Perhatian Cecilia sudah sepenuhnya tertuju pada pria di layar TV. Bukan karena penampilannya yang menarik ataupun karena dia berani bersikap seperti itu terhadap Yuna, melainkan karena dia berani mengucapkan hal seperti itu di hadapan semua orang, apalagi di hadapan Brandon.Jika dia bukan terlalu bernyali, itu artinya dia terlalu percaya diri dan mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk tidak perlu takut pada Brandon.“Umm ... bukannya dia ....” Tania yang berada di samping menyipitkan matanya. Dia merasa pria di layar TV itu lumayan familier. Pergaulan Tania sangat luas. Sebelum pensiun dari dunia hiburan, koneksinya juga lumayan luas. Setelah menikah dengan Daniel, dia memang sudah tidak bermain film lagi. Namun, dia memiliki kelompok teman yang merupakan istri para orang kaya. Dari waktu ke waktu, dia juga berbaur dalam lingkaran bisnis Keluarga Kusumo. Jadi, koneksinya memang jauh lebih luas daripada Cecilia.“Ibu, kamu kenal sama pria itu?” tanya Cecilia dengan bersemangat saa
Louis Hermawan .... Cecilia harus mendapatkan pria ini!...Saat melihat ada begitu banyak tas belanjaan yang menumpuk di rumahnya, Olivia akhirnya tersenyum juga.Daniel melingkarkan tangannya ke pinggang Olivia, lalu mengecup pipinya dan bertanya, “Sudah puas, ‘kan?”“Huh!” Setelah menjulingkan matanya, Olivia menjawab, “Belum!”“Ya ampun, masa sudah habisin miliaran masih belum cukup? Yang kupakai itu kartu Cecilia, lho. Permintaan maafku sudah cukup tulus, ‘kan?” Daniel sudah buru-buru datang untuk menghibur wanita kesayangannya ini dan menghabiskan miliaran sekaligus untuk membuatnya tersenyum.“Tulus? Aku sudah bersamamu selama dua puluhan tahun. Sudah sepantasnya kamu bersikap tulus padaku!” kata Olivia sambil mencolek dahi Daniel. Kemudian, dia melanjutkan dengan cemberut, “Kamu kira mengeluarkan miliaran ini sudah sangat hebat? Kamu mana tahu penderitaanku selama ini. Aku sudah besarkan seorang anak sendirian dan cuma bisa bersamamu tanpa status. Aku juga harus terima hinaan
Setiap tahun, Kota Talaso selalu mengadakan acara lelang amal sebanyak dua kali. Sebagian besar barang yang dilelangkan adalah barang yang disumbangkan donatur anonim. Mulai dari perhiasan sampai barang antik, kategori produknya tidak terbatas. Dalam acara seperti ini, selain untuk menjaga reputasi, para orang kaya akan mengikuti lelang untuk membahagiakan istri atau kekasih mereka.Sebenarnya, Olivia sudah mengincar sebuah kalung dari awal. Kalung itu adalah kalung safir berbentuk tetesan air. Batu safir itu dikelilingi banyak berlian kecil dan terlihat sangat indah.Setelah bersama Daniel bertahun-tahun, Olivia tentu saja tidak pernah kekurangan perhiasan. Namun, dia pernah tanpa sengaja bertemu dengan Tania yang menemani Daniel menghadiri sebuah acara. Saat itu, Tania mengenakan sebuah kalung berlian merah muda yang besar. Berlian merah muda itu sungguh berkilau dan membuatnya cemburu untuk beberapa saat.Setelah itu, Olivia juga tidak berhenti menyuruh Daniel membelikannya kalung y
Barang yang dilelangkan terlebih dahulu adalah pot, lukisan, dan kaligrafi yang harganya tidak terlalu tinggi. Orang-orang pun dengan cepat membeli barang yang mereka mau. Kalung safir yang diincar Olivia sebenarnya adalah tokoh utama acara pelelangan malam ini. Bukan hanya Olivia, ada banyak wanita kalangan atas lainnya yang juga mengincar kalung itu.Harga awal kalung itu dua miliar dan kelipatan kenaikan harganya adalah satu miliar. Harga awalnya memang tidak tinggi, tetapi harganya naik dengan sangat cepat. Dalam sekejap, harga kalung itu sudah mencapai 24 miliar.Olivia sama sekali tidak panik. Sebelum datang, Daniel sudah memberitahunya bahwa dia memiliki anggaran sebesar 60 miliar. Jadi, selama tidak melampaui 60 miliar, kalung itu pasti akan menjadi milik Olivia. Dia menyesap anggur merahnya dengan santai, lalu melihat ke sekeliling dengan sombong. Malam ini, dia pasti akan menjadi pusat perhatian semua orang. Setelah harga kalung itu mencapai 36 miliar, tidak ada lagi yang me
Harga saat ini sudah melampaui batas anggaran yang diberikan Daniel. Jadi, Olivia pun melirik Daniel. Daniel hanya mengangkat sebelah tangannya untuk mengelus hidungnya. Dia terlihat serba salah. Olivia pun mengerti bahwa Daniel sudah tidak ingin mengeluarkan uang lebih.“Enam puluh dua miliar, panggilan pertama. Enam puluh dua miliar, panggilan kedua ....” Proses pelelangan tidak akan berhenti. Saat juru lelang hampir berteriak untuk yang ketiga kalinya, Olivia pun tidak tahan dan mengangkat papannya lagi. “Tujuh puluh miliar!”Olivia tidak percaya orang itu masih bisa melawannya. Orang itu mungkin juga sudah dikejutkan Olivia dan terdiam sesaat. Saat Olivia mengira dirinya sudah menang, orang itu menawar lagi, tetapi tetap hanya menawar dua miliar lebih tinggi. “Tujuh puluh dua miliar!”Sejujurnya, Olivia benar-benar ingin langsung menghampiri orang itu dan berkelahi dengannya. Apa dia sengaja? Namun, Olivia tidak mengenal orang itu. Apa orang itu sengaja mau berselisih dengannya?H
Itu hanya 100 miliar dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Grup Kusumo. Kelak, Olivia akan menjadi ibu dari direktur utama Grup Kusumo. Dia bisa meminta berapa banyak pun uang yang dia mau.Namun, ekspresi Daniel malah terlihat muram. Sebelum datang, dia jelas-jelas sudah memberi tahu Olivia bahwa anggaran mereka tidak melebihi 60 miliar. Namun, begitu sampai di tempat ini, Olivia sudah menjadi bagaikan orang lain. Dia langsung menawar 100 miliar untuk sebuah kalung yang nilainya tidak sepadan tanpa persetujuan Daniel.Daniel pun berdiri dengan marah dan hendak pergi. Namun, Olivia malah merangkulnya, lalu menghadap ke arah begitu banyak reporter sambil tersenyum.“Selamat! Pak Daniel sudah membeli kalung ini dengan harga 100 miliar. Apa kalung ini hadiah untuk wanita di sampingmu ini?” tanya seorang reporter.Sebelum Daniel sempat membuka mulutnya, Olivia sudah terlebih dahulu menjawab, “Tentu saja!”Dia tersenyum cerah dan bersikap bagaikan istri Daniel. Dia sudah lupa bahwa s
Setelah kembali ke rumah, Olivia langsung membanting semua barang, terutama foto-fotonya dengan Daniel. Dia mengeluarkan foto-foto itu dari bingkai dan merobeknya.Saat Daniel masuk ke rumah, seluruh ruangan sudah berantakan. Dia pun membentak Olivia, “Cukup!”Olivia berteriak histeris sambil melempar bantal ke arah Daniel, “Pergi! Pergi! Aku nggak mau melihatmu!”Daniel menendang sampah di lantai, lalu berjalan ke arah Olivia. Dia berhenti di depan Olivia dengan ekspresi suram dan berkata, “Aku tahu ucapanku di hadapan reporter sudah membuatmu malu. Tapi, apa kamu sadar kalau kamu juga sudah mempermalukanku?”“Apa yang sudah kulakukan? Mana ada aku mempermalukanmu? Memangnya aku sudah memakimu, membantahmu, atau menduakanmu di hadapan reporter? Apa kamu perlu mempermalukanku di hadapan begitu banyak orang?” tanya Olivia dengan marah hingga seluruh tubuhnya gemetar. Dia tidak menyangka Daniel akan berkata begitu di hadapan semua orang.“Benar, kamu memang nggak memakiku, tapi kamu suda
“Daniel, aku tahu aku yang salah hari ini. Aku cuma senang karena ini pertama kalinya aku keluar bareng kamu! Lagian, kamu juga nggak pernah bawa aku ke acara seperti ini sebelumnya. Biarpun salah, aku juga pantas dimaafkan, ‘kan?” Olivia pun menjadi cemberut. Dia mengayun-ayunkan lengan Daniel dan berkata dengan lembut, “Maafkan aku, ya.”Daniel melirik Olivia dengan marah. Meskipun sudah berusia lebih dari 40 tahun, dia masih terlihat sangat awet muda. Tampangnya yang kasihan pun membuat Daniel melunak. Dia mencubit wajah Olivia, lalu berkata, “Dasar kamu ini!”Begitu mendengar nada Daniel yang tidak berdaya, Olivia tahu bahwa dirinya sudah berhasil menaklukkan Daniel. Dia pun memeluk lengan Daniel sambil tersenyum, lalu menempelkan wajahnya ke tubuh Daniel dan berkata, “Kamu memang yang paling baik! Kita anggap masalah ini selesai, ya. Jangan salahkan aku lagi!”“Aku benar-benar nggak bisa menang dari kamu! Kelak, jangan begitu seenaknya lagi, ya. Kalau ikut aku keluar, kamu harus h
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S