Sore harinya ketika Prince pulang bekerja, Niana seperti biasa akan menunggu di depan pintu utama tempat paling awal yang akan Prince lewati sebelum masuk rumah. Seperti saat ini, pria itu baru saja masuk setelah dibukakan pintu oleh salah satu asistennya.Prince segera merentangkan tangannya seolah menyambut langkah kecil Niana yang perlahan mendekat ke arahnya. Pria itu dengan penuh rasa gemas memeluk erat tubuh gadisnya dan menciumi puncak kepala Niana. Bahkan Niana sendiri dibuat berjinjit ketika Prince ingin mencium pipinya.“Ayo duduk, nanti aku buatkan kopi,” ujar Niana sambil menarik lengan Prince untuk duduk di sofa yang ada pada ruang keluarga alih-alih ruang tamu yang dilewati keduanya.Prince sendiri hanya diam mengikuti apa yang diperintah oleh kekasihnya. Ia dengan senang hati akan menerima perlakuan apa saja yang dilakukan oleh Niana. Tak lama setelah itu, Niana kembali tiba dengan membawa secangkir kopi khusus untuk orang yang paling dicintainya. Gadis itu segera mel
Niana dan Prince tampak tengah menikmati waktu malam yang gerimis di balkon kamar si pria. Awalnya Niana hanya ingin meminta tolong pada Prince karena ponselnya tidak bisa hidup, namun pria itu tampaknya mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mengajaknya berpelukan di balkon kamar sambil menikmati cuaca malam yang dingin.Keduanya duduk di satu kursi yang sama dengan Niana duduk tepat di depan kekasihnya sehingga si kekasih bisa memeluknya dari belakang. Beruntung Prince membawa selimut sehingga ia tidak terlalu merasakan dingin."Sayang, ponselku bagaimana?" tanya Niana ketika kembali mengingat nasib ponselnya yang justru tidak disentuh sama sekali. Ia terlalu terlena dengan ajakan Prince untuk bersantai di balkon kamar sambil menunggu kantuk menyerang. "Besok aku belikan yang baru saja, aku tidak bisa membenarkan ponsel yang mati," jawab Prince santai. Niana kembali diam setelah mendapatkan jawaban dari kekasih. Toh menolak pun tidak akan bisa ia lakukan, Prince itu keras kepa
Setelah suasana menegangkan pagi tadi, kini Prince sudah tiba di gedung tempat perusahaan pusatnya beroperasi dan ia sudah siap untuk memulai hari bekerja lebih semangat lagi demi Niana. Yup, tujuan hidupnya adalah Niana.Jordan juga tampak merasa heran ketika sudah lebih dari satu minggu aura yang dikeluarkan oleh sahabatnya itu adalah aura yang belum pernah dirasakannya sama sekali dalam dirinya hidup di dunia ini. Ada apa dengan Prince sebelumnya?“Bos, kau tidak ingin bercerita sesuatu padaku?” tanya Prince di tengah-tengah langkahnya mengikuti kaki Prince melangkah. “Sesuatu? Apakah aku terlihat menyembunyikan sesuatu?” Dan Prince justru bertanya balik membuat Jordan berdecak sebal ulah bos sekaligus sahabatnya ini. “Tentu saja, selama satu minggu lebih kau selalu menunjukkan aura yang sangat-sangat positif. Ada apa sebenarnya? Apakah ayahmu sudah insaf?” tanya Jordan tanpa memedulikan delikan tajam dari Prince ketika orang yang tidak ia sukai disebut.“Hm, tidak ada yang lebih
Prince, pria itu baru saja selesai bertemu dengan beberapa klient penting serta melakukan beberapa rapat seperti biasa. Kini, dirinya kembali untuk menyelesaikan beberapa dokumen yang harus lolos analisanya serta ditandatangani hari ini juga.Namun, sebelum itu ia memilih untuk memeriksa ponselnya terlebih dahulu yang sedari pagi sudah ia aktifkan mode silent. Sehingga, suara pesan maupun telepon serta notifikasi lainnya tidak dapat mengganggu.Banyaknya pesan dari Niana serta panggilan tak terjawab dari gadis itu membuatnya menautkan alis merasa bingung. Tidak biasanya Niana seperti ini. Dengan cepat Prince membuka pesan-pesan yang dikirim gadisnya, sontak suasana hatinya yang sedang baik-baik menjadi buruk seketika.Pria itu segera bangkit dari kursi kekuasaannya dan keluar dari ruangan itu sambil menyuruh Leo untuk menyiapkan mobil. Kali ini dirinya akan pergi sendiri.“Kau hendak ke mana, Bos?” tanya Jordan ketika melihat Prince jalan tergesa-gesa sambil menempelkan ponsel di teli
Niana hanya bisa diam ketika tubuhnya perlahan di masukkan ke dalam mobil milik Prince. Terlihat pria itu juga memasangkan sabuk pengaman pada tubuhnya sebelum kembali memutari mobil dan duduk di sampingnya untuk mengemudi.Niana sama diamnya dengan Prince. Jika Prince diam karena sedang berusaha meredam amarah agar tidak meledak pada Niana, sedangkan Niana diam karena masih mengingat betapa nikmatnya ciuman Prince tadi. “Sayang, kamu marah?” tanya Niana takut-takut ketika mobil yang dikemudikan oleh Prince mulai meninggalkan area rumah sakit.Alih-alih menjawab, Prince justru hanya diam dan semakin memfokuskan diri pada stir kemudi daripada menjawab pertanyaan seorang gadis yang ada di sampingnya.Rasa bersalah mulai menggelayuti hati Niana ketika Prince tidak menjawab pertanyaannya atau bahkan hanya meliriknya sedikit saja. Pria itu hanya diam seolah peertanyaannya tadi hanya sebuah angin lalu. Jika sudah seperti ini, Prince pasti marah.Sesampainya di mansion, Prince kembali menga
Niana dibuat menjerit ketika salah satu telapak tangan besar Prince menangkup salah satu gundukkannya dan diremas begitu kuat. Niana diam merasakan sakit pada salah satu buah dadanya, rasanya seperti hendak dipecahkan oleh prianya. Sedangkan yang berbuat sedang merutuki kesalahannya ketika tidak bisa mengontrol diri. Sungguh, melihat dua bongkahan bulat lagi halus, siapa yang tidak gemas?“Sayang, maafkan aku. A-aku tidak sengaja,” ujar Prince sedikit tergagap. Pria itu bingung hendak melakukan apa. Mengusapnya? Oh tidak, yang ada malah melakukan hal yang sama seperti tadi.Niana yang masih mendekap dua buah dadanya pun kembali mengalihkan atensinya pada Prince, terlihat jelas jika pria itu tengah panik. Perlahan ia melepaskan kedua tangannya yang saling mendekap, tatapannya masih tertuju pada Prince yang masih menyesal.“Selama ini ... siapa yang memuaskan kebutuhan biologismu, Sayang?” tanya Niana secara tiba-tiba.Prince yang sedang merasa bersalah pun terperangah mendengar pertan
Setelah berkali-kali gagal membuat bercak kemerahan di leher Prince seperti yang pria itu lakukan, namun tidak menutup kemungkinan jika Niana tetap berhasil melakukannya. Terbukti dengan 3 tanda cinta pada leher Prince.Satu di sebalah kanan, dan dua lainnya di sebelah kiri dengan jarak yang tak terlalu jauh.Niana menatap bangga pada hasil karyanya meskipun tidak sebanyak yang Prince berikan padanya. Namun itu semuanya sudah lebih dari cukup karena melewati proses yang cukup panjang.“Apakah sudah puas, Sayang?” tanya Prince seraya menatap penuh cinta pada kekasihnya.Posisinya saat ini bukan lagi duduk bersisihan atau berpangkuan, melainkan berbaring bersama dengan Niana kini berada di pelukan hangat Prince. Kemeja pria itu sendiri sudah tidak beraturan, setengah kancing atasnya sudah terlepas membiarkan dada sexy itu dinikmati oleh mata indah Niana.“Sangat puas!” jawab Niana.Di tengah menikmati pelukan serta usapan lembut Prince pada kepalanya, tiba-tiba saja Niana diingatkan ole
Pagi hari yang lebih cerah dari kemarin menyambut bahagia Niana yang baru saja membuka mata. Gadis itu menatap sekitarnya, tampak ia sudah berada di kamarnya sendiri tidak seperti tadi malam. Di mana, ia sempat menemani Prince bekerja terlebih dahulu di kamar pria itu sendiri.Hari ini, dirinya akan seperti biasa melakukan sarapan bersama dengan kekasihnya. Tampak Prince sudah jauh lebih segar dengan setelan kantor yang melekat sempurna membuat kesan tampannya meledak-ledak. Niana sendiri bahkan sampai pusing melihat kekasihnya yang semakin ke sini semakin tampan.Prince yang sudah berada di dalam lift pun segera menekan nomor 2 tempat di mana kekasihnya berada. Mungkin saat ini Niana baru membuka mata mengingat gadisnya itu tidur cukup larut malam demi bisa menemaninya.“Hello, My Bunny. Sarapan terlebih dahulu, okay?” pinta Prince yang melihat Niana baru saja selesai mencuci muka serta menggosok gigi.Gadis itu mengangguk lucu, segera berlari kecil untuk menghampiri kekasihnya yang
Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia
Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r
Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan
Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita
Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr
Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou
Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu
Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad
Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu