Kediaman Setiawan.Raut wajah Amara masih terlihat muram. Meski sudah dua hari, suasana hatinya masih belum membaik.“Ma.” Clara menyuguhkan semangkuk bubur, lalu duduk di samping ranjang. “Mama jangan marah lagi. Sebenarnya kita semua juga bisa menebak akhir dari masalah ini. Kamu juga tahu sendiri gimana sikap si Brandon itu.”“Jangan ungkit nama dia lagi!” jerit Amara. Setelah itu, dia malah batuk-batuk dengan sangat kuat.Salah satu tangan Clara menepuk-nepuk punggung Amara. “Mama jangan marah lagi, tidak bagus buat kesehatan. Bisa jadi wanita itu lagi senang-senang sekarang. Dasar si Brandon! Bukannya bela keluarga sendiri, malah bela orang luar.”“Awalnya aku mengira wanita itu berasal dari Keluarga Tanoto yang tergolong keluarga terpandang. Tak disangka, dia malah tidak punya tata krama. Aku itu seniornya, dia malah melawanku? Bagaimana cara Keluarga Tanoto mendidik para juniornya?”Amara semakin kesal saja. Sebagai seorang nenek, dia bahkan kehilangan wibawa di hadapan juniorny
Saat Amara melahirkan Steve, ayahnya Brandon sudah hampir menikah. Itulah sebabnya umur Steve tidak terlalu jauh dari Brandon.Waktu itu, Amara memfokuskan seluruh perhatiannya ke diri anak bungsunya. Ditambah lagi, dia tidak begitu menyukai menantunya. Tentu saja dia tidak begitu memperhatikan Brandon. Biasanya orang-orang akan lebih memanjakan cucu, sedangkan Amara malah lebih memanjakan putra bungsunya.Awalnya Amara berniat untuk mewarisi seluruh bisnis Keluarga Setiawan kepada putra bungsunya. Sayangnya, suami Amara tidak berpikiran seperti itu. Dia sangat mengagumi kemampuan putra sulungnya. Sayangnya, putra sulungnya malah meninggal dini. Kemudian Jason pun memfokuskan perhatiannya hanya untuk membina cucunya.Cucunya juga sangat berkompeten, tidak mengecewakan harapannya. Kemampuan Brandon sangatlah menonjol. Saat Jason merasa hidupnya sudah tidak lama lagi, dia pun membuat surat wasiat menyerahkan bisnis Keluarga Setiawan kepada Brandon.Saat itu, Keluarga Setiawan sempat gadu
Semenjak Yuna mengandung, dia menjadi pusat perhatian semua orang. Brandon merekrut pembantu khusus untuk menjaganya, lalu mengunci pintu ruang laboratoriumnya. Dia melarang keras Yuna untuk menyentuhnya lagi. Dia bahkan memerintah Stella untuk mengawasi Yuna. Jika ketahuan Yuna sedang bekerja, Stella ditugaskan untuk menghubungi Brandon. Jika tidak, dia akan memecat Stella.Kepikiran dengan pekerjaan nyaman dan gaji tinggi ini, meskipun Yuna adalah kakak kandungnya, Stella juga akan mengkhianatinya. Stella berjanji tidak akan membiarkan Yuna menginjakkan kakinya ke studio.Mengenai hal ini, Yuna tidak tahu dirinya harus menangis atau tertawa. “Kamu juga tahu sendiri belakangan ini kita lagi nggak ada kerjaan. Aku cuma ingin duduk saja, nggak sentuh apa-apa.”“Nggak boleh! Pak Brandon sudah berpesan, kamu harus istirahat dengan baik, nggak boleh sentuh barang-barang ini. Di dalam studio ada banyak zat-zat kimia yang akan membahayakan kandunganmu. Lebih baik kamu istirahat di rumah saja
“Kamu memang sudah salah bicara!” ucap Stella sambil memelototi Yuna.“Iya, iya, iya! Bos, aku salah!” Yuna menarik Stella untuk duduk, lalu kembali membujuknya.“Kamu baru bosku!” balas Stella. Dia segera berdiri menyuruh Yuna untuk duduk. “Salah, anak di dalam kandunganmu barulah bosku!”Belum sempat Yuna merespons, telinga Stella sudah menempel ke perutnya. Yuna spontan menegakkan tubuhnya. “Kamu lagi ngapain?”“Aku ingin dengar gerak-gerik bosku.” Stella terlihat sangat serius.Yuna merasa sangat lucu. “Astaga! Baru dua bulan, bisa ada gerak-gerik apa coba. Sekarang tubuhnya saja masih belum sempurna.”“Jangan asal bicara! Namanya juga lagi masa pertumbuhan. Lagi pula, aku juga bisa mendengar suara detak jantungnya. Serius!” ucap Stella dengan serius. Bahkan Yuna juga bingung harus berkata apa lagi.Setelah mendengar beberapa saat, kedua mata Stella langsung berkilauan.Yuna menyindirnya, “Sudah dengar belum?”“Sudah!” Stella mengangguk dengan serius, lalu melanjutkan, “Ajaib sekal
Saat Yuna pulang dari studio, dia menyadari ada sebuah mobil dengan plat nomor luar kota sedang berhenti di depan rumahnya. Berhubung mobil dihentikan tepat di depan pintu rumah, Yuna pun terus meliriknya.Mobil yang dinaiki Yuna berhenti secara perlahan. Saat pintu rumah terbuka, pintu mobil itu juga terbuka, seseorang berjalan menuruni mobil dan Yuna pun terbelalak. Clinton?!Padahal Yuna baru saja kepikiran Clinton tadi, tak disangka dia malah muncul di hadapannya. Dia bahkan datang tanpa mengabarinya lebih dulu.“Berhenti!” ucap Yuna dengan segera. Setelah mobil berhenti, Yuna segera menuruni mobil. “Kenapa kamu ke sini?”Clinton yang dulu tidak banyak bicara. Di antara mereka sepertinya ada tembok yang tak terlihat. Namun setelah kematian Kakek, hubungan mereka berdua semakin dekat lagi. Mungkin karena mereka adalah “teman seperjuangan”.“Kamu sudah mau menikah. Sebagai anggota keluargamu, mana mungkin aku nggak datang.” Nicholas mengamati Yuna, lalu berkata dengan mengerutkan ken
Yuna tidak sanggup menunggu lagi. Dia langsung menarik Clinton untuk masuk ke rumah.Setelah masuk ke rumah, Yuna menyuruh pembantu untuk menyeduh teh bunga melati. Dia tahu biasanya Clinton hanya minum air dan teh saja. Mereka berasal dari keluarga praktisi seni bela diri. Jadi, mereka sudah terbiasa untuk mempertahankan postur tubuh. “Resepsi pernikahan kalian rencananya diadakan di mana?” tanya Clinton sambil menyesap teh.“Kata Brandon, dia sudah pesan di Hotel Peninsula.” Yuna pernah mendengar dari Brandon.Clinton mengangguk. Dia juga sudah menebaknya. Sebab hotel termewah dan terkenal di kota ini adalah Hotel Peninsula.“Pesan berapa meja? Apa anggota keluarga mereka ada permintaan?”“Aku juga nggak tahu pesan berapa meja. Semuanya diatur sama Brandon. Anggota keluarganya ….” Yuna ragu sejenak. Hubungan keluarga Brandon sangatlah rumit. Dia juga tidak ingin Clinton mengkhawatirkannya. Pada akhirnya, dia pun berkata dengan tersenyum, “Mereka nggak ada permintaan apa-apa, mereka
“Ha … hamil ….” Clinton terkejut hingga ucapannya terbata-bata. Dia terdiam dalam beberapa saat, lalu berkata, “Kamu bilang, bentar lagi aku bakal jadi om?” Kabar ini terlalu mendadak. Clinton butuh sedikit waktu untuk mencernanya.Yuna mengangguk. Sekarang Clinton memang sedang duduk di sofa dengan wajah tak berekspresi, tapi dia terus menggosok kedua tangannya sambil menatap Yuna.Dapat dilihat bahwa Clinton sangat gembira. Sosoknya saat ini membuat Yuna ingin tertawa. Sepertinya Clinton lebih terkejut daripada Brandon yang akan menjadi ayah.Tentu saja, mungkin ketika Brandon mengetahuinya, Yuna masih belum menyadarkan diri. Jadi, dia juga tidak melihat langsung reaksi pertama Brandon waktu itu.“Bagus, bagus sekali,” balas Clinton, “Jadi kamu … harus jaga kesehatan. Mengenai masalah lain, suruh saja Brandon yang melakukannya.”“Emm, dia memang sudah melakukan semuanya. Dia nggak izinin aku untuk melakukan apa pun. Sekarang dia bahkan nggak izinin aku ke studio.” Yuna sedang meluapk
Sesungguhnya, memang ada yang ingin dikatakan Clinton. Hanya saja, setelah mendengar kabar Yuna sedang mengandung, dia langsung mengurungkan niatnya.Clinton duduk di mobil berpikir dalam waktu lama. “Pergi ke Uniasia.”Setelah sampai di Uniasia, Clinton menghubungi Brandon, baru pergi ke ruang kerjanya.Saat ini, Brandon sedang menandatangani dokumen. Kebetulan pintu sedang dalam keadaan terbuka. Jadi, Clinton langsung masuk ke dalam.“Tadi kata Yuna kamu ke rumah. Kenapa nggak temani Yuna, tapi malah datang mencariku?” Brandon mengesampingkan dokumennya, lalu berdiri. “Jangan bilang kalau kamu datang untuk bahas masalah bisnis sama aku?”Clinton duduk di sofa sambil mengangkat kepalanya untuk menatap Brandon. “Apa kamu pernah mendengar nama Keluarga Yukardi?”“Yukardi?” Brandon mengerutkan keningnya.“Iya, keluarga seni bela diri kuno sejati yang terkenal, Keluarga Yukardi. Hanya saja, beberapa tahun ini mereka sudah mengasingkan diri di sebuah pulau,” jelas Clinton.Brandon mengangg