Niana dibuat menjerit ketika salah satu telapak tangan besar Prince menangkup salah satu gundukkannya dan diremas begitu kuat. Niana diam merasakan sakit pada salah satu buah dadanya, rasanya seperti hendak dipecahkan oleh prianya. Sedangkan yang berbuat sedang merutuki kesalahannya ketika tidak bisa mengontrol diri. Sungguh, melihat dua bongkahan bulat lagi halus, siapa yang tidak gemas?“Sayang, maafkan aku. A-aku tidak sengaja,” ujar Prince sedikit tergagap. Pria itu bingung hendak melakukan apa. Mengusapnya? Oh tidak, yang ada malah melakukan hal yang sama seperti tadi.Niana yang masih mendekap dua buah dadanya pun kembali mengalihkan atensinya pada Prince, terlihat jelas jika pria itu tengah panik. Perlahan ia melepaskan kedua tangannya yang saling mendekap, tatapannya masih tertuju pada Prince yang masih menyesal.“Selama ini ... siapa yang memuaskan kebutuhan biologismu, Sayang?” tanya Niana secara tiba-tiba.Prince yang sedang merasa bersalah pun terperangah mendengar pertan
Setelah berkali-kali gagal membuat bercak kemerahan di leher Prince seperti yang pria itu lakukan, namun tidak menutup kemungkinan jika Niana tetap berhasil melakukannya. Terbukti dengan 3 tanda cinta pada leher Prince.Satu di sebalah kanan, dan dua lainnya di sebelah kiri dengan jarak yang tak terlalu jauh.Niana menatap bangga pada hasil karyanya meskipun tidak sebanyak yang Prince berikan padanya. Namun itu semuanya sudah lebih dari cukup karena melewati proses yang cukup panjang.“Apakah sudah puas, Sayang?” tanya Prince seraya menatap penuh cinta pada kekasihnya.Posisinya saat ini bukan lagi duduk bersisihan atau berpangkuan, melainkan berbaring bersama dengan Niana kini berada di pelukan hangat Prince. Kemeja pria itu sendiri sudah tidak beraturan, setengah kancing atasnya sudah terlepas membiarkan dada sexy itu dinikmati oleh mata indah Niana.“Sangat puas!” jawab Niana.Di tengah menikmati pelukan serta usapan lembut Prince pada kepalanya, tiba-tiba saja Niana diingatkan ole
Pagi hari yang lebih cerah dari kemarin menyambut bahagia Niana yang baru saja membuka mata. Gadis itu menatap sekitarnya, tampak ia sudah berada di kamarnya sendiri tidak seperti tadi malam. Di mana, ia sempat menemani Prince bekerja terlebih dahulu di kamar pria itu sendiri.Hari ini, dirinya akan seperti biasa melakukan sarapan bersama dengan kekasihnya. Tampak Prince sudah jauh lebih segar dengan setelan kantor yang melekat sempurna membuat kesan tampannya meledak-ledak. Niana sendiri bahkan sampai pusing melihat kekasihnya yang semakin ke sini semakin tampan.Prince yang sudah berada di dalam lift pun segera menekan nomor 2 tempat di mana kekasihnya berada. Mungkin saat ini Niana baru membuka mata mengingat gadisnya itu tidur cukup larut malam demi bisa menemaninya.“Hello, My Bunny. Sarapan terlebih dahulu, okay?” pinta Prince yang melihat Niana baru saja selesai mencuci muka serta menggosok gigi.Gadis itu mengangguk lucu, segera berlari kecil untuk menghampiri kekasihnya yang
Prince tidak sanggup menahan amarahnya ketika melihat Niana gadis kesayangannya didorong cukup kuat oleh seseorang yang tidak ia sukai. Siapa lagi jika bulan Callista?"Apa yang kau lakukan?!" sentak Prince sambil berlari menghampiri Niana dan membawanya ke dalam pelukan.Callista tersentak kaget ketika melihat Prince secara tiba-tiba memeluk gadis yang ia perlakukan dengan kasar. Jantungnya hampir saja jatuh.Tangan kokoh Prince terlihat sangat ringan ketika mengayun di udara dan menampar pipi Callista cukup kuat. Saking kuatnya Callista sampai terpental dan terbentur pada tembok.Niana menutup mulutnya menggunakan salah satu tangan, tidak menyangka jika kekasihnya akan melakukan hal sekeras itu pada sosok perempuan. Ya ... meskipun dirinya tahu jika perempuan itu sudah kurang ajar padanya."Keluar dari sini sekarang juga, kau resmi dipecat!"Sudah ditampar, dipecat pula. Siapa yang tidak sakit merasakan dua hal kejam itu secara bersamaan.Dada Callista tampak kembang kempis menahan
Niana bahagia ketika mengetahui sang kekasih pulang lebih awal dari biasanya, itu artinya ia bisa lebih lama bermanja-manja pada pria pujaannya. Padahal, tadi siang selepas makan bersama dengan Prince, pria itu menyempatkan diri untuk bermanja terlebih dahulu. “Hello, My Bunny. Sudah rindu aku lagi, hm?” tanya Prince yang saat ini tengah membawa Niana ke dalam gendongannya seperti biasa. Kedua kaki mungil gadis itu pun dengan spontan melingkar pada pinggangnya.“Tentu saja! Kalau tidak takut perusahaanmu bangkrut, aku ingin mengurungmu selamanya agar aku bisa bermanja sepanjang hari. Sayang sekali kekasihku ini seorang pimpinan dari ribuan manusia, dan aku sangat memakluminya,” celoteh Niana tanpa peduli pada tubuhnya yang dibawa oleh Prince.“Hm, akan aku usakan untuk selalu memanjakanmu di sela-sela waktuku. Sesibuk apapun pekerjaanku tetap kamu yang menjadi prioritas utama,” balas Prince seraya menatap penuh cinta pada gadisnya.Pipi Niana mendadak bersemu mendengar ucapan manis s
Prince semakin mengeratkan kedua tangannya untuk memeluk Niana, terasa jika tubuh gadis itu sudah jatuh tidur sepenuhnya.“Cepat sekali,” bisik Prince agar tidak mengganggu yang ia anggap tengah tidur pulas. Memakan waktu hampir dua jam lebih untuk kembali pada hunian mereka. Kini, mobil yang menampung dua orang penting itu mulai terparkir tepat di depan teras mansion. Leo dengan cepat membantu Prince untuk membukakan pintu.Sampai detik ini pun Niana belum mengeluarkan tanda-tanda untuk bangun, sedangkan Prince sendiri tetap mengira jika Niana memang sedang pulas tertidur. Pria itu segera membawa gadisnya ke dalam kamar untuk istirahat, ia belum menyadari jika ada yang janggal pada Niana.Dengan penuh hati-hati Prince menaruh tubuh mungil Niana di atas tempat tidur, ia juga segera melepas sepatu yang masih melingkar pada telapak kaki kekasihnya. Setelah itu, ia pun menarik selimut untuk menutupi tubuh Niana.Prince duduk di samping gadis itu, membelai lembut wajah Niana yang ... din
Ayunda memeluk erat tubuh anaknya yang sedang terpuruk, ia tahu betul bagaimana rasa cinta dan sayang sang anak untuk Niana. Jangan tanya lagi bagaimana sakitnya seorang Prince saat ini.“Tenanglah, Nak. Ibu yakin Niana akan kuat melewati masa kritisnya, bukankah kamu yang lebih tahu jika Niana adalah gadis yang kuat?”Sedari tadi Ayunda berusaha semaksimal mungkin untuk menenangkan hati si anak, hatinya sakit melihat keadaan Prince sangat memilukan. Anak gagahnya yang selalu berkharisma dan kuat, kini menangis tersedu-sedu di pelukannya.“Bagaimana jika Niana tidak sanggup bertahan, Bu? A—aku tidak mau kehilangannya,” ujar Prince dengan suara yang sangat lirih.Belum sempat Ayunda menjawab, seorang dokter berhasil memberikan kabar yang membahagiakan bagi Prince ataupun Ayunda. Niana dinyatakan berhasil melewati masa kritisnya, saat ini hanya tinggal menunggu Niana sadarkan diri saja.Prince tersenyum senang, mulutnya bahkan tanpa sadar berulang kali mengucapkan terima kasih pada dokt
Prince kembali memiliki kesempatan untuk melihat Niana, pria itu tak hentinya memandangi sang gadis pujaan dengan penuh cinta, berharap dalam hati mata indah itu segera terbuka.“Hampir lima jam, kenapa kamu belum sadar juga? Tidak rindu padaku, ya?” tanya Prince yang tidak dibalas apapun oleh gadisnya.Pria itu tersenyum kecut, kembali ia ciumi wajah cantik itu agar sang empu terganggu dan segera sadar setelahnya. Mulai dari dahi, hidung, pelipis, kedua kelopak mata, dagu, pipi, dan terakhir adalah bibir. Prince dengan sengaja menyapu bibir mungil itu menggunakan bibirnya sendiri agar tidak terlalu kering.Prince kembali duduk, ia menopang kepalanya menggunakan sebelah tangan, sedangkan satu tangan lainnya menggenggam telapak tangan Niana penuh kelembutan. Ketika Prince tengah asyik memandangi wajah cantik gadisnya, tiba-tiba saja gadis itu terjaga dan terbatuk-batuk mengeluarkan darah segar. Prince panik, sangat-sangat panik, teriakannya menggema untuk memanggil dokter agar segera
Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia
Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r
Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan
Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita
Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr
Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou
Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu
Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad
Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu