Sun Shanne tersadar dari pingsannya dia spontan bangun membuat sang dokter terkejut. "Dimana ini!" Sun Shanne merasa panik. "Tenang Nona, anda aman sekarang." Asisten prempuan dokter tersebut menepuk pundak Sun Shanne. Sun Shanne akhirnya menyadari sepenuhnya bahwa ini adalah kediaman Dani Alves pria yang telah membawanya dalam kesialan. Tanpa basa basi dia melepas semua selang yang terpasang ditubuhnya kemudian mencari keberadaan Dani. "Nona jangan banyak bergerak anda baru saja siuman." Tegur sang dokter yang baru masuk. Gadis 20 tahun itu tidak menggubris perkataan mereka, melewati juga para pelayan yang mencoba menenangkan dirinya. "Persetan kamu Dan! dimana kamu!" Teriak Sun Shanne, dia dalam buta oleh amarahnya. "Nona tenanglah, Nona." Kata kepala pelayan memohon. "Simpan wajah memelas mu, aku tidak segan bertidak kasar pada kalian semua!" Tunjuk Sun Shanne pada para pelayan. Dani yang mendengar kegaduhan mencoba bangkit dari tempat duduknya di kamar. Sun Shann
Sun Shanne masuk ruang rawat, dia sendirian masuk karena detektif Louis izin untuk mengangkat telfon terlebih dahulu. Ia melihat Dani terbaring di ranjang rumah sakit membuatnya merasa kasihan. "Pria bodoh." Gumam Sun Shanne, dia mendekat mengambil tempat duduk disebelah ranjang. Sun Shanne termenung, tubuhnya bereaksi terhadap Dani saat dia dalam keadaan tidak baik baik saja, dia merasa ucapan detektif Louis mengotak atik pikirannya, bahwa kemarahannya pada Dani kali ini hanya tumpahan rasa khawatirnya bukan kebencian. Tapi mau bagaimanapun mereka hanyalah dua orang asing yang tiba tiba bertemu dan tinggal bersama, Sun Shanne belum menganggap pernikahan diantara mereka.*** Beralih dari Sun Shanne yang termenung, Domenic ia berhasil melayangkan pukulan terakhir pada Frank meski bibirnya juga berdarah oleh pukulan ketua Solo Twins tersebut. Frank terkapar sedangkan anak buah yang melihat sang ketua tumbang mulai ciut, tapi Boby dia dengan rasa takut yang disembunyikan mulai me
Sun Shanne mengganti pakaiannya di kamar, dia memegang sisir tapi tubuhnya terlalu lemas untuk duduk sehingga ia merebahkan tubuhnya ditempat tidur. "Ada apa denganku?." Ucap lirih Sun Shanne, ia memainkan sisir ditangannya. Sun Shanne justru merasa hatinya aneh, dia tidak mengakui adanya pernikahan dengan Dani Alves tapi mendengar kalimat perceraian kenapa itu merasa sakit dihatinya?, Sun Shanne memejamkan mata menarik napasnya dengan lembut kemudian berdiri. "Aku terlalu banyak berkhayal." Pikir Sun Shanne, melanjutkan langkah kakinya untuk menemui Dani terakhir kalinya. Dani sedang berada di Paviliun ia sedang berbincang dengan detektif Loius, terlihat juga dua pria berperawakan sangar juga duduk bersama mereka. "Kami pergi dulu, Dan, jika ada sesuatu jangan sungkan menghubungiku." Kata pria sangar tersebut membenarkan topinya. Dua pria sangar itu adalah pasangan kakak beradik, Jyden dan Morel kenalan Dani yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran profesional, di kenal dengan
"Sudah, cukup! berikan berkas itu dan aku akan menyelesaikan sendiri." Pinta Sun Shanne, dia telah mendengar banyak kejutan dari mulut sang detektif, "aku anggap akan sepadan untuk membayar perlakuan Ayahmu." Tanpa protes Dani memberikan berkas didepannya lalu berbalas tatap dengan detektif Louis yang telah diminta mendampingi Sun Shanne pulang ke apartemennya. Dengan ini perjalanan pernikahan mereka juga akan segera berakhir.Sun Shanne juga harus segera bergerak dengan informasi yang sudah di kantongi olehnya, bukan waktunya untuk menangis apalagi merasa takut dengan fakta yang telah ia telan. Meski tampak luar bersikap biasa saja, ia sebenarnya sedang menekan dirinya agar tegas dengan hatinya pergi dari kediaman Dani Alves, pria yang telah menikahinya secara paksa. Detektif Louis melempar senyum dia mempersilahkan Sun Shanne melangkah lebih dulu, "silahkan Nona, saya akan mengantar anda." Shanne mendongak dia masih belum berdiri tapi sudah dipersilahkan berjalan lebih dahul
Tidak lama orang yang dicari mereka muncul dengan berlari, diikuti pelayan yang coba menyaingi langkah sang Nona. "Kalian... " Sun Shanne menyambut antusias namun langsung teralihkan dengan keadaan yang ia lihat di luar saat mendekati Domenic dan Renra. "Apa yang terjadi?." Sun Shanne, dia merasa tindakan ini berlebihan setelah melihat kekacauan yang sahabatnya buat, terlalu banyak darah yang mereka ciptakan bahkan pada security paruh baya. "Kenapa kamu tampak bingung?." Balas Renra. "Sun Shanne? lihat bekas luka itu, seharus kami yang bertanya apa yang terjadi?." Tanya Domenic, ia memperhatikan jari jemari Sun Shanne dan bekas lecet di tubuhnya. Sun Shanne melihat ke arah tubuhnya, "Ini bukan apa apa, aku akan menjelaskan setelah kita keluar dari rumah ini." "Tunggu!" Sahut Dani menghalangi, ia lupa dengan kesepakatan yang telah terjadi untuk membiarkan Shanne pergi. Renra berjalan besedekap mendekati Dani, "Menculik, lalu menikahi secara paksa, apa itu disebut pernika
Hangatnya mentari pagi belum menyentuh tubuh Shanne, gadis yang masih pengar di ranjangnya membalikkan tubuhnya dengan malas telah menyadari hari sudah pagi. Dia belum melihat sekeliling kamarnya belum menyadari ada sosok laki laki yang tengah duduk di sofa.“Mpph.. jam berapa ini?.” Gumam Shanne, dia mencoba meraih jam di meja.Sosok laki laki itu mengamati dengan senyum tipis kemudian berdiri mendekat pada gadis tersebut, dia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun seolah terpesona meski Sun Shanne tampak acak acakan.“Selamat pagi Nona…,” sapa laki laki tersebut, menyentuh hidung Shanne.“Kenapa ada suara yang menyapa di kepalaku?.” Pikir Shanne, belum menyadari.Shanne belum bangkit dia masih menyeimbangkan otaknya untuk melihat jam di tangannya dengan tepat. Dia minum lebih banyak semalam dari biasanya membuatnya sedikit kesulitan.“Hai Nona, sekarang adalah pukul tujuh pagi.” “Tujuh pagi, syukurlah aku tidak terlambat,” balas Shanne, “tunggu suara siapa barusan!”Shanne kemud
“Selamat datang tuan… .” Sambut pelayan. Dani membalas dengan anggukan kecil, lalu pelayan membantu membawakan tas, begitu tiba ia mencari sosok isterinya, berjalan menuju kamar dengan banyak pikiran mengenai Shanne. Knock knock knock Tidak ada jawaban, Dani kemudian memanggil pelayan di bawah menanyakan tentang Shanne. “Maaf tuan, sepertinya nona Shanne sedang tidur.” “Apa dia sudah makan?.” Tanya Dani, ia memandang pintu kamar yang terkunci. “Belum Tuan, nona hanya makan dua keping biskuit.” Mendengar penjelasan pelayan, Dani berinisiatif membawakan makanan, dia secara khusus pulang lebih cepat hari ini untuk memastikan keadaan Shanne di rumah. Para pelayan juga merasa heran, majikannya tidak pernah melakukan hal ini bahkan pada mantan istrinya dahulu. Dani orang sibuk yang menghabiskan banyak waktunya untuk mengurus perusahaan. Sedangkan di dalam kamar, Shanne sedang bersiap untuk melarikan diri, dengan menggenggam benda tumpul di tangannya ia berniat akan memu
Dengan tidak percaya diri Shanne berjalan sendiri setelah kepala pelayan memapah langkahnya separuh jalan. Pakaian merah maroon yang ia kenakan sedikit memiliki ekor, serta sepatu hak tinggi yang ikut melengkapi menambah kesan anggun padanya. Dia mendadak terdiam, melihat area kebun disulap menjadi tempat dinner luar biasa, meja putih dengan hiasan mawar di atasnya menambah rona romansa. Latar tempat juga dihias dengan banyak bunga dan lampu kecil. Dani sengaja mempersiapkan ini atas saran dari orang kepercayaannya, agar bisa merebut hati Shanne. Masih perlu sepuluh langkah lagi untuk membuatnya benar benar hadir dinner malam itu. Tapi Shanne juga mencari celah, bagaimana ia akan kabur malam ini. Melihat Shanne yang terdiam mematung, Dani segera menghampiri menyerahkan tangannya untuk meraih tangan lembut Shanne. "Kamu sangat cantik malam ini,” puji Dani, ia melempar senyum bahagia. Shanne tidak terlalu memperhatikan apa yang diucapkan Dani, dalam otaknya berisi kata lari.
Tidak lama orang yang dicari mereka muncul dengan berlari, diikuti pelayan yang coba menyaingi langkah sang Nona. "Kalian... " Sun Shanne menyambut antusias namun langsung teralihkan dengan keadaan yang ia lihat di luar saat mendekati Domenic dan Renra. "Apa yang terjadi?." Sun Shanne, dia merasa tindakan ini berlebihan setelah melihat kekacauan yang sahabatnya buat, terlalu banyak darah yang mereka ciptakan bahkan pada security paruh baya. "Kenapa kamu tampak bingung?." Balas Renra. "Sun Shanne? lihat bekas luka itu, seharus kami yang bertanya apa yang terjadi?." Tanya Domenic, ia memperhatikan jari jemari Sun Shanne dan bekas lecet di tubuhnya. Sun Shanne melihat ke arah tubuhnya, "Ini bukan apa apa, aku akan menjelaskan setelah kita keluar dari rumah ini." "Tunggu!" Sahut Dani menghalangi, ia lupa dengan kesepakatan yang telah terjadi untuk membiarkan Shanne pergi. Renra berjalan besedekap mendekati Dani, "Menculik, lalu menikahi secara paksa, apa itu disebut pernika
"Sudah, cukup! berikan berkas itu dan aku akan menyelesaikan sendiri." Pinta Sun Shanne, dia telah mendengar banyak kejutan dari mulut sang detektif, "aku anggap akan sepadan untuk membayar perlakuan Ayahmu." Tanpa protes Dani memberikan berkas didepannya lalu berbalas tatap dengan detektif Louis yang telah diminta mendampingi Sun Shanne pulang ke apartemennya. Dengan ini perjalanan pernikahan mereka juga akan segera berakhir.Sun Shanne juga harus segera bergerak dengan informasi yang sudah di kantongi olehnya, bukan waktunya untuk menangis apalagi merasa takut dengan fakta yang telah ia telan. Meski tampak luar bersikap biasa saja, ia sebenarnya sedang menekan dirinya agar tegas dengan hatinya pergi dari kediaman Dani Alves, pria yang telah menikahinya secara paksa. Detektif Louis melempar senyum dia mempersilahkan Sun Shanne melangkah lebih dulu, "silahkan Nona, saya akan mengantar anda." Shanne mendongak dia masih belum berdiri tapi sudah dipersilahkan berjalan lebih dahul
Sun Shanne mengganti pakaiannya di kamar, dia memegang sisir tapi tubuhnya terlalu lemas untuk duduk sehingga ia merebahkan tubuhnya ditempat tidur. "Ada apa denganku?." Ucap lirih Sun Shanne, ia memainkan sisir ditangannya. Sun Shanne justru merasa hatinya aneh, dia tidak mengakui adanya pernikahan dengan Dani Alves tapi mendengar kalimat perceraian kenapa itu merasa sakit dihatinya?, Sun Shanne memejamkan mata menarik napasnya dengan lembut kemudian berdiri. "Aku terlalu banyak berkhayal." Pikir Sun Shanne, melanjutkan langkah kakinya untuk menemui Dani terakhir kalinya. Dani sedang berada di Paviliun ia sedang berbincang dengan detektif Loius, terlihat juga dua pria berperawakan sangar juga duduk bersama mereka. "Kami pergi dulu, Dan, jika ada sesuatu jangan sungkan menghubungiku." Kata pria sangar tersebut membenarkan topinya. Dua pria sangar itu adalah pasangan kakak beradik, Jyden dan Morel kenalan Dani yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran profesional, di kenal dengan
Sun Shanne masuk ruang rawat, dia sendirian masuk karena detektif Louis izin untuk mengangkat telfon terlebih dahulu. Ia melihat Dani terbaring di ranjang rumah sakit membuatnya merasa kasihan. "Pria bodoh." Gumam Sun Shanne, dia mendekat mengambil tempat duduk disebelah ranjang. Sun Shanne termenung, tubuhnya bereaksi terhadap Dani saat dia dalam keadaan tidak baik baik saja, dia merasa ucapan detektif Louis mengotak atik pikirannya, bahwa kemarahannya pada Dani kali ini hanya tumpahan rasa khawatirnya bukan kebencian. Tapi mau bagaimanapun mereka hanyalah dua orang asing yang tiba tiba bertemu dan tinggal bersama, Sun Shanne belum menganggap pernikahan diantara mereka.*** Beralih dari Sun Shanne yang termenung, Domenic ia berhasil melayangkan pukulan terakhir pada Frank meski bibirnya juga berdarah oleh pukulan ketua Solo Twins tersebut. Frank terkapar sedangkan anak buah yang melihat sang ketua tumbang mulai ciut, tapi Boby dia dengan rasa takut yang disembunyikan mulai me
Sun Shanne tersadar dari pingsannya dia spontan bangun membuat sang dokter terkejut. "Dimana ini!" Sun Shanne merasa panik. "Tenang Nona, anda aman sekarang." Asisten prempuan dokter tersebut menepuk pundak Sun Shanne. Sun Shanne akhirnya menyadari sepenuhnya bahwa ini adalah kediaman Dani Alves pria yang telah membawanya dalam kesialan. Tanpa basa basi dia melepas semua selang yang terpasang ditubuhnya kemudian mencari keberadaan Dani. "Nona jangan banyak bergerak anda baru saja siuman." Tegur sang dokter yang baru masuk. Gadis 20 tahun itu tidak menggubris perkataan mereka, melewati juga para pelayan yang mencoba menenangkan dirinya. "Persetan kamu Dan! dimana kamu!" Teriak Sun Shanne, dia dalam buta oleh amarahnya. "Nona tenanglah, Nona." Kata kepala pelayan memohon. "Simpan wajah memelas mu, aku tidak segan bertidak kasar pada kalian semua!" Tunjuk Sun Shanne pada para pelayan. Dani yang mendengar kegaduhan mencoba bangkit dari tempat duduknya di kamar. Sun Shann
Suasana begitu hening sampai kemudian Tuan Aleksander Alves membuka pembicaraan dengan mengatakan nama Sun Shanne. "Putraku, pertimbangkan baik-baik mengenai Sun Shanne." Kata Nyonya Stevia. "Aku menolak-," Jawab spontan Dani, "aku tidak ingin hidup di atas aturan kalian lagi." "Kalo kamu keras kepala aku juga sama keras kepalanya." Ancam sang Ayah yang mulai menunjukkan wajah kesalnya. "Dimana dia sekarang!" Dani Alves berdiri, dia menetap tajam sang Ayah, "bebaskan dia, dan berhenti berpura-pura!" Sang Kakak angkat bicara, dia mengeluhkan sikap Dani yang tidak sopan serta main tuduh terhadap sang Ayah. "Dani, duduklah!" Printah Nathan, sang Kakak dengan tegas. Saat mereka sedang dalam situasi argumen yang sengit, anjing popo yang ditinggal majikan kecilnya gaduh menggonggong di depan pintu ruang kerja Tuan Aleksandra Alves yang dijaga dua anak buah berkacamata, dimana Sun Shanne di sandra di sana, dibalik ruangan rahasia dinding rak. Penjaga juga merasa kesulitan unt
Pelayan masuk menemui Nyonya Stevia sambil membawa pesan bahwa putra kedua Alves sudah tiba dengan detektif Louis. Nyonya Stevia antusias dia bangkit dari duduknya untuk menyambut putra kedua yang kalut dalam hatinya. "Duduklah, kamu bisa membicarakan hal ini," kata Nyonya Stevia. "Katakan padaku sejauh mana Ibu mengetahui siapa Sun Shanne?!." Lontar Dani dengan tegas. Wanita itu tersenyum, dia tidak langsung menjawab melainkan memberikan dokumen berisi perjalanan Sun Shanne selama lima tahun terakhir. "Ibu tahu sejauh tulisan di dokumen ini." Ujar Nyonya Stevia. Dani mengeryitkan dahi, dia membolak balikkan isi dokumen tersebut bahkan tercatat Sun Shanne pernah membunuh seorang laki laki hidung belang lima tahun lalu tapi tidak terjerat hukum pidana, informasi yang didapat sang ibu lebih akurat daripada detektif Loius. "Wanita itu menakutkan, lebih baik lepaskan dia sebelum membuat masalah di keluarga kita." Nasihat Nyonya Stevia, dia memberikan jalan keluar untuk tanda
Di pinggir jalan Domenic, pria penuh tato menemui kenalan guna mencari informasi keberadaan Sun Shanne, bersama Ganu juga Renra. "Sun, aku tidak melihatnya melewati jalan ini." Ucap wanita muda tersebut. "Dom, ini kota besar mencari satu orang akan sangat sulit." Imbuh wanita lebih tua di sebelahnya. Pagi tadi mereka baru bergerak bahwa ada sesuatu yang tidak beres mengingat Sun Shanne telah pergi begitu lama, saat Renra mengunjungi apartemennya ia tidak menemui apapun selain ponsel kehabisan daya milik Sun Shanne, ia memberikan ponsel Sun Shanne pada Ganu untuk melacak informasi keberadaan Sun Shanne tapi tidak memiliki apapun sebagai petunjuk. "Bagaimana ini, tidak ada apapun yang mencurigakan." Kata Ganu, dia berbalik dari kursi kerjanya di depan komputer. "Apa mungkin dia memiliki kekasih." Sahut Domenic. Renra mendengus, dia mengarahkan lemparan jeruk ke wajah Domenic. "Aw-," "Lagipula pria seperti apa yang membuat Sun Shanne meninggalkan ponselnya dan kita begit
Di kediaman Dani Alves, Sun Shanne dia baru saja keluar dari kamar, pelayan memberi tahu ada tamu untuknya dan menambahkan agar segera menemuinya, wanita berdarah eropa itu bertanya tamu siapa tapi pelayan tidak menjawab. “Anda harus menemuinya sendiri.” Kata pelayan. Dilanda rasa penasaran dia kemudian mengikuti arahan dari pelayan tersebut, dia menduga bahwa tamu yang pelayan maksud mungkin dia adalah anggota keluarga Alves yang lain secara Nyonya Stevia telah menemuinya. Kebetulan Dani tidak ada dirumah dia kembali bekerja di perusahaan juga memberi tahu akan pulang sedikit terlambat. Pelayan menuntun ke paviliun, seperti Nyonya Stevia di sana juga sudah disediakan teh tapi Sun Shanne tidak mendapati sosok siapapun, kemudian melihat sekitar mencari siapa yang dipanggil tamu oleh pelayan, kemudian datang laki laki gondrong dengan jas hitam pekat membawa dua anak buah dari sisinya. Laki laki itu melempar tatapan intimidasi terhadap Sun Shanne, tanpa perkenalan lewat mulut