. Pernikahan ini berawal dari kesalahan jadi untuk apa kamu berharap banyak, apa lagi sampai berharap tuan Dewa memilih diri mu," batin Arumi yang mengerutu di sepanjang jalan. Satu jam telah berlalu, Arumi akhirnya sampai di rumah kediaman Wijaya. Oma Rima pun segera menghampiri saat melihat cucu menantunya yang sudah dia tunggu-tunggu dari tadi setelah melihat
Arumi sangat terkejut, saat melihat Dewa yang baru saja masuk ke kamar, wanita cantik itu pun segera menyeka air matanya yang dari tadi terus menetes. ''Arumi, kenapa kamu pulang tidak menunggu ku?'' Tanya Dewa menghampiri, namun dengan cepat Arumi segera menjaga jarak seolah engan untuk di dekati. ''Untuk apa saya menunggu? sedangkan anda sedang bersama dengan kekasih anda tuan?' jawab Arumi seraya tersenyum getir dan melontar balik pertanyaan pada Dewa. Dewa seketika mematung saat Arumi melontar balik pertanyaan padanya, namum tentu saja Dewa tidak suka di bantah. ''Aku tahu marah saat melihat Laura, tapi seharusnya tunggu aku, jangan membuat oma curiga, dan marah pada ku.'' Dewa marah. Arumi menghela nafas jengah saat Dewa seolah menyalahkan dirinya, dengan spontan wanita cantik itu pun memberanikan diri untuk memastikan satu hal. ''Tolong jawab aku tuan Dewa, kenapa anda tidak mengatakan jika anda sudah memiliki seorang pacar?'' Arumi menantikan jawab dengan perasaan pen
Marisa mengerutkan kening saat melihat asisten rumah tangganya, terlihat sudah menghubungi seseorang yang membuatnya penasaran lalu mencecar beberapa pertanyaan. "Bi, kamu ini nelepon siapa malam-malam seperti ini?" Tanya Marisa sembari menatap tajam dan berkacak pinggang. Bi Tini tersontak kaget, saat melihat majikannya yang tiba-tiba saja ada di belakangnya. "Nyonya, bibi pikir siapa tadi bibi hanya menelpon Hera menghampiri dan mencecar putra bibi saja di kampung," Jawab bi Tini berbohong karena dia tidak ingin majikan wanita yang jahat dan licik itu mengetahui jika dirinya sudah menghubungi putri dari pak Harun. Beruntung tadi Marisa tidak mendengar pembicaraan nya dan Arumi, dengan penuh emosi Marisa pun menyuruhnya untuk segera pergi untuk mengurus pak Harun. Wanita paruh baya itu pun mengangguk patuh. "Baik nyonya, bibi urus tuan dulu." Bi Ratih pergi ke arah kamar pak Harun yang saat ini sedang sakit struk ringan Marisa terlihat asik membawa seorang berondong ke dalam r
Arumi menelan saliva karena sedikit kaget, saat melihat Dewa yang sudah ada di depannya yang terus membidik dengan tatapan tajamnya. "A-Aku tadi sangat haus tuan, jadi ke dapur minum dulu. Kenapa anda malah bangun?" jawab Arumi terpaksa berbohong karena ia tidak mau berdebat dengan Dewa. Mendengar penjelasan Arumi, entah kenapa Dewa belum percaya sepenuhnya karena tidak biasanya sang istri keluar kamar malam-malam. "Kenapa tidak menyuruh pelayan untuk mengantarkannya," kata Dewa mengingatkan. Arumi sudah menduga, jika Dewa tidak akan mudah percaya. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang agar tidak membuat lelaki yang ada di depannya curiga. "Para pelayan sudah tidur, kasian kalau harus di ganggu, lagi pula jalan-jalan ke dapur sebentar tidak papa kan." Arumi berusaha untuk meyakinkan. Dewa terdiam, dia sebenarnya tidak ingin berdebat lagi hanya karena hal sepele. Dengan raut wajah yang datar ia akhirnya menerima alasan Arumi. "Sudah, cepat tidurlah. Besok ada beberapa dokum
Kening nyonya Rima berkerut saat Dewa bertanya padanya, lalu dia mengiyakan jika semalam Arumi memang menemuinya dan meminta ijin untuk pulang menjenguk ayahnya lebih dulu, bahkan wanita berusia enam puluh tahunan itu juga yang menyuruh supir pribadi mereka untuk mengantarkan Arumi. Dewa menghela nafas kasar, dia tidak habis pikir kenapa istri kontraknya itu sudah mulai berani berbohong padanya. Padahal selama ini Arumi selalu ijin padanya. "Dewa! jawab oma dengan jujur, apa kamu masih berhubungan dengan mantan kekasih mu sepertinya semalam Arumi terlihat sangat sedih sekali," Oma Rima menatap penuh selidik. Wajah Dewa seketika berubah menjadi muram, hatinya pun menjadi ciut, lidahnya seolah terkunci saat akan menjawab. Melihat ekspresi Dewa yang malah mematung, memperkuat pemikiran Oma Rima sampai membuatnya sedikit kesal dan marah. "Oma sudah menduganya, sudah berapa kali di ingatkan sudah lupakan saja wanita itu dan fokus pada istri mu Dewa, Arumi jauh lebih baik dar
Dewa memijat kening, sungguh selama ini dirinya merasa sangat bodoh karena telah tertipu oleh wanita yang begitu manipulatif seperti Laura. Nyonya Retha dan Oma Rima bernafas lega, saat melihat Laura dan Adrian telah di bawa oleh orang-orang mereka agar segera di proses. Excel menatap mommy dan Dady, meskipun jagoan kecil yang tidak mengerti tentang urusan orang dewasa tadi tapi ada senyuman bahagia di wajah lucunya lalu ia yang berada di dekat kedua orang tuanya pun bertanya. "Mommy! Apa benal paman tampan ini adalah Dady ku?" Celoteh Excel dengan nada cadel-nya sembari memegang kedua tangan kedua orang tuanya. Seketika wajah Arumi terdiam, dia masih marah pada Dewa. Akan tetapi setelah melihat bukti dan mengetahui kebenarannya membuat hatinya perlahan menjadi luluh. "Jagoan kecil! mulai sekarang jangan panggil lagi paman oke, karena kamu adalah pura Dady nak, maaf jika selama ini Dady tidak menjaga mommy dan kamu dengan baik," sesal Dewa yang perlahan berjongkok lalu memeluk da
Arumi terlihat dilema, setelah dia mengetahui semua kebenarannya tentang malam itu. Yang ternyata ulah Laura. "Jangan kembali lagi pada pria seperti Dewa. Dia hanya mencintai Laura. Dan kamu tidak akan bahagia," Adrian kembali mengingatkan. Tentu saja Dewa semakin marah dengan sikap Adrian yang terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Arumi. Sampai Dewa kehilangan kendali, lalu kembali melayangkan tangannya yang mendarat tepat di wajah lawan bicaranya itu.BLUGH!"Diam kau Adrian! Simpan omong kosong mu itu," Geram Dewa. Sampai membuat Adrian kembali terjatuh tersungkur ke bawah lantai. Semua orang di sana terkejut, tak ingin sampai Dewa semakin murka dengan cepatnya Doni memghampiri dan berusaha mengingatkan bosnya. "Tuan, tenanglah, jaga jangan sampai image anda terlihat buruk oleh semua orang, terutama nyonya Arumi," bisik Doni mengingatkan. Dewa berusaha menahan diri, dan Oma Rima juga menegurnya. "Dewa tenanglah, dan kamu nak Adrian berhentilah berharap pada Arumi. Dia ma
Kata-kata sindiran Dewa seolah menjadi sebuah belati tajam untuk hati Adrian, yang sebenarnya apa yang telah dia lakukan itu memang salah karena rasa cintanya yang begitu besar pada Arumi. Tak ingin mengelak lagi, Kini Adrian pun membalas kata-kata Dewa dengan penuh kepercayaan diri. "Heh! jika aku salah telah membantu Arumi agar jauh dari orang-orang toxic seperti mu," Decih Adrian dengan suara yang santai. Darah Dewa mendidih, saat mendengar kata-kata Adrian yang menyulut emosinya. Hingga membuat lelaki tampan itu menghampiri lalu meraih dan menarik kerah Adrian dengan sangat keras. Membuat Arumi kaget begitu juga dengan Excel. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku Adrian? tahu apa kau tentang aku dan istri ku!" Hardik Dewa yang sudah tidak ingin mentolerir sikap rekan bisnisnya itu. Arumi terlihat cemas dan panik, sampai dia berusaha melerai keduanya. Karena tidak ingin ada sesuatu hal yang terjadi apa lagi sampai ada yang terluka. "Cukup mas Dewa! oke, aku
"Apa! kamu bilang suster, tuan Dewa? kalian pergi ke sana?" Arumi tercengang saat baru tahu jika putranya itu entah sebuah kebetulan atau memang sengaja mencari tahu tentang Dady-nya tanpa sepengetahuan dirinya. "Iya nyonya, maaf. saya telah berbohong tadi hanya tidak tega saja melihat den Excel meminta untuk main ke rumah nenek buyut temanya," sesal sang baby sister dengan wajah yang tertunduk. Arumi menghela nafas jengah, saat mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui hari, dia terlihat cemas dan panik katena tidak ingin jika Dewa sampai mengetahui keberadaan mereka terutama Excel. "Arumi! apa kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian yang ikut cemas saat melihat wajah Arumi yang terlihat sangat pucat. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu menjawab jika dia sangat takut jika sampai Dewa mengetahui tentang Excel, mengingat perjanjian mereka berdua saat menikah. Dewa berhak mengambil hak asuh putra mereka. Tapi sebagai seorang ibu, meskipun Arumi bukan istri yang Dewa ingin
Melihat cucunya begitu bersemangat, Oma Rima menatap penuh harap punggung Dewa yang perlahan semakin menjauh dari pandanganya. Dalam hatinya kembali ada secercah harapan jika rumahnya akan kembali hangat seperti dulu. "Semoga Dewa berhasil meminta maaf dan membujuk Arumi, agar mau pulang lagi," gumam Oma Rima. Mendengar perkataan ibunya, Nyonya Margaretha datang menghampiri lalu dia mengatakan beberapa pendapatnya yang menohok. "Ck, ibu ini kenapa begitu yakin jika anak itu milik Dewa? sekaligus dia hamil pun Belum tentu darah daging Dewa. Siapa tahu Arumi selingkuh," Cibir Nyonya Retha sembari memutar kedua bola mata malasnya. Oma Rima mendelik, saat menerima celaan dari putrinya. Bahkan dia menegur agar putrinya itu menjaga ucapan dan yang penting dia meminta sebagai seorang ibu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan putranya. "Akh ibu ini aku bosen Mendengarnya, menurut ku tetap Laura yang terbaik untuk Dewa." Ucap Retha yang terkekeh dengan pendiriannya.
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu