“Ha … hamil ….” Clinton terkejut hingga ucapannya terbata-bata. Dia terdiam dalam beberapa saat, lalu berkata, “Kamu bilang, bentar lagi aku bakal jadi om?” Kabar ini terlalu mendadak. Clinton butuh sedikit waktu untuk mencernanya.Yuna mengangguk. Sekarang Clinton memang sedang duduk di sofa dengan wajah tak berekspresi, tapi dia terus menggosok kedua tangannya sambil menatap Yuna.Dapat dilihat bahwa Clinton sangat gembira. Sosoknya saat ini membuat Yuna ingin tertawa. Sepertinya Clinton lebih terkejut daripada Brandon yang akan menjadi ayah.Tentu saja, mungkin ketika Brandon mengetahuinya, Yuna masih belum menyadarkan diri. Jadi, dia juga tidak melihat langsung reaksi pertama Brandon waktu itu.“Bagus, bagus sekali,” balas Clinton, “Jadi kamu … harus jaga kesehatan. Mengenai masalah lain, suruh saja Brandon yang melakukannya.”“Emm, dia memang sudah melakukan semuanya. Dia nggak izinin aku untuk melakukan apa pun. Sekarang dia bahkan nggak izinin aku ke studio.” Yuna sedang meluapk
Sesungguhnya, memang ada yang ingin dikatakan Clinton. Hanya saja, setelah mendengar kabar Yuna sedang mengandung, dia langsung mengurungkan niatnya.Clinton duduk di mobil berpikir dalam waktu lama. “Pergi ke Uniasia.”Setelah sampai di Uniasia, Clinton menghubungi Brandon, baru pergi ke ruang kerjanya.Saat ini, Brandon sedang menandatangani dokumen. Kebetulan pintu sedang dalam keadaan terbuka. Jadi, Clinton langsung masuk ke dalam.“Tadi kata Yuna kamu ke rumah. Kenapa nggak temani Yuna, tapi malah datang mencariku?” Brandon mengesampingkan dokumennya, lalu berdiri. “Jangan bilang kalau kamu datang untuk bahas masalah bisnis sama aku?”Clinton duduk di sofa sambil mengangkat kepalanya untuk menatap Brandon. “Apa kamu pernah mendengar nama Keluarga Yukardi?”“Yukardi?” Brandon mengerutkan keningnya.“Iya, keluarga seni bela diri kuno sejati yang terkenal, Keluarga Yukardi. Hanya saja, beberapa tahun ini mereka sudah mengasingkan diri di sebuah pulau,” jelas Clinton.Brandon mengangg
“Iya, mereka pelakunya.” Clinton mengangguk. “Tapi mereka juga diutus oleh seseorang. Pembunuh Ganda sangatlah terkenal di dunia seni bela diri kuno. Mereka sudah melakukan banyak hal yang merugikan banyak orang. Belakangan ini, aku baru menemukan dalang di balik mereka.”Brandon menatapnya, lalu berpikir sejenak. “Maksudmu, dalangnya adalah Nona Monica?”“Informasi ini seharusnya cukup tepercaya,” balas Clinton sambil mengangguk.“Apa Nona Monica punya kemampuan sebesar itu?” Sebelumnya Brandon juga sudah mendengar kabar ini. Dia bahkan sudah menebak apa maksud omnya itu.Selama bertahun-tahun ini, anggota Keluarga Setiawan selalu ingin merebut kekuasaan dari tangan Brandon. Mereka sudah melakukan berbagai macam cara yang rendahan dan boleh dikatakan tidak berperikemanusiaan. Itulah sebabnya Brandon malas untuk pulang ke rumah.Namun berhubung Kakek pernah berpesan sebelum beliau meninggalkan dunia, Brandon juga tidak lepas tangan terhadap anggota Keluarga Setiawan. Brandon tetap memb
“Semuanya sudah selesai diatur, sekarang kita sudah bisa mulai terjun ke dalam negeri. Hanya saja, ada beberapa kelompok konglomerat yang mengambil kendali, sepertinya agak susah untuk menguasai pasar.” “Tentu saja susah, kalau nggak susah, ngapain aku cari kalian!” balas Monica dengan sinis, “Apa aku bayar kalian untuk main-main?”Si lelaki tidak berani bersuara.“Konglomerat itu bukanlah apa-apa. Kondisi Keluarga Kusumo juga lagi kacau. Sekarang mereka juga nggak bakal bisa melakukan apa-apa. Keluarga Tanoto juga sempat kacau. Mengenai Keluarga Setiawan ….”Ujung bibir Monica melengkung ke atas. “Pokoknya kalian nggak usah khawatirin masalah ini. Kalian hanya perlu jalankan sesuai perintahku saja.”“Baik!” balas si lelaki sambil mengangguk.Akhirnya tampak tatapan puas di wajah Monica. Dia mengangkat cangkir kopi untuk menyesapnya. Tiba-tiba dia melihat seseorang di belakang sana dan raut wajahnya berubah muram. “Kamu pergi dulu.”“Nona?”“Pergi dulu sana!” ucap Monica sambil melet
Pertanyaan Monica telah menginjak harga diri Steve. Amarah di hatinya semakin membara lagi. Wanita ini … kenapa perubahannya sedrastis ini? Bagai dua orang yang berbeda saja? Bahkan, Steve mengira dirinya sudah salah kenal orang saja.“Aku ….” Steve tidak berani bersikap galak lagi, dia terpaksa menurunkan nada bicaranya, “Oke, maaf, aku mengakui kesalahanku, nggak seharusnya aku ngomong seperti ini. Tapi kamu juga mesti ngertiin aku, tentu saja aku cemburu ketika melihat calon istriku minum berdua dengan cowok asing. Monica, aku cemburu juga karena aku cinta sama kamu!” Sambil berbicara, Steve hendak menggenggam tangan Monica.Respons Monica sangatlah cepat. Dia langsung menurunkan tangan yang awalnya berada di atas meja, alhasil Steve semakin canggung lagi.“Monica ….”“Jangan panggil namaku seperti itu!” ucap Monica dengan sinis. Dia merasa jijik ketika mendengarnya.“Kenapa? Bukannya beberapa hari lalu kamu baik-baik saja? Apa aku sudah melakukan kesalahan? Jadi kamu marah sama aku
Selesai berbicara, Monica berencana untuk meninggalkan kafe.Steve segera mengejarnya. “Kamu mau ke mana? Biar aku antarkan.”“Aku bawa mobil.” Monica melanjutkan langkahnya dengan cepat.“Suruh saja sopirmu bawa pulang mobilnya. Jarang-jarang kita bisa ketemuan, jangan sekejam ini, ya. Anggap saja ini kesempatan kita untuk menjalin hubungan?”“Aku bawa mobil sendiri.”“Kamu bisa nyetir? Bukannya kamu nggak bisa nyetir?” Sepertinya waktu itu Monica mengatakan dirinya tidak bisa menyetir mobil. Sepertinya waktu itu Monica juga diantar pulang oleh sopirnya.Langkah Monica seketika terhenti. Dia berpikir sejenak, lalu menjawab, “Baru belajar.”“Secepat ini?”Steve juga merasa sangat kaget. Baru beberapa hari tidak ketemu, Monica malah sudah bisa mengendarai mobil? Sepertinya proses pembuatan SIM juga tidak secepat ini?“Aku sudah belajar dari dulu, hanya saja kartu SIM aku baru keluar,” balas Monica dengan asal-asalan. Dia sungguh malas untuk berhubungan dengan lelaki ini lagi.Monica lal
Di kota bagian selatan terdapat sebuah vila pribadi yang ukurannya tidak begitu besar. Berhubung lokasinya agak jauh dari pusat kota, harga rumah di sana tidaklah tinggi dan peminatnya juga tidaklah banyak. Jadi, jarang ada yang tahu siapa pemilik dari vila-vila di sini.Mobil Monica perlahan kembali memasuki pekarangan. Setelah mobil diparkirkan, pelayan segera keluar untuk membukakan pintu garasi.Monica menuruni mobil, menyerahkan kunci mobil kepada pembantunya, lalu memasuki rumah.“Nona sudah pulang.” Begitu Monica memasuki rumah, ada pembantu lain yang langsung menyambutnya. Si pembantu membungkukkan tubuhnya untuk menyerahkan sandal, lalu mengambil jaket dari tangan Monica. Monica yang sedang dilayani pun bertanya, “Di mana dia?”“Nona Hanny lagi di kamarnya,” balas pembantu dengan suara kecil.“Emm.” Monica mengangguk dengan puas. Baru saja dia hendak melangkah maju, dia malah membalikkan tubuhnya dan berkata, “Tunggu sebentar.”Monica menghentikan pembantu, lalu mengambil kot
Jangan-jangan Hanny jatuh cinta padanya?“Nggak … nggak, kok!” Hanny segera menggeleng, lalu berkata, “Aku … aku nggak suka sama dia.”“Bagus kalau nggak! Jangan lupa aku suruh kamu untuk bantu aku, bukan suruh kamu untuk berpacaran sama dia. Ingat, kamu hanyalah bayanganku!”Hanny langsung menunduk. Tatapannya berubah muram. Dia lalu mengangguk, lalu berkata, “Aku tahu Kak, selamanya aku hanya akan menjadi bayanganmu. Aku nggak akan rebutan sama kamu.”“Rebutan sama aku?” Monica langsung tersenyum sinis ketika mendengar ucapan itu. “Apa kamu pantas? Sejak kecil, kamu nggak punya kelebihan apa-apa. Sekarang kamu malah ingin rebutan sama aku! Asal kamu tahu, gelang rongsokan itu juga dibeli buat aku. Aku cuma kasihan sama kamu. Lagi pula, kamu masih perlu bantu aku untuk hadapi dia. Jadi, kamu mesti pakai gelang itu agar dia nggak curiga.”Ketika melihat wajah pucat Hanny, suasana hati Monica langsung membaik.“Kamu yang pintar. Jangan sampai dia menyadari ada yang aneh. Kalau sampai re
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta