“Kalau bukan untuk Kak Sharon, tadi aku nggak bakal ngomong begitu juga. Parfumnya itu enak banget. Aku saja sampai tergoda dan jadi mau beli!”“Ya sudah, beli saja sana! Kamu nggak suka, ‘kan, pakai parfum bermerek? Kamu lebih suka parfum yang nggak punya nama? Apa kalian nggak takut nanti malah merusak kulit?!” kata Sharon.“Kak Sharon, parfum itu kan sudah ada mereknya. Yuna kan kerjanya di New Life, anak perusahaannya Uniasia.”Kemarah Sharon terus memuncak sampai matanya pun memerah melihat popularitas Yuna tak kunjung menurun. Padahal Sharon sudah menemukan seorang peracik parfum lokal untuk minta dibuatkan parfum khusus untuknya. Mereka sudah saling kontak dan tinggal bertemu saja untuk menentukan konsep, tapi tinggal selangkah saja tiba-tiba Yuna sudah menyerobot. Sharon sampai curiga apa jangan-jangan Yuna memang sengaja.“Sharon, lagi lihat apa kamu?” tanya Calvin yang baru saja masuk ke dalam karena melihat pintu tidak tertutup.Sharon pun buru-buru menutup laman web yang di
Yuna tidak mengira maksud hati hanya ingin memberi kepada teman malah membawakan ketenaran yang begitu luar biasa. Ketenaran ini bahkan jauh lebih besar dari apa yang pernah dia alami selama ini. Gosip yang awalnya hanya membahas seputar parfum lama kelamaan malah menjadi membahas soal Yuna sendiri.Jujur saja, Yuna juga tidak tahu harus bagaimana dia menanggapi situasi seperti ini. Jumlah follower di akun Instagram-nya langsung meningkat sebanyak empat juta hanya dalam semalam. Hal ini tentu membuat Yuna merasa tidak nyaman. Meski namanya terkenal di mana-mana, sebagai seorang peracik parfum, dia masih belum layak untuk menerima perlakuan seperti ini. Tujuan akhir Yuna dalam karirnya adalah untuk menjadi seorang peracik parfum yang paling dikagumi dan terkenal baik di dalam atau di luar negeri, bukan selebriti dadakan.“Kamu, kok, kelihatannya nggak senang jadi terkenal?” tanya Brandon sembari memberikan segelas wine dan duduk di sampingnya.“Sebenarnya, aku berharap mereka lebih pedu
Sharon sangat terkejut ketika dia menemui peracik parfum yang sudah dia hubungi kemarin. Pertama, Sharon tidak menduga kalau ternayta peracik parfumnya juga adalah seorang perempuan. Kedua, dia pikir peracik parfum ini sudah berusia 50 tahun lebih, tapi tampangnya masih terlihat seperti umur 30-an. Jika memang benar dia sudah berumur 50-an, harus diakui perawatan tubuhnya sangat baik.“Bu Wendy,” sapa Sharon sambil menunjukkan rasa hormatnya.“Aku lebih suka dipanggil Ci Wendy.”“Oh … salam kenal, Ci Wendy. Ci Wendy mau pesan apa?”“Terserah,” balas Wendy singkat. Kedua matanya fokus menatap Sharon seperti sedang mengamati sesuatu. Akan tetapi, itu justru membuat Sharon merasa sedikit tidak nyaman dan spontan menarik ujung bajunya.“Kamu jangan tegang. Aku masih belum tahu kayak apa karakter kamu, gimana nanti aku mau bikin parfum yang cocok buat kamu?”Mendengar Wendy bicara seperti itu, Sharon pun langsung menjawabnya dengan semangat, “Jadi … Ci Wendy rasa aku lebih cocok pakai parf
“Tapi ….”“Parfum itu punya daya tarik sendiri. Setiap botolnya punya aroma yang berbeda, yang mana mewakili makna mereka masing-masing. Parfum custom eksklusif itu lebih personal lagi dan punya jiwanya tersendiri, supaya ketika orang lain cium parfum itu, mereka akan ingat sama kamu. Singkatnya, aroma itu cuma jadi punya kamu seorang. Ini baru arti dari sebuah parfum. Mana bisa kamu sembarang milih parfum yang nggak cocok buat kamu?”Ketika berbicara soal parfum, Wendy seakan berubah menjadi orang yang berbeda. Image Wendy yang semula tidak banyak bicara jadi begitu bawel dan bicara dengan fasih tanpa henti dan membuat Sharon terhasut.“Yang Ci Wendy bilang benar juga. Aku memang mau parfum khusus yang cuma buatku saja,” kata Sharon. Biar orang lain teringat sama aku ….”“... bukan, tapi tergila-gila.” Itulah yang Sharon inginkan, tapi … dia tidak mengutarakannya.“Ada cowok yang kamu suka, ya?”Sharon, “….”Sharon tidak menyangka Wendy bisa menebak isi hatinya. Sontak, wajah Sharon p
Inisiatif Brandon memang tidak ada duanya. Baru saja hari itu dia bicara soal membuatkan satu workshop pribadi khusus untuk Yuna. Hanya dalam satu minggu saja, bukan hanya tempatnya yang sudah jadi, tapi karyawan, peralatan, dan lain-lain sudah disiapkan semua. Tinggal tunggu Yuna memikirkan sebuah nama sebagai brand pribadinya, mereka sudah bisa membuat logo dan papan nama. Tentu saja brand masih berada di bawa naungan New Life. Reputasi New Life belakangan ini juga terus meningkat dan diberi julukan sebagai anak perusahaan Uniasia yang paling sukses.Kesibukan yang tiada habisnya ini membuat Yuna lelah, tapi juga bahagia di saat yang bersamaan. Workshop baru ini lokasinya memang sedikit lebih jauh, tapi di sekitar sana terdapat sebuah ladang bunga yang sangat luas. Keuntungannya adalah pertama, memudahkan Yuna untuk mengambil bahan dasar. Kedua, dapat memberikan inspirasi untuknya.Yuna merasakan langsung betapa telatennya Brandon dalam mengerjakan pekerjaannya. Melihat ruang kerja p
Yuna tertawa lepas sambil memegang bunga besar di tanganya, tapi Brandon tidak merasa senang meski sudah mencapai tujuannya. Itu karena Yuna tertawa bukan karena bunga pemberiannya, melainkan hal lain yang Brandon sedikit tidak tahu apa itu.“Bunganya jelek?” tanya Brandon dengan wajah masam.“Bagus, kok.”“Aku yang jelek?”“Nggak, kamu ganteng.”“Terus, kenapa kamu ketawa?”Yuna malah tertawa semakin keras mendengar pertanyaan Brando.“Jangan ketawa lagi!”Brandon langsung membekap mulut Yuna dengan ciuman. Memang hanya cara ini yang paling ampuh dan cepat untuk menghentikan tawanya. Brandon menyesal telah menuruti saran dari Frans. Dua orang pria yang tidak punya pengalaman soal cinta pada akhirnya tentu akan meminta solusi dari internet. Brandon pikir seharusnya semua akan berjalan lancar dan menjadi momen yang sangat romantis, tapi sepertinya rencananya gagal.“Makasih, ya, bunganya. Aku suka banget,” kata Yuna.Akhirnya Brandon merasa puas setelah mendengar ucapan itu. Memang kata
Sudahlah! Siapa peduli!Brandon tidak mau terlalu banyak berpikir dan langsung saja menyalakan korek api. Untungnya kembang api masih bisa menyala meski hanya untuk sesaat saja. Yuna pun menyimpan kembali senyumannya melihat Brandon begitu serius setelah melakukan kecerobohan di awal. Lantas, Yuna mengambil satu kembang api dari tangan Brandon dan bertanya, “Terus, apa lagi?”Tiba-tiba lampu yang berbentuk lingkaran di sekitar mereka menyala secara berurutan, mengelilingi mereka berdua di tengah-tengah. Brandon sudah mempersiapkan semua ini dari awal, tapi Yuna tidak tahu kapan lampu ini dipasang, dan berapa lama waktu yang Brandon butuhkan untuk merancang semua ini. Pepohon di sekeliling mereka juga digantungi lampu sehingga tempat mereka berdiri sekarang terlihat bagaikan panggung besar.“Mana lagunya?” ujar Yuna meledek kepada si penyusun acara.Seketika itu Yuna syok dengan mata terbelalak ketika melihat pria angkuh yang dia kenal itu sudah berlutut di hadapannya sambil memegang se
“Tapi apa?”“Siapa yang desain bentuk lampunya?” tanya Yuna sambil menunjuk ke bawah.“Memangnya ada masalah?”“Nggak, aku cuma penasaran saja siapa yang bisa kepikiran buat desain bentuk lampunya kayak begitu.”“Frans.”“Oh ….”Tak heran … desain lampunya sangat sederhana khas pria. Tidak ada estetikanya sama sekali ….“Sama aku juga,” tambah Brandon.Tentu semua ini adalah idenya Brandon, karena dia sendirilah yang ingin mengadakan lamaran ini. Tidak ada artinya kalau semua dia serahkan kepada orang lain. Makanya, Brandon juga menyelipkan ide-idenya sendiri agar terkesan spesial.“.…”Yuna tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak tahu harus memuji Brandon karena usahanya atau sebaliknya.“Coba lihat inisial nama kita. B itu aku, yang Y itu kamu. Yang di tengah itu ….”Tiba-tiba Brandon tercengang melihat sesuatu yang berada di tengah inisial nama mereka yang bentuknya aneh itu.“Itu … O?”“Kamu akhirnya sadar juga, ya?” ujar Yuna.“Itu seharusnya hati.”Meski sebenarnya dari sudut pan