Zara tidak mengerti kenapa Arkana memilih Burgundy sebagai tempat tujuan dalam liburan mereka kali ini. Arkana menyewa sebuah rumah minimalis dengan furniture dan peralatan lengkap di sebuah desa kecil tapi padat penduduk.Tempat ini sangat sejuk dan Zara merasa seperti hidup di jaman abad ke sembilan belas atau awal abad kedua puluh karena matanya disuguhkan dengan pemandangan masa lalu yang masih berdiri kokoh di masa sekarang.Dari balkon kamar, Zara bisa melihat rumah-rumah penduduk yang unik khas daerah itu lalu di ujung sana terdapat kastil dengan menara tinggi dengan atap yang lancip dan pahatan indah di setiap pilarnya, Zara bagaikan hidup di negri dongeng.Terdapat sungai besar dan bersih di tengah desa itu dengan jembatan kuno yang membentuk dua setengah lingkaran di bagian bawahnya.Zara sengaja berpindah ke balkon di sebrang balkon yang menghadap desa, kini matanya dimanjakan dengan hamparan luas perkebunan anggur sejauh mata memandang.Zara mengeratkan selimut yang memba
Nyatanya, meskipun mereka telah melewati banyak badai dan kehilangan tetap saja pertengkaran tidak dapat dihindarkan.Sudah dua hari Zara dan Arkana tidak bertegur sapa hanya karena Zara terlalu lelah untuk melayani hasrat Arkana dua malam lalu dan Arkana tidak terima jika Zara melakukannya setengah hati sehingga pria itu memborgol kedua tangan Zara dan menyumpal mulutnya sebagai efek jera ketika memaksa Zara untuk bercinta.Arkana tidak pernah mau tau bila Zara lelah atau sibuk belajar untuk menghadapi ujian sertifikasi setelah menyelesaikan pendidikan profesinya.Jika Arkana sudah menginginkan Zara maka pria itu akan melakukan segala cara agar mereka bisa bercinta.Tidak peduli Zara akan mendiamkannya selama beberapa hari akibat dari kekasarannya ketika bercinta karena setelah mereka berbaikan kembali—ia akan meminta haknya lagi.Tapi hari ini Arkana tidak bisa memaafkan Zara yang tidak memberitaunya jika hari ini adalah wisuda Zara mengikrarkan sumpah dokter.Grandpa dan grandma ba
Zara menggenggam erat kertas hasil pemeriksaan tes kehamilannya yang dikeluarkan oleh rumah sakit di Las Vegas.Arkana dan Zara sedang berada di kota ini untuk berlibur sekaligus menemani Kai-adik Arkana—berbulan madu bersama Zhafira-istrinya setelah menikah bulan lalu.Bukan hanya Zara dan Arkana, Kakak kembar Arkana juga ikut bersama suami dan istri mereka lalu ada Kejora beserta suaminya tidak ingin ketinggalan menemani Kai dan Zhafira berbulan madu yang kedua.Liburan yang tidak direncanakan ini tercetus begitu saja saat pesta pernikahan Kai dan ternyata pada waktu yang telah ditentukan mereka memiliki waktu senggang.Dan tadi, ketika para wanita saja sedang makan siang di sebuah resto ternama di Kota itu untuk istirahat sejenak setelah menghabiskan uang suami di butik brand ternama—Zara mengalami muntah hebat.Secara tidak sengaja Kejora menyodorkan sebuah tespack yang ada di tasnya kepada Zara.Anehnya, Zara yang mengetahui dirinya tidak bisa hamil lagi malah menuruti keingin Ke
KEHAMILAN ZARA DUA BELAS MINGGU“Dok, udah ditungguin suaminya di depan.” Seorang suster memberitau Zara.Zara melirik arloji di pergelangan tangan kirinya kemudian mengembuskan napas panjang.Arkana meninggalkan kantor lagi sebelum jam pulang kerja.Suaminya sangat over protective semenjak mengetahui jika dirinya dinyatakan hamil kembali.Zara sampai harus berdebat dengan Arkana selama berminggu-minggu untuk dapat meneruskan internshipnya karena pria itu melarangnya beraktifitas selama hamil.Padahal dokter tidak mengatakan resiko apapun mengenai kehamilannya tidak seperti ketika Zara mengandung Arasha yang saat itu kandungannya sangat lemah sehingga Zara harus sering bedrest di rumah sakit.“Makasih ya, sebentar lagi saya keluar.” Suster itu mengangguk disertai senyum lalu pergi setelah mengabari Zara tentang keberadaan suaminya yang tampan.Zara menanggalkan jas dokternya untuk ia gantung di sudut ruangan.Saat ini memang sudah waktunya pulang, tapi tadinya Zara masih ingin berdis
"Kak, kok belum pergi kerja?" Zara terjaga dari tidurnya.Matahari sudah meninggi tapi Zara masih merasakan pelukan Arkana dan hembusan napas pria itu di lehernya."Aku cuti, Yang." Arkana bergumam, masih sangat mengantuk karena semalam suntuk Zara gelisah dalam tidurnya.Sang istri mengatakan pinggangnya panas dan pegal sehingga sepanjang malam Arkana memijat pinggang Zara tanpa lelah."Cuti apa? Bukannya baru minggu kemarin Kak Ar cuti?" Susah payah Zara memutar badan demi menghadap Arkana."Aku ambil cuti hamil." Arkana menjawab masih dengan mata terpejam erat sulit terbuka."Kan yang hamil aku, kok bisa Kak Ar yang cuti?" Zara mengangkat tangan, jemarinya bergerak menyentuh wajah sang suami tampan, menikmati keindahan ciptaan sang Maha Kuasa.Terkadang Zara merasa insecure karena kehamilan ini membuat tubuhnya membengkak tapi Arkana selalu memujinya dan memperlakukannya begitu mesra dan mendamba membuat perlahan rasa insecure itu memudar.“Iya donk, perusahaan aku ya suka-suka ak
“Sakit, Yang?” Arkana mengerutkan wajahnya sambil meringis.Melihat ekspresi Zara yang kesakitan membuat Arkana juga seperti merasakan apa yang tengah mendera Zara saat ini.Zara menggelengkan kepala dengan mata terpejam erat dan kerutan di antara alis.Sesekali menggelinjang akibat dari rasa sakit karena Bee sedang mencari jalan keluarnya.Arkana meraih tangan Zara, menggenggam erat seraya memijat punggung Zara.Ia juga mengelap pelipis Zara yang dipenuhi buliran keringat.“Tahan ya sayang,” bisik Arkana kemudian mengecup kening Zara berulang kali.Zara mengangguk tapi genggaman tangannya mengerat dengan geraham bergeretak saat rasa sakit sudah tidak mampu ia tahan lagi.Andai Arkana bisa menggantikan Zara, ia akan melakukannya dengan suka rela dari pada melihat Zara menderita seperti ini.“Sayang ... sayang ....” Arkana melirih, air matanya tumpah sambil memeluk Zara.Istrinya akan bertaruh nyawa demi melahirkan anak mereka ke dunia, bukan hanya itu—Zara juga pernah berkorban untuk
Baby shower yang diadakan Arkana untuk putranya, Ghazanvar Nawasena Gunadhya diselenggarakan di sebuah resort bintang lima miliknya di Sentosa Island, Singapura.Tidak tanggung-tanggung, harga kamar yang semalamnya dibanderol tiga puluh empat juta rupiah itu disediakan Arkana untuk setiap keluarga yang hadir.Acara yang digelar semi outdoor itu menggunakan dresscode serba biru yang mencerminkan pesta untuk kelahiran anak laki-laki.Ghazanvar Nawasena Gunadhya terlelap dalam gendongan sang oma yang sangat bahagia atas kelahirannya.Setiap hari Maya berkunjung ke rumah Arkana untuk merawat cucu pertamanya.“Bayi yang tampan,” ucap Bianco, pria itu duduk di samping Maya.“Akhirnya, aku memilikinya juga.” Maya menanggapi.“Tapi aku tidak bisa memiliki kamu,” pancing Bianco membuat Maya menoleh lalu tersenyum.“Seperti ini lebih baik ... tidak ada yang akan terluka, aku akan menjadi sahabatmu selamanya.” Maya menyenggol lengan Bianco dengan tangannya meminta persetujuan.“Baiklah, tapi sa
“Aaay, Ghaza nangis.” Zara bergumam dengan mata terpejam erat masih sangat mengantuk karena baru saja beberapa menit lalu selesai menyusui si bungsu Arnawarma Byakta Gunadhya.“Heeem.” Arkana membalas dengan gumaman, ia juga baru saja terlelap beberapa jam lalu sepulang pulang lembur.“Aaaay, cepetan.” Zara menendang kaki suaminya pelan mendengar tangis Ghaza yang kian kencang.Ghaza yang baru berumur satu tahun lebih masih suka bangun malam, perutnya tidak pernah kenyang meski sebelum tidur menghabiskan satu botol besar susu formula.Arkana mengembuskan napas berat tapi tak urung menegakan tubuhnya lalu turun dari ranjang.Rasanya begadang ini tidak pernah selesai karena dari Ghaza terus bersambung pada Nawa.Hanya empat bulan kosongnya rahim Zara dan langsung hamil kembali anak kedua.Arkana keluar dari kamar menuju kamar Ghaza, tangis bayi gempal itu kian kencang mengetahui sosok sang Daddy muncul seakan sedang mengadu jika dirinya lapar.“Bentar sayang, Daddy buat susunya dulu.”S