Logan tersenyum sopan dan sedikit membungkuk. Dia tahu bahwa Dylan sedang menunjukkan kekuasaannya.Setelah melirik Logan, Dylan mengembuskan asap rokok ke arah Logan. Logan tidak sempat menghindar dan terbatuk akibat asap rokok itu. Selanjutnya, dia mendengar suara yang ringan, “Kamu orangnya?”Setelah memiringkan kepalanya dan terbatuk sejenak, Logan menoleh kembali ke arah Dylan dan menjawab, “Benar! Sepertinya Pak Dylan nggak terlalu senang melihat kemunculanku? Kalau begitu, Pak Dylan juga mungkin nggak terlalu tertarik sama barang yang kupunya. Maaf sudah mengganggumu, aku pamit dulu.”Selesai berbicara, Logan pun langsung berbalik seolah-olah hendak pergi.“Tunggu!” teriak Dylan. Dia mengira Logan sedang menggertaknya, tetapi Logan langsung naik ke mobilnya tanpa menoleh. Logan bahkan menyalakan mobil dan sepertinya memang sudah hendak pergi. Dylan pun buru-buru melepaskan sabuk pengamannya dan membuang sisa rokoknya. Kemudian, dia turun dari mobil dan berjalan ke arah mobil Log
“Aku mengenalmu. Kamu pernah pacaran sama Yuna, tapi akhirnya dikerjai habis-habisan sama Yuna, ‘kan?” tanya Dylan setelah mengamati Logan sejenak. Sebelum datang, dia sudah mencari tahu tentang Logan. Jadi, dia mengetahui beberapa informasi Logan. Hanya saja, Dylan sama sekali tidak tahu bahwa Logan berhubungan dengan Keluarga Kusumo. Meskipun tahu Logan bekerja di Grup Kusumo, Dylan tidak tahu bagaimana Logan bisa membayar semua utangnya dan membalikkan situasinya. Namun, Dylan tidak memedulikan semua itu. Dia hanya peduli apakah Logan benar-benar bisa membantunya.“Biarpun tinggal di luar negeri, Pak Dylan tahu banyak juga, ya.” Logan hanya tersenyum tipis, tetapi tidak marah. “Benar, aku bisa memiliki kehidupan seperti sekarang memang berkat keponakanmu itu. Kalau dipikir-pikir, aku hampir memanggilmu om.”Dylan memicingkan matanya dan berkata, “Kalau bisa membantuku, kamu juga bukannya nggak punya kesempatan buat panggil aku om.” Maksud dari ucapan Dylan ini adalah asalkan Logan
Setelah mendengus dingin, Dylan pun berencana untuk langsung pergi. Dia merasa bahwa waktunya benar-benar sudah terbuang sia-sia.“Pak Dylan, apa kamu kira ini adalah barang palsu yang bisa ditiru sembarang orang?” Logan yang berdiri di belakang Dylan berkata, “Asal kamu tahu, Yuna sendiri juga nggak bakal bisa membedakan dupa ini dengan dupa-dupa yang dibuatnya.”Dylan menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Logan. Tatapannya dipenuhi dengan rasa curiga. Logan tahu Dylan tidak akan percaya segampang itu. Dia pun berjalan maju dan berdiri di depan Dylan, lalu menyerahkan kotak di tangannya sambil berkata, “Aku sudah bersama Yuna selama lima tahun. Jadi, aku paling familier sama teknik dan kebiasaannya.”“Aku secara khusus mencari orang untuk membuat produk tiruan ini sesuai dengan kebiasaan, teknik, dan resep Yuna. Aku berani jamin biarpun diperiksa dengan alat tercanggih sekalipun, mereka nggak bakal temukan perbedaannya.”Meskipun masih belum sepenuhnya yakin, Dylan sudah mulai
“Tempat ini ....”Saat mobil mereka berhenti, Yuna sangat terkejut. Tempat di hadapannya itu adalah sebuah taman hiburan telantar. Apa Brandon mau membawanya datang untuk bermain di sini? Saat ini, dia bahkan tidak berminat untuk jalan-jalan.“Menonton pertunjukan,” ucap Brandon dengan misterius. Setelah itu, dia menarik tangan Yuna dan berjalan ke arah bianglala raksasa. Yuna hanya bisa terdiam dan mengikutinya.Frans juga turun dari mobil. Hanya saja, dia berjalan ke arah lain. Yuna yang kebingungan ditarik Brandon ke sebuah platform observasi yang tinggi. Lebih tepatnya, dulu tempat ini sebenarnya ingin dibangun menjadi sebuah taman hiburan. Namun, pembangunannya tidak diselesaikan dan akhirnya ditelantarkan begitu saja. Untungnya, meskipun sebagian besar instalasi di tempat ini baru setengah jadi, kualitasnya termasuk bagus. Setidaknya saat diinjak, semuanya terasa kokoh. Hanya saja, apa sebenarnya maksud Brandon membawa Yuna ke tempat ini pada saat-saat seperti ini? Selain itu,
Setelah melihat orang itu berhenti berjalan, Yuna pun bersembunyi secara refleks karena takut ketahuan.“Dari jarak dan ketinggian ini, mereka nggak mungkin bisa melihatmu,” ujar Brandon yang dari tadi duduk dengan tenang sambil tersenyum. Akhirnya, dia bangkit dan berjalan ke samping Yuna, lalu merangkul pundaknya.Yuna meliriknya, lalu berkata dengan kesal, “Kalau begitu, kenapa kamu masih menyuruhku menonton pertunjukan? Apa kamu mau menguji penglihatanku? Aku toh bukan elang!”Setelah mendengar ucapan Yuna, senyum Brandon pun makin lebar. Kemudian, dia menyerahkan sesuatu kepada Yuna dan berkata, “Kamu memang bukan elang, tapi ada alat yang lebih bagus daripada penglihatan elang.”Barang yang diberikan Brandon adalah sebuah teropong. Teropong itu juga memiliki kemampuan pembesaran yang tinggi. Brandon benar-benar datang dengan penuh persiapan!Yuna tidak mengeluh kenapa Brandon tidak mengeluarkan teropong ini lebih cepat. Dia sudah mulai tertarik dengan pertunjukan ini. Setelah men
Kedua orang itu jelas tidak menyadari keberadaan Yuna dan Brandon. Setelah menyelesaikan transaksi, mereka pun meninggalkan tempat ini. Yuna masih berdiri sambil merenung untuk beberapa saat. Kedua tangannya dikepal erat-erat. Melihatnya yang seperti itu, Brandon pun memeluknya dan berkata, “Mereka pasti akan merasakan akibat perbuatan mereka ini!”Saat mereka turun dari platform observasi, Frans sudah kembali ke mobil. Setelah semua orang sudah duduk dalam mobil, Frans baru berkata, “Pak Brandon, semuanya sudah diatur dengan baik.”“Emm.” Brandon mengangguk.Yuna juga tidak bertanya pada Brandon apa yang sudah dilakukan Frans. Dia sudah tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Jika mereka ingin turun tangan dari dupa, itu berarti mereka ingin membuatnya tidak bisa menyangkal. Baik dari kualitas, formula maupun yang lainnya, dupa itu pasti sudah dibuat hingga tidak dapat dibedakan. Namun, yang palsu tetaplah palsu. Pasti ada kekurangan pada dupa itu.“Apa ada bahan dan alat untuk meracik
Telepon itu tersambung dengan sangat cepat, seolah-olah Logan memang sudah menantikannya. “Ada apa, Pak Dylan? Apa Bapak puas sama hadiah pertemuan yang kuberikan?”“Puas! Puas sekali! Haha!” Setelah tertawa, Dylan berkata, “Tapi aku sangat penasaran. Dari mana kamu dapatkan semua ini?”“Di zaman sekarang, kita semua sama-sama pebisnis. Jadi, nggak ada yang namanya rahasia mutlak. Asalkan cermat dikit, lebih banyak menyelidiki, dan mengamati, hal ini nggak sulit ditemukan kok. Sebenarnya, kepulangan Bapak sudah terlalu terburu-buru. Kalau persiapannya dilakukan dari lebih awal, hal ini nggak sulit diselidiki kok.”Logan dengan cerdik mengelak tentang bagaimana dia menyelidikinya, tetapi juga tidak lupa menyanjung Dylan. Ucapan ini membuat Dylan sangat senang. Dia pun tersenyum lebar dan menjawab, “Bagus! Bagus! Aku sudah memutuskan untuk berteman denganmu. Habis aku menyelesaikan masalah ini, aku pasti bakal membantumu kelak.”Logan sudah bisa menebak kata-kata yang akan diucapkan Dyl
“Ada apa?” Meskipun ekspresi Brandon terlihat tenang, ekspresinya jelas menjadi jauh lebih lega setelah melihat Yuna baik-baik saja. Brandon pun bertanya, “Kamu baik-baik saja, ‘kan?”Yuna mengangguk dan menjawab, “Cuma nggak sengaja menjatuhkan barang.”“Barangnya nggak penting, yang penting kamu nggak apa-apa.” Brandon melirik cairan yang tumpah itu, lalu memberi perintah pada orang yang menunggu di luar, “Suruh orang membersihkannya dengan hati-hati.”Setelah terdiam sejenak, Brandon menatap Yuna dan bertanya, “Apa ada yang perlu dibawa pergi?”“Ini.” Yuna memegang dua botol kecil. Sepertinya dia sudah selesai mempersiapkannya.“Jadi, sudah bisa pulang?” tanya Brandon.Yuna pun mengangguk. Sebenarnya dia sudah sangat lelah. Bagaimanapun juga, dia sudah bekerja seharian. Melakukan percobaan selama setengah hari sangatlah melelahkan.Manajer cabang itu tidak menyangka kedatangan bos besar bukan untuk menginspeksi atau mendengar laporan kerja. Dia hanya perlu menggunakan laboratorium,
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta