Sesuai perkiraan, Brandon menggelengkan kepalanya menepis pernyataan yang baru saja Yuna ucapkan.“Dia sudah bersusah payah memancing kamu ke sini. Aku rasa nggak mungkin dia cuma minta tanding ulang sama kamu.”Dugaan Brandon masuk akal kalau memang ternyata pelakunya adalah Louis. Dengan wewenang yang dia miliki sebagai pengurus asosiasi, mendapatkan cap resmi itu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Hanya saja, undangan itu masih belum melalui persetujuan dari asosiasi, melainkan hanya perbuatan Louis sendiri. Tak heran saat itu Brandon tidak menyadari ada yang janggal.“Kalau begitu, coba kita lihat saja sebenarnya apa yang dia mau,” kata Yuna santai tanpa ada rasa khawatir sedikit pun.“Kamu nggak takut?”“Kenapa harus takut? Kayak yang tadi kamu bilang, dia sudah repot-repot mancing aku sampai ke sini, jadi nggak mungkin dia cuma mau tanding ulang doang, dan nggak mungkin juga dia berniat membunuhku. Kalau memang begitu, apa lagi yang perlu aku takutkan. Kita lihat saja apa y
Yuna tahu kalau dibiarkan begini terus, yang ada dia akan semakinmerindukan pelukan Brandon. Maka itu, dia langsung berpaling dan menguatkan dirinya untuk berpisah dengan sang kekasih.Ketika tangannya baru saja memegang gagang pintu mobil, Brandon langsung menariknya kembali dan berkata, “Kamu pulangnya gimana? Manjat tembok lagi?”Walaupun harus memanjat tembok tidak jadi masalah dengan keahlian yang Yuna kuasai, Brandon masih tidak tenang jika dia harus melakukannya. Bagaimanapun juga tembok itu memiliki tinggi 5 meter!“Nggak. Ada yang bukain pintunya,” kata Yuna.Brandon, “?”Yuna membungkukkan badan dan mencium ujung bibir Brandon, kemudian membuka pintu mobilnya dan langsung turun secepat kilat.Brandon, “….”Gerakan Yuna begitu cepat hingga Brandon tidak sempat bereaksi. Sekarang dia hanya bisa melihat istrinya berjalan menuju pintu masuk. Di depan pintu yang besar itu ada sebuah lampu gantung yang menerangi, tapi dari situ Brandon juga bisa melihat pintunya terkunci. Yuna berj
“Ting!”Suara yang cukup nyaring berbunyi dan disusul dengan terbukanya pintu depan rumah tersebut. Orang itu kini sudah paham bahwa wanita yang kelihatannya lemah lembut ini ternyata bukanlah orang yang bisa mereka perlakukan semena-mena. Dengan nada yang santun pun dia berkata, “Silakan masuk, Bu Yuna.”Ketika Yuna menginjakan kakinya masuk ke dalam, kedua tangan yang dia taruh di belakang membentuk isyarat “Oke” dengan jarinya. Dia tahu Brandon pasti sedang menoleh ke arahnya dan melihat isyarat tersebut.Brandon menggelengkan kepalanya ketika melihat pintu itu akhirnya tertutup kembali. Tanpa sadar sudut bibir Brandon sedikit terangkat memperlihatkan senyum tipis di wajahnya. Dia cukup tenang mengetahui Yuna sanggup melindungi dirinya sendiri, walau andaikan Yuna tidak bisa, masih ada dia yang tentu akan melindunginya. ***Tebakan Yuna tepat sasaran rupanya. Sesuai perkiraan, keesokan harinya Louis langsung datang menemui Yuna pagi-pagi. Yuna bisa mendengar pintu depan terbuka ke
“Kalau misalkan aku nggak tertarik sama tawaran itu, gimana tanggapan kamu?”“Kamu yakin?”Louis mungkin bisa mengerti keputusan Yuna apabila Yuna memang ingin mengembangkan karirnya di luar negeri, tapi faktanya, Yuna sudah menolak tawaran Will dan berkata ingin berkarya di dalam negeri. Berhubung Yuna sudah bertekad ingin berkarya di dalam negeri, tidak bisa dipungkiri bahwa Asosiasi Peracik Aroma adalah instansi yang paling berwenang dalam industri parfum dan wewangian di sini. Tawaran yang Louis berikan ini menjadi tawaran yang tidak mungkin ditolak oleh siapa pun, tapi Yuna masih saja tidak tertarik? Apa mungkin Yuna sengaja jual mahal?!“Jadi, kamu sudah bersusah payah memancing aku datang ke sini cuma untuk itu? Sayang banget kamu sampai harus keluar banyak uang, padahal tinggal telepon saja cukup,” pungkas Yuna.Toh sudah sampai sejauh ini, sekalian saja Louis mengatakan semuanya. Lagi pula, dia juga sudah cukup lelah berbicara memutar ke sana kemari.“Memancing?” ujar Louis te
“Tembok ini ….”Louis sempat berpikir untuk menambahkan jaring-jaring yang bisa mengalirkan listrik, tapi dia rasa sepertinya itu agak berlebihan. Belum lagi tidak semudah itu untuk memasang jaring listrik.“Ah, sudahlah! Panggil orang untuk tebang pohon ini. Semakin cepat semakin baik!”“Eh, Pak Louis yakin mau tebang pohonnya?!”Pohon itu sudah ada di halaman tersebut selama beberapa tahun silam. Bisa tumbuh sampai setinggi itu tentu saja bukanlah hal yang mudah, mana mungkin mereka tega menebangnya begitu saja?“Tebang! Bikin mataku sakit saja!” ujar Louis kesal.Louis tahu betul orang-orang di keluarga Tanoto memang menguasai ilmu bela diri, tapi sehebat apa pun mereka, pasti ada batasnya. Mustahil mereka bisa terbang seperti burung. Satu-satunya kemungkinan yang bisa dia pikirkan hanyalah melarikan diri dengan memanjat pohon ini, jadi dia memutuskan untuk menebangnya saja.Sebenarnya, arah tindakan yang Louis ambil sudah benar, tapi satu hal yang dia tidak tahu adalah bahwa Brando
Selama beberapa hari ini, Rachel sedang tidak ada mood untuk memedulikan apa yang terjadi pada Yuna karena sedang ada masalah keluarga yang lebih merepotkan. Tak peduli betapa enggan atau bagaimanapun caranya Cecilia mengelak, Daniel masih tetap membawa anak itu masuk ke dalam keluarga besar mereka, bahkan sampai menamakannya dengan marga Kusumo.Seketika bertemu dengan anak itu, Cecilia langsung menemui Beny. Dia tahu masalah keluarga ini sudah tidak bisa diatasi lagi oleh ibunya. Jika memang ada orang yang bisa menghentikan ide gila ayahnya itu, orang itu sudah pasti adalah omnya sendiri.“Dengar-dengar Om Beny lagi kurang sehat. Ini aku bawain makanan suplemen dan vitamin dari luar negeri. Semoga saja bisa membantu,” tutur Cecilia dengan raut wajah ramah dan senyum yang lebar.Beny mengangguk dan berkata dengan suaranya yang serak disertai batuk, “Makasih, ya, sudah repot-repot bawain. Papa mama kamu nggak datang?”“Mama lagi sibuk urusin yang lain. Mama juga khawatir sama Om, jadi
“Benar apa yang kamu bilang. Om juga merasa begitu, makanya Om nggak menentang keputusan yang papa kamu ambil,” jawab Beny mengangguk.Cecilia, “….”Andaikan Cecilia tidak meyakinkan diri bahwa orang yang sedang berbicara dengannya ini adalah paman yang sudah menemaninya tumbuh besar dari kecil, mungkin Cecilia sudah meragukan apakah Beny ini adalah Om Beny yang selama ini dia kenal.“Tapi, Om, kita berdua nggak sama. Apa pun yang papaku lakukan, aku bakal selamanya mendukung karena aku anak perempuannya. Beda sama Om yang punya tanggung jawab sebagai kepala keluarga Kusumo. Aku kira Om bakal lebih menjaga kehormatan keluarga kita dan menentang keputusan papaku. Om pasti sudah dengar juga rumor-rumor nggak mengenakkan yang sudah tersebar di luar sana. Adikku ini masih muda, tapi papaku mau dia kerja di perusahaan keluarga. Nantinya para pemegang saham dan para karyawan pasti bakal ngomongin dan jadi omongan lagi. Aku cuma khawatir sama martabat keluarga kita,” ujar Cecilia seraya mengh
Hari sudah siang ketika Yuna terbangun dari tidurnya. Semangatnya kembali pulih seperti sedia kala setelah puas beristirahat. Dia pun bersiap-siap pergi setelah berberes. Kemarin malam, Yuna meminta gadis itu menuliskan alamatnya, tapi gadis itu hanya memberikan nomor telepon. Guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, Yuna memutuskan untuk segera mendatanginya sedini mungkin.Yuna melakukan panggilan sembari dia berjalan, dan tak lama kemudian, panggilan pun tersambung.“Halo, nanti kita ketemuan di mana? Oh ya, kamu bawa barangnya sekarang atau gimana? Aku mau lihat-lihat sebentar ke ladang kamu.”Sembari berbicara, Yuna sudah sampai di depan pintu rumahnya dan hendak keluar.Namun sayangnya, gadis itu malah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan janjinya, “Maaf, tapi aku nggak jadi jual. Aku bohong, sebenarnya aku nggak punya ladang segede itu.”“Nggak punya?”Apa yang makin ditakuti, justru itulah yang akan terjadi. Yuna sempat khawatir barangnya tidak ada
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta