Laura menyeringai puas saat mendengar kabar membuatnya sangat bahagia, tentang Arumi yang berhasil mereka singkirkan tanpa harus membuat mereka menyentuh dengan tangannya sendiri. "Heh! bagus sekali jika Arumi jatuh ke laut maka dia akan hanyut dan Dewa tidak akan pernah lagi menemukannya," Laura tertawa besar. Rani yang baru saja membuatkan jus untuk majikannya, membuat dia sedikit penasaran tentang hal apa yang membuat sang majikan bahagia. "Wah, sepertinya nona Laura sedang bahagia, katakan pada ku apa tuan Dewa akan benar-benar melamar anda?" cecar Rani sembari menyodorkan satu gelas jus strawberry yang di inginkan Laura. Dengan penuh kesombongan, Laura meraih dan meneguk habis. Dan kembali memperlihatkan chat para preman sewaannya. "Lihat, Arumi sepertinya sudah mati di telan ombak," Laura begitu yakin. Rini ikut senang, bahkan dia mengajak untuk merayakan kemenangan majikanya itu. "Nona, gimana kalau kita party untuk merayakan kemenangan anda," celetuk Rini. Laura san
Beberapa hari kemudian, Dewa masih mencari Arumi di pesisir pantai, tidak ada tanda-tanda keberadaan istrinya di sana padahal semua pengawal dan tim sar yang ikut membantunya. "Arumi! kamu di mana?" teriak Dewa yang terlihat sudah mulai putus asa, setelah beberapa malam dan beberapa hari dia terus mencari Arumi, sampai mereka terlihat kelelahan. Tapi Dewa tidak peduli, yang dia inginkan hanyalah para pengawal dan orang kepercayaannya harus tetap mencari Arumi sampai dapat. Meskipun ragu salah satu dari mereka mencoba mengingatkan jika cuaca hari ini cukup tidak mendukung saat akan melanjutkan pencarian. "Tuan, maafkan kami jika sudah lancang berbicara seperti ini, tapi kami mengingatkan tidak baik jika kita terus memaksakan pencairan di saat kondisi hujan seperti ini," jelas Doni. Kedua bola mata Dewa memerah, saat sang asisten menasehatinya. Bahkan dia tidak terima. "Apa maksud ku? kau meminta ku untuk tidak mencarinya kagu?" Geram Dewa menarik kerah Doni, sampai Doni sesak
"Mas Dewa! aku tidak suka kamu membentak aku seperti ini hanya karena wanita itu, bukankah bagus jika dia pergi dengan sendirinya, dengan begitu kita bisa menikah," Peringat Laura seraya meraih dan memegang erat lengan lelaki yang sangat dia cintai. Dewa terkejut dengan perkataan Laura yang begitu enteng berbicara tentang dirinya dan Arumi. "Maksud mu apa Laura? jangan bilang kehilangan Arumi ada hubungannya dengan mu?" Dewa mendelik dan menatap tajam pada Laura. Laura tersentak kaget, saat Dewa bertanya dengan tatapan penuh kecurigaan, tentu saja dia tidak ingin jika sampai semua rencananya ketahuan. "Ya ampun mas, kamu ini bicara apa? aku ini sudah pernah menyelamatkan kamu dan mana mungkin aku sembarang berbuat hal seperti itu," sanggah Laura menangis. Meskipun Dewa sangat angkuh dan dingin, melihat seorang wanita menangis rasanya membuatnya tidak tega. Bahkan dia berperang dalam batin bagaimana bisa dia memiliki prasangka buruk pada Laura yang dulu pernah menyelamatkan
Di sebuah rumah sakit, Dewa berjalan menuju ke dalam ruang rawat terlihat Oma Rima yang sedang duduk bersandar di atas brankar menatap penuh kecewa. "Oma, bagaimana keadaannya apakah sudah membaik?" tanya Dewa dengan nyali yang sedikit menciut dan tak berani mengangkat wajahnya. Wajah Oma Rima terlihat sangat muram dan penuh kekecewaan saat melihat wajah Dewa, setelah mengetahui apa yang telah terjadi pada Arumi. "Dewa! katakan pada oma, apakah Arumi sudah kamu temukan?" Satu pertanyaan dari Oma Rima membuat Dewa terhenyak kaget, dan bibirnya terasa sangat berat ketika akan menjawab. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang. "Belum Oma, semua orang ku sedang masih mencarinya." Oma Rima terlihat sangat murka, dia bahkan menegur sang cucu bahwa sebagai seorang suami tidak sigap. Bahkan wanita berusia enam puluh lebih itu terlihat sangat ragu dengan apa yang akan dia katakan pada besannya. Dewa sangat menyesal dan meminta maaf, karena dia memang saat itu malah mengantar Laura da
Sesampainya di rumah, Dewa berjalan menaiki tangga dengan langkah lebarnya. Dia berusaha berpikir positif dan masih berharap para pengawal dan orang-orangnya bisa menemukan keberadaannya. "Arumi!" panggil Dewa yang membuka pintu kamar, terlihat suasana di dalam ruangan terasa hening. Ranjang pun terlihat masih rapih tidak ada tanda-tanda keberadaan Arumi di sana membuat Dewa semakin cemas dan panik. Beberapa kali memanggil dan memeriksa setiap ruangan, tetap saja tidak ada. Terlebih lagi Doni yang baru saja mendapatkan kabar jika beberapa tim sar telah menemukan robekan kain yang menurut mereka miliki Arumi. Sontak wajah Dewa berubah menjadi muram, rasanya dia tak percaya dan sangat marah ketika Doni mengatakan kabar yang tidak dia inginkan, sampai dia kehilangan kendali meraih dan menarik kerah kemeja asistennya. "Kau bicara apa Doni?!" Daren mengeram kesal, dia tidak ingin menerima alasan yang di katakan oleh Doni, yang dia inginkan adalah Arumi di temukan apa pun carany
Setelah Dewa melihat robekan kain yang di perlihatkan oleh salah satu orang kepercayaannya, dia sangat terkejut karena masih ingat jelas jika itu memang pakaian terakhir yang di gunakan oleh istrinya. "Tidak mungkin! ini pasti keliru, katakan pada ku kalian pasti menemukannya kan?" Dewa meraih dan menarik kerah para pengawalnya yang hanya bisa tertunduk tidak berani untuk menatap wajahnya. Namun sebagai asisten kepercayaannya, Doni berusaha menenangkan bosnya. Agar bisa menerima kabar buruk yang telah mereka dapatkan dari beberapa tim sar yang sudah membantu mereka untuk mencari di mana keberadaan istri bosnya itu. "Tuan saya mohon anda tenanglah, jika memang itu milik nyonya maka sepertinya tuan harus belajar mengikhlaskan jika sepertinya nyonya tidak bisa di selamatkan," celetuk Doni, memberanikan mengutarakan pendapatnya dan berusaha menghibur. Bukanya mereda, kemarahan Dewa malah semakin tersulut, karena melihat Doni yang begitu enteng mengatakan hal itu. "Diam kau! aku
"Tentu saja sayang mommy bawakan Excel mainan pesawat, lihatlah suka tidak?" Arumi memberikan sebuah kado yang berukuran cukup besar. Excel begitu antusias saat sang mommy memberikan apa yang dia inginkan. Bahkan jagoan kecil itu tak sabar dan segera membuka isi dari kotak itu. Arumi dan Adrian saling menatap mereka berharap jika Excel menyukainya. Kedua bola mata jagoan kecil berpipi chuby itu pun membulat kagum, saat melihat mainan pesawat terbang dengan ukuran yang cukup besar. "Waw, mommy ini bagus sekali," celotehnya. Senyuman sumringah terpancar di wajah cantik Arumi, saat melihat buah hati yang sangat dia sayangi terlihat sangat bahagia. "Syukurlah jika jagoan mommy suka, sekarang cepat katakan apa ini yang pilihkan Adrian loh?" tanya Arumi membelai lembut puncak kepala Excel. Excel yang begitu polos menatap Adrian, lalu jagoan kecil yang begitu menggemaskan itu pun mengucapakan beberapa patah kata pada Adrian. "Om, makacih kalena udah pilihkan pesawat mainan yang san
Siang berganti malam, Arumi yang baru saja menemani Excel tidur. Perlahan dia berjalan menuruni tangga dan menghampiri Adrian yang masih menunggu di ruang makan. Adrian yang melihat Arumi datang, lelaki berparas maskulin itu memberanikan diri untuk melontarkan satu pertanyaan meskipun sebenarnya dia sangat ragu. "Mas Adrian, maaf ya kalau aku sudah repotin kamu," sesal Arumi lalu duduk dan memberikan satu gelas kopi panas. Wajah Adrian sedikit muram saat mengingat Jani Arumi pada jagoan kecilnya. "Apakah kamu benar akan mempertemukan Excel dengan Dewangga?" Adrian penasaran. Arumi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan, dengan hati yang berat dia pun menjawab. "Aku hanya menghibur Excel saja, mendengar namanya saja sudah membuat aku sesak," Lirih Arumi dengan netra yang berkaca-kaca. Adrian bernafas lega, saat mendengar Arumi hanya mengatakan untuk menghibur saja, karena sebenarnya dia sama sekali belum siap mengatakan tentang Dewa di depan Excel. "Jadi a
Dewa memijat kening, sungguh selama ini dirinya merasa sangat bodoh karena telah tertipu oleh wanita yang begitu manipulatif seperti Laura. Nyonya Retha dan Oma Rima bernafas lega, saat melihat Laura dan Adrian telah di bawa oleh orang-orang mereka agar segera di proses. Excel menatap mommy dan Dady, meskipun jagoan kecil yang tidak mengerti tentang urusan orang dewasa tadi tapi ada senyuman bahagia di wajah lucunya lalu ia yang berada di dekat kedua orang tuanya pun bertanya. "Mommy! Apa benal paman tampan ini adalah Dady ku?" Celoteh Excel dengan nada cadel-nya sembari memegang kedua tangan kedua orang tuanya. Seketika wajah Arumi terdiam, dia masih marah pada Dewa. Akan tetapi setelah melihat bukti dan mengetahui kebenarannya membuat hatinya perlahan menjadi luluh. "Jagoan kecil! mulai sekarang jangan panggil lagi paman oke, karena kamu adalah pura Dady nak, maaf jika selama ini Dady tidak menjaga mommy dan kamu dengan baik," sesal Dewa yang perlahan berjongkok lalu memeluk da
Arumi terlihat dilema, setelah dia mengetahui semua kebenarannya tentang malam itu. Yang ternyata ulah Laura. "Jangan kembali lagi pada pria seperti Dewa. Dia hanya mencintai Laura. Dan kamu tidak akan bahagia," Adrian kembali mengingatkan. Tentu saja Dewa semakin marah dengan sikap Adrian yang terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Arumi. Sampai Dewa kehilangan kendali, lalu kembali melayangkan tangannya yang mendarat tepat di wajah lawan bicaranya itu.BLUGH!"Diam kau Adrian! Simpan omong kosong mu itu," Geram Dewa. Sampai membuat Adrian kembali terjatuh tersungkur ke bawah lantai. Semua orang di sana terkejut, tak ingin sampai Dewa semakin murka dengan cepatnya Doni memghampiri dan berusaha mengingatkan bosnya. "Tuan, tenanglah, jaga jangan sampai image anda terlihat buruk oleh semua orang, terutama nyonya Arumi," bisik Doni mengingatkan. Dewa berusaha menahan diri, dan Oma Rima juga menegurnya. "Dewa tenanglah, dan kamu nak Adrian berhentilah berharap pada Arumi. Dia ma
Kata-kata sindiran Dewa seolah menjadi sebuah belati tajam untuk hati Adrian, yang sebenarnya apa yang telah dia lakukan itu memang salah karena rasa cintanya yang begitu besar pada Arumi. Tak ingin mengelak lagi, Kini Adrian pun membalas kata-kata Dewa dengan penuh kepercayaan diri. "Heh! jika aku salah telah membantu Arumi agar jauh dari orang-orang toxic seperti mu," Decih Adrian dengan suara yang santai. Darah Dewa mendidih, saat mendengar kata-kata Adrian yang menyulut emosinya. Hingga membuat lelaki tampan itu menghampiri lalu meraih dan menarik kerah Adrian dengan sangat keras. Membuat Arumi kaget begitu juga dengan Excel. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku Adrian? tahu apa kau tentang aku dan istri ku!" Hardik Dewa yang sudah tidak ingin mentolerir sikap rekan bisnisnya itu. Arumi terlihat cemas dan panik, sampai dia berusaha melerai keduanya. Karena tidak ingin ada sesuatu hal yang terjadi apa lagi sampai ada yang terluka. "Cukup mas Dewa! oke, aku
"Apa! kamu bilang suster, tuan Dewa? kalian pergi ke sana?" Arumi tercengang saat baru tahu jika putranya itu entah sebuah kebetulan atau memang sengaja mencari tahu tentang Dady-nya tanpa sepengetahuan dirinya. "Iya nyonya, maaf. saya telah berbohong tadi hanya tidak tega saja melihat den Excel meminta untuk main ke rumah nenek buyut temanya," sesal sang baby sister dengan wajah yang tertunduk. Arumi menghela nafas jengah, saat mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui hari, dia terlihat cemas dan panik katena tidak ingin jika Dewa sampai mengetahui keberadaan mereka terutama Excel. "Arumi! apa kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian yang ikut cemas saat melihat wajah Arumi yang terlihat sangat pucat. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu menjawab jika dia sangat takut jika sampai Dewa mengetahui tentang Excel, mengingat perjanjian mereka berdua saat menikah. Dewa berhak mengambil hak asuh putra mereka. Tapi sebagai seorang ibu, meskipun Arumi bukan istri yang Dewa ingin
Melihat cucunya begitu bersemangat, Oma Rima menatap penuh harap punggung Dewa yang perlahan semakin menjauh dari pandanganya. Dalam hatinya kembali ada secercah harapan jika rumahnya akan kembali hangat seperti dulu. "Semoga Dewa berhasil meminta maaf dan membujuk Arumi, agar mau pulang lagi," gumam Oma Rima. Mendengar perkataan ibunya, Nyonya Margaretha datang menghampiri lalu dia mengatakan beberapa pendapatnya yang menohok. "Ck, ibu ini kenapa begitu yakin jika anak itu milik Dewa? sekaligus dia hamil pun Belum tentu darah daging Dewa. Siapa tahu Arumi selingkuh," Cibir Nyonya Retha sembari memutar kedua bola mata malasnya. Oma Rima mendelik, saat menerima celaan dari putrinya. Bahkan dia menegur agar putrinya itu menjaga ucapan dan yang penting dia meminta sebagai seorang ibu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan putranya. "Akh ibu ini aku bosen Mendengarnya, menurut ku tetap Laura yang terbaik untuk Dewa." Ucap Retha yang terkekeh dengan pendiriannya.
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu