Setelah kembali ke rumah, Olivia langsung membanting semua barang, terutama foto-fotonya dengan Daniel. Dia mengeluarkan foto-foto itu dari bingkai dan merobeknya.Saat Daniel masuk ke rumah, seluruh ruangan sudah berantakan. Dia pun membentak Olivia, “Cukup!”Olivia berteriak histeris sambil melempar bantal ke arah Daniel, “Pergi! Pergi! Aku nggak mau melihatmu!”Daniel menendang sampah di lantai, lalu berjalan ke arah Olivia. Dia berhenti di depan Olivia dengan ekspresi suram dan berkata, “Aku tahu ucapanku di hadapan reporter sudah membuatmu malu. Tapi, apa kamu sadar kalau kamu juga sudah mempermalukanku?”“Apa yang sudah kulakukan? Mana ada aku mempermalukanmu? Memangnya aku sudah memakimu, membantahmu, atau menduakanmu di hadapan reporter? Apa kamu perlu mempermalukanku di hadapan begitu banyak orang?” tanya Olivia dengan marah hingga seluruh tubuhnya gemetar. Dia tidak menyangka Daniel akan berkata begitu di hadapan semua orang.“Benar, kamu memang nggak memakiku, tapi kamu suda
“Daniel, aku tahu aku yang salah hari ini. Aku cuma senang karena ini pertama kalinya aku keluar bareng kamu! Lagian, kamu juga nggak pernah bawa aku ke acara seperti ini sebelumnya. Biarpun salah, aku juga pantas dimaafkan, ‘kan?” Olivia pun menjadi cemberut. Dia mengayun-ayunkan lengan Daniel dan berkata dengan lembut, “Maafkan aku, ya.”Daniel melirik Olivia dengan marah. Meskipun sudah berusia lebih dari 40 tahun, dia masih terlihat sangat awet muda. Tampangnya yang kasihan pun membuat Daniel melunak. Dia mencubit wajah Olivia, lalu berkata, “Dasar kamu ini!”Begitu mendengar nada Daniel yang tidak berdaya, Olivia tahu bahwa dirinya sudah berhasil menaklukkan Daniel. Dia pun memeluk lengan Daniel sambil tersenyum, lalu menempelkan wajahnya ke tubuh Daniel dan berkata, “Kamu memang yang paling baik! Kita anggap masalah ini selesai, ya. Jangan salahkan aku lagi!”“Aku benar-benar nggak bisa menang dari kamu! Kelak, jangan begitu seenaknya lagi, ya. Kalau ikut aku keluar, kamu harus h
Tania duduk di rumah dan memegang sebuah kotak beludru yang indah. Di dalamnya terdapat kalung safir yang sudah menjadi pusat perhatian orang di acara lelang. Hanya saja, wajahnya sama sekali tidak terlihat gembira.Cecilia baru pulang dan melihat Tania yang duduk bengong sambil memandang kotak itu. Setelah membuka jaketnya, dia melirik isi kotak itu dan memuji, “Kalungnya cantik banget! Ibu, sini kubantu kamu memakainya!”“Buat apa?” Tania mendorong tangan Cecilia, lalu menghela napas dan berkata, “Dia cuma mau menyelamatkan reputasinya, makanya mau tak mau harus menghadiahkannya untukku, bukan benar-benar tulus.” Tania tentu saja tahu apa yang terjadi di acara lelang. Justru karena dia tahu, dia baru menjadi lebih tidak menyukai kalung ini dan merasa tertekan. Dari permukaan, memang terlihat bahwa Daniel masih bersikap baik terhadapnya dengan membelikan sebuah kalung yang harganya 100 miliar. Faktanya ....“Nggak peduli tulus atau nggak, setidaknya kalung ini milik Ibu sekarang.”
“Dia cuma seorang wanita dari keluarga biasa dan nggak punya pengalaman apa-apa. Dari barang-barang yang dia beli pakai kartu kredit ayahmu, kelihatan banget seleranya kayak orang kaya baru yang kampungan. Aku nggak yakin dia bakal suka sama kalung ini, tapi aku yakin dia bakal suka sama apa pun yang kupilih, baik itu kalung maupun cincin. Dia selalu iri sama barang-barang yang kumiliki!”Setelah mendengar penjelasan ibunya, Cecilia juga setuju. Semua perhiasan yang dimiliki Tania luar biasa indah. Kalung safir ini masih belum termasuk yang paling mencolok di antara koleksinya.“Sebenarnya ... aku juga nggak menduga kalau ayahmu bakal bawa dia ke acara lelang itu.” Tania berbalik kembali dan lanjut memangkas bonsai. Dia berkata dengan santai, “Awalnya, aku cuma mau sumbang barang buat amal. Selama ini, aku juga sering berbuat amal. Hanya saja, aku nggak menduga ada hari di mana aku bisa memanfaatkannya seperti ini.”Tania tertawa mengejek, lalu melanjutkan, “Kalau dia bersikeras mau pe
Cecilia memang memiliki niat ini, tetapi masih belum menemukan cara yang tepat untuk mendekati Louis. Bagaimanapun juga, menjalin hubungan dengan Keluarga Hermawan tidaklah gampang.“Cara sih ada, tapi masih butuh sedikit usaha.” Setelah berhenti sejenak, Tania menatap Cecilia dan berkata, “Gimana proyek baru perusahaan itu?”“Itu tanggung jawab anak haram itu, nggak ada hubungannya sama aku,” jawab Cecilia sambil mendengus.“Kok nggak ada hubungannya sih? Kalau dia yang bertanggung jawab, justru lebih berhubungan sama kamu dong. Nggak peduli apa performanya bagus atau nggak, hubungannya sangat besar denganmu.” Tania mengambil kalung safir itu dari tangan Cecilia, lalu berkata, “Ingat, semua yang memang milikmu akan tetap jadi milikmu biarpun harus melalui berbagai rintangan dulu.”Saat melihat kotak di tangan Tania, tatapan Cecilia terlihat mendalam....Konferensi pers Uniasia semalam sangat sukses. Setidaknya, masalah mengenai “racun dalam parfum” sudah hilang. Biarpun masih mungkin
“Apa?!” Edith dan Stella langsung tercengang dan saling memandang. Kemudian, mereka berkata dengan serempak, “Mana mungkin!”“Serius, lho!” Yuna menghela napas, lalu berkata dengan tidak berdaya, “Aku sudah pernah ujian dari awal mulai terjun ke dunia ini. Aku sudah dapatkan gelar peracik aroma, tapi aku memang nggak pernah ujian untuk lisensi kerja. Lagian, lisensi kerja cuma sertifikat yang dibuat Asosiasi Peracik Aroma sendiri dan nggak diperlukan secara internasional.”Edith merenung, lalu berkata, “Sertifikat itu memang nggak diperlukan secara internasional sih. Kayaknya memang orang dalam negeri yang baru menciptakannya dalam beberapa tahun terakhir. Tapi ... tapi nggak mungkin kamu nggak bisa mendapatkannya, ‘kan?” Edith mengejek, “Bahkan teknisi paling junior juga punya. Masa kamu nggak punya?”Tentu saja, tidak ada yang menyangka ternyata Yuna tidak memiliki sesuatu yang begitu mendasar.“Makanya! Bahkan aku juga punya!” ujar Stella dengan buru-buru.Yuna menatapnya dengan kes
“Memang benar sih, tapi aturan di industri ini ya begitu,” ujar Stella sambil berdesah.“Yang namanya aturan memang untuk dilanggar!” Yuna duduk tegak, lalu mengetuk-ngetuk meja dan berkata, “Aku sama mereka sebenarnya nggak saling menyinggung. Tapi kalau mereka mau cari masalah, aku nggak keberatan bertarung sama mereka sampai akhir.”“Tapi perusahaan ....” Setelah ragu sejenak, Edith menggeleng dan berkata, “Tapi nggak masalah. Pak Brandon pasti berpihak padamu.”Namun, Yuna malah menggeleng dan menjawab, “Nggak. Ini tindakanku sendiri. Kalau sampai melibatkan perusahaan, aku bakal mengundurkan diri.”Jika sebelumnya Yuna masih belum percaya diri, sekarang dia sudah sepenuhnya yakin bahwa dirinya bisa meluncurkan merek sendiri, apalagi setelah semua usahanya selama lebih dari setahun ini. Dia memang mempunyai kemampuan dalam bidang meracik aroma.“Bagaimanapun juga, aku tetap mendukungmu!” ucap Edith sambil menepuk-nepuk bahu Yuna.Stella juga memegang bahu sebelahnya lagi, lalu berk
“Haih!” Beny menghela napas panjang, lalu menatap ke luar jendela dan menjawab, “Kalau anak sudah besar dan punya pemikiran sendiri, kita sudah nggak bisa menahan mereka. Biarkan saja dia melakukan apa yang diinginkannya.”“Tapi bagaimanapun juga, dia tetap harus merawat ayahnya yang sakit, dong.”Sebelum Daniel selesai berbicara, Beny sudah menyela, “Sudahlah! Kalau dia nggak mau pulang, ya biarkan saja. Anggap saja aku nggak punya anak. Aku sudah capek, kamu pulang saja dulu.”Beny sudah mengusirnya secara halus. Jadi, Daniel juga tidak bisa mengatakan apa-apa. Saat melihat Beny menutup mata dan terlihat kelelahan, Daniel pun bangkit dan pamit. “Kalau begitu, Kak, Kakak Ipar, aku pamit dulu. Aku bakal datang jenguk kamu lagi lain hari. Jangan khawatir, aku pasti akan mengurus perusahaan dengan baik!”Selesai berbicara, Daniel melihat Beny masih menutup matanya, seperti sudah ketiduran. Laura pun menyeka air matanya dan berkata, “Ayo kuantar.”Setelah mengantar sampai ke depan lift, L