Begitu masuk, dia langsung membuat dirinya nyaman di sofa dengan kedua tangan terlindung di dalam saku jasnya. Satu kakinya bergoyang mengikuti irama, dan matanya menatap ke arah Cecilia.“Kak, ada sesuatu yang mau aku omongin.”“Apa?” tanya Cecilia sabil mendekatkan badannya dengan wajah yang dihiasi senyum ramah.Akan tetapi, Edward malah diam saja dan kini menatap Logan dengan ekspresi yang kurang mengenakkan. Logan yang semula sedang menyesap tehnya perlahan pun menatap balik Edward dengan wajah kebingungan. Keduanya saling bertukar pandang satu sama lain selama beberapa detik.“Kamu nggak bisa lihat situasi, ya? Apa kamu nggak sadar aku lagi ada hal penting yang perlu diomongin? Cepat keluar!” bentak Edward yang terlebih dahulu kehilangan kesabarannya.“Siapa? Aku?” tanya Logan sembari menunjuk batang hidungnya sendiri, tapi dia memasang wajah pura-pura kaget dan berkata, “Tapi ini kantorku.”“Siapa peduli ini kantornya siapa. Intinya satu gedung ini punya keluargaku. Kalau sekar
“Kenapa? Kamu pikir aku nggak bisa? Aku tahu aku baru masuk, dan aku juga anak haram, makanya kalian semua memandang rendah kau. Padahal kalian bilang memperlakukan semua orang dengan adil dan dianggap sebagai keluarga sendiri. Padahal semuanya cuma omong kosong, cih! Ngomong doang, dasar munafik!”“Edward, kamu nggak boleh ngomong begitu! Aku nggak bilang kamu nggak bisa, tapi kenapa kamu bisa kepikiran untuk masuk ke divisi ini?”Melihat Cecilia tidak langsung menolak permintaannya, Edward jadi merasa jauh lebih senang dan langsung mengangkat kepalanya, “Jadi kamu mau serahin ke aku?”“Buka begitu. Kamu tetap harus kasih aku alasan yang kuat. Menunjuk seseorang untuk jadi penanggung jawab, apalagi ini proyek baru. Aku harus tahu dulu apa visi kamu tentang proyek ini.”Edward sedikit kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang dia mau. Karena tidak memiliki alasan yang kuat untuk itu, Edward pun merengek, “Proyek baru ini penuh tantangan bagiku! Proyek lama yang kita kerjain selama i
Setelah Edward sudah pergi cukup jauh, barulah Logan masuk kembali dan melirik Cecilia sambil cengengesan.“Sudah? Kayaknya dia ngambek, tuh.”“Kalau dia aku kasih senang, nanti kamu yang ngambek. Ah, ribetnya …!”Walaupun Cecilia tampak seperti sedang mengeluh, sebenarnya dia tidak merasa pusing sedikit pun. Justru sebaliknya, dia malah tersenyum puas.“Sudahlah, nggak usah bersandiwara terus. Anak itu masih terlalu lembek di depan kamu!” ledek Logan, “Oke, cukup bercandanya. Sebentar lagi aku mau perjalanan bisnis, kamu tolong pantau situasi di sini, ya.”“Mau ke Suba?” tanya Cecilia.“Oh, jelas! Aku nggak mau sampai kelewatan.”Cecilia menarik kembali senyumannya dan menatap aroma terapi yang sudah dibereskan itu dengan raut wajah cemas. “Kamu yakin aromaterapi ini bakal berhasil?”“Tenang sajalah!” ujar Logan dengan penuh percaya diri, “Pokoknya kamu nggak perlu muncul dulu. Dylan pasti bakal percaya sama aku karena aku juga punya dendam sama Yuna. Kalau dia sudah dapat apa yang di
“Siapa yang suruh? Minta dia datang kemari sekarang juga dan ngomong langsung di depan mukaku!”Seusai berkata demikian, Yuna langsung masuk ke mobilnya Brandon.“Non, Non Yuna ….”“Awas! Kalian harusnya tahu kalian nggak punya hak untuk nahan aku!”“.…”Entah karena takluk oleh marah Yuna, atau mungkin juga karena dia tidak berani melawan, akhirnya si penjaga pintu itu membuka jalan untuk Yuna. Begitu Brandon dan Yuna sudah masuk, Frans langsung menyalakan mobilnya dan fokus menyetir.“Kan sudah kubilang aku pasti bakal bawa kamu keluar jalan-jalan. Nggak ada gunanya marah-marah,” kata Brandon.“Mereka yang sudah keterlaluan!”“Nggak usah takut! Nanti kita balas mereka!”Saat melirik ke kaca spion belakang, Yuna melihat si penjaga yang tadi mencegatnya sudah berlari masuk ke dalam untuk melapor kepada majikannya. Yuna tahu betapa ambisiusnya Dylan, tapi dia tidak tahu menahu soal Gordon yang memihak kepada Dylan. Mungkinkah dia juga punya rencananya sendiri sehingga dia memutuskan unt
“Kamu sudah berpikir kejauhan. Memangnya keuntungan apa yang bisa kudapatkan dari mengkhianatimu? Lagian, bukannya kita sudah sepakat sebelumnya?” Dalam menghadapi pertanyaan Dylan, Gordon menjawab dengan tenang, “Aku tahu kamu sudah cemas. Tapi kamu sudah menunggu bertahun-tahun, memangnya kenapa kalau menunggu beberapa hari lagi? Paman sudah tua dan nggak punya anak. Bisnis ini pasti bakal jadi milikmu cepat atau lambat.”Gordon berdiri di hadapan Dylan dan menatapnya dengan ekspresi masam. Setelah beberapa saat, Dylan baru menjawab dengan dingin, “Baguslah kalau kamu tahu. Paman, kuperingati kamu sekali lagi. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Memang benar aku sudah diusir Ayah, tapi orang yang kubawa itu bukanlah orang biasa.”“Selama ini, Keluarga Tanoto selalu berkata kalau mereka nggak ingin menonjolkan diri. Kalau benar-benar perlu bertindak, aku juga nggak mau melukai keluargaku.”Setelah mendengar ucapan Dylan, Gordon langsung terkejut. Kemudian, dia berdesah dan berkata, “Apa
Logan tersenyum sopan dan sedikit membungkuk. Dia tahu bahwa Dylan sedang menunjukkan kekuasaannya.Setelah melirik Logan, Dylan mengembuskan asap rokok ke arah Logan. Logan tidak sempat menghindar dan terbatuk akibat asap rokok itu. Selanjutnya, dia mendengar suara yang ringan, “Kamu orangnya?”Setelah memiringkan kepalanya dan terbatuk sejenak, Logan menoleh kembali ke arah Dylan dan menjawab, “Benar! Sepertinya Pak Dylan nggak terlalu senang melihat kemunculanku? Kalau begitu, Pak Dylan juga mungkin nggak terlalu tertarik sama barang yang kupunya. Maaf sudah mengganggumu, aku pamit dulu.”Selesai berbicara, Logan pun langsung berbalik seolah-olah hendak pergi.“Tunggu!” teriak Dylan. Dia mengira Logan sedang menggertaknya, tetapi Logan langsung naik ke mobilnya tanpa menoleh. Logan bahkan menyalakan mobil dan sepertinya memang sudah hendak pergi. Dylan pun buru-buru melepaskan sabuk pengamannya dan membuang sisa rokoknya. Kemudian, dia turun dari mobil dan berjalan ke arah mobil Log
“Aku mengenalmu. Kamu pernah pacaran sama Yuna, tapi akhirnya dikerjai habis-habisan sama Yuna, ‘kan?” tanya Dylan setelah mengamati Logan sejenak. Sebelum datang, dia sudah mencari tahu tentang Logan. Jadi, dia mengetahui beberapa informasi Logan. Hanya saja, Dylan sama sekali tidak tahu bahwa Logan berhubungan dengan Keluarga Kusumo. Meskipun tahu Logan bekerja di Grup Kusumo, Dylan tidak tahu bagaimana Logan bisa membayar semua utangnya dan membalikkan situasinya. Namun, Dylan tidak memedulikan semua itu. Dia hanya peduli apakah Logan benar-benar bisa membantunya.“Biarpun tinggal di luar negeri, Pak Dylan tahu banyak juga, ya.” Logan hanya tersenyum tipis, tetapi tidak marah. “Benar, aku bisa memiliki kehidupan seperti sekarang memang berkat keponakanmu itu. Kalau dipikir-pikir, aku hampir memanggilmu om.”Dylan memicingkan matanya dan berkata, “Kalau bisa membantuku, kamu juga bukannya nggak punya kesempatan buat panggil aku om.” Maksud dari ucapan Dylan ini adalah asalkan Logan
Setelah mendengus dingin, Dylan pun berencana untuk langsung pergi. Dia merasa bahwa waktunya benar-benar sudah terbuang sia-sia.“Pak Dylan, apa kamu kira ini adalah barang palsu yang bisa ditiru sembarang orang?” Logan yang berdiri di belakang Dylan berkata, “Asal kamu tahu, Yuna sendiri juga nggak bakal bisa membedakan dupa ini dengan dupa-dupa yang dibuatnya.”Dylan menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Logan. Tatapannya dipenuhi dengan rasa curiga. Logan tahu Dylan tidak akan percaya segampang itu. Dia pun berjalan maju dan berdiri di depan Dylan, lalu menyerahkan kotak di tangannya sambil berkata, “Aku sudah bersama Yuna selama lima tahun. Jadi, aku paling familier sama teknik dan kebiasaannya.”“Aku secara khusus mencari orang untuk membuat produk tiruan ini sesuai dengan kebiasaan, teknik, dan resep Yuna. Aku berani jamin biarpun diperiksa dengan alat tercanggih sekalipun, mereka nggak bakal temukan perbedaannya.”Meskipun masih belum sepenuhnya yakin, Dylan sudah mulai