“Cecilia, kamu tahu kalau kamu punya adik laki-laki ....”“Aku nggak punya adik!” Cecilia menyela, lalu berkata dengan tegas, “Ma, Mama dan papa hanya punya satu anak. Mama lupa? Aku nggak punya adik!”Tania menghela napas, raut wajahnya terlihat lelah, “Iya, kamu nggak mengakuinya, aku juga nggak mau mengakuinya. Tapi papa kamu bersikeras ingin membawa anak itu kembali. Bagaimana, dong?”“Sudah bertahun-tahun lamanya. Papa mau bawa dia kembali ke keluarga ini juga bukan masalah sehari dua hari lagi. Kalau memang semudah itu, papa nggak akan terus minta pendapat Mama. Ma, Mama masih sangat penting di keluarga ini.” Cecilia menoleh dan berkata dengan serius.Tentu saja Tania tahu kalau dirinya masih penting di keluarga ini. Kalau bukan karena hal itu, Daniel pasti sudah lama menceraikannya dan menikahi perempuan j*lang itu.Selama ini Tania berusaha menutup sebelah mata karena tidak ingin terlalu kejam. Ada berapa pria yang tidak memiliki simpanan di luar sana? Selama suaminya tidak ket
Kata-kata Cecilia seketika membuat pikiran Tania menjadi menjadi lebih terbuka. Dia pun bisa berpikir dengan lebih jernih.Benar juga, mengapa juga Tania harus menghentikan suaminya? Daniel ingin membawa anak dan perempuan itu kembali, biarkan saja mereka datang. Akan tetapi, mereka bisa masuk ke rumah ini dengan lancar atau tidak masih belum pasti. Terlebih lagi, sekalipun mereka telah masuk ke rumah ini, apakah mereka pasti bisa hidup dengan tenang?“Mama coba pikir, kalau mereka benar-benar datang ke sini, mereka harus hidup di bawah pengawasan Mama. Mereka pasti nggak akan bisa hidup dengan tenang. Apalagi di dunia yang penuh dengan rintangan ini, siapa juga yang bisa mencapai keinginannya dengan mulus? Semua orang pasti akan berjaga-jaga, kan.” Cecilia mengungkapkan semua yang ada di pikirannya.Tania yang awalnya masih bimbang dan kebingungan, kini seperti mendapat pencerahan. Pikirannya seketika menjadi jernih. Pada dasarnya Tania adalah orang yang cerdas. Dia hanya perlu pencer
Meski sudah siap secara mental, Yuna tetap terkejut ketika melihat kondisi Stella secara langsung.Ada beberapa bekas luka di wajah Stella. Meski sudah dikasih obat, luka-luka itu masih terlihat sedikit bengkak dan kemerahan.“Bukannya kamu bilang kamu hajar dia?” Bagaimanapun, Stella terlihat seperti orang yang kena hajar.Stella tetap berbangga diri, “Iya, dong! Kamu nggak lihat aku pukul dia habis-habisan. Aduh, dia menangis sampai mukanya jelek banget.”Stella merasa penuh kemenangan. Begitu dia mendapati tatapan curiga dari Yuna, dia spontan mengangkat tangan dan menyentuh pipinya sendiri. Dia langsung mendesis ketika jarinya menyentuh lukanya, lalu berkata, “Luka kecil saja ini, nggak sengaja tercakar kukunya. Kamu tahu, kan. Yang namanya kelahi pasti ada balas membalas, sulit dihindari untuk nggak terluka. Tapi dia jauh lebih parah dari aku. Jadi, aku yang hajar dia.”Stella tidak boleh kehilangan wajah. Sekalipun terluka, itu juga sesuatu yang bisa dia banggakan.Sementara itu,
Begitu Stella mengungkit hal tersebut, Yuna otomatis teringat dengan kata-kata Brandon kalau dia tidak pernah punya pacar sebelumnya. Yuna spontan tersenyum dan berkata, “Nggak akan.”“Apanya yang nggak akan?! Kamu nggak lihat keganasan perempuan itu.” Sambil berkata, Stella maju selangkah dan meletakkan satu tangan di depan dadanya. Kemudian, dia meremas tangannya seolah-olah sedang memegang tas. Setelah itu, sorot matanya menjadi tajam, dia pun bersikap dengan sangat arogan.“Dengar baik-baik. Cepat tinggalkan dia. Keluarga Setiawan nggak akan terima sembarang perempuan sebagai menantu. Kamu kira kamu benar-benar akan jadi nyonya besar? Sebutkan saja, berapa banyak uang yang kamu inginkan agar kamu kamu tinggalkan dia? Sepuluh miliar cukup, nggak?”Stella sengaja melebih-lebihkan kata-kata yang Sharon layangkan padanya. Selain itu, suara dan sikap mendominasi yang dibuat-buat itu membuat Yuna tertawa sampai keluar air mata, “Hentikan, Stella. Kamu mau buat aku mati karena tertawa?”“
Stella, “....”Yuna, “....”Masalah menjadi sebuah kesalahpahaman besar.“Bu Edith dengar dari mana desas-desus nggak berdasar ini? Aku sama sekali nggak ada hubungan dengan Pak Brandon.” Stella mengangkat tangan dan menyatakan kalau dia tidak memiliki hubungan dengan Brandon.Istri Brandon yang sebenarnya ada di sini, Stella tidak akan berani merebut posisi itu. Akan tetapi, Edith mengira Stella tidak mau mengakuinya. Karena itu, dia menepuk pundak Stella dan berkata, “Sudah, di sini nggak ada orang luar. Kamu nggak usah berpura-pura lagi. Sudah ada fotonya, kok. Jangan-jangan, kamu mau tunggu sampai hari pernikahan nanti baru kasih tahu kami?”“Foto? Foto apa?” Sampai Edith menyebut soal foto, Yuna baru tersadar.“Sudah ada di koran dan majalah. Bahkan di internet juga ada. Memangnya kamu nggak lihat berita?” Edith lebih terkejut daripada mereka. Bisa-bisanya mereka tidak tahu tentang berita yang sangat mengejutkan itu?!Yuna dan Stella menggelengkan kepala dengan serempak, lalu mere
“Ka ... kamu?!!!”Meski jawabannya sudah jelas, Edith masih merasa sulit untuk percaya, “Kamu?!!!”“Kenapa? Aku nggak bisa?” Yuna merasa lucu ketika melihat reaksi Edith. Seandainya dia tahu reaksi Edith akan selucu ini, Yuna mungkin akan mempertimbangkan untuk memberi tahu dia lebih awal.“Bukannya nggak boleh. Bukan ... ini ....” Perubahan alur ini terlalu tiba-tiba sehingga Edith merasa tidak sanggup menerimanya, “Ternyata kamu?! Tapi kenapa rumor di luar ....”“Hari itu Kak Yuna dan Pak Brandon pergi jenguk aku di rumah sakit. Tapi perhatian aku saat itu semuanya tertuju pada mamaku. Ada masalah dengan sudut pengambilan foto, kelihatannya salah posisi sehingga muncul kesalahpahaman seperti ini,” terang Stella.Begitu mengungkit soal ibunya, Stella tiba-tiba merasa sedih lagi.“Oh begitu. Kalau dilihat seperti ini memang benar, sih.” Setelah melihat foto itu dengan lebih teliti lagi, Edith baru merasa memang ada masalah dengan sudut pengambilan foto. “Wartawan ini ada-ada saja. Mau
“Nggak, lebih tepatnya memang hanya sedikit orang yang tahu soal hubungan kami.” Yuna segera meminta maaf dengan tulus, “Aku benar-benar minta maaf karena merahasiakan ini dari kamu.”Setelah menatap Yuna sebentar, Edith pun melambaikan tangannya dan berkata, “Sudah, aku maafkan kamu, deh.”Edith juga bukan orang yang berpikiran sempit. Apalagi ini urusan pribadi orang lain. Mau beri tahu atau tidak, sebenarnya itu urusan Yuna sendiri.“Ngomong-ngomong, semua data yang kamu inginkan sudah ada di sini. Kamu lihat saja ada nggak yang bisa dipakai. Pihak perusahaan sebenarnya sudah sangat mendesak. Bagaimanapun, setelah penelitian berhasil, maka akan segera masuk ke tahap produksi.” Edith mulai membicarakan tentang pekerjaan dengan serius.Yuna mengangguk dan berkata, “Aku tahu. Sebenarnya sudah hampir selesai, hanya tersisa langkah terakhir. Kalau berhasil, maka produk bisa diproduksi secara resmi. Stella, bantu aku sebentar.”Ada saatnya mereka bercanda. Namun, kalau sudah mulai bekerja
Jadi, foto itu bahkan sudah mendapat persetujuan dari Brandon sebelum diposting? Kalau begitu, apakah Brandon tidak melihat kalau sudut pengambilan foto sama sekali tidak tepat dan akan menimbulkan kesalahpahaman?“Kamu sudah lihat fotonya, belum?” tanya Yuna lagi.Brandon spontan menggelengkan kepalanya. Dia orang yang sangat sibuk. Pada hari itu, asistennya datang dan bertanya padanya. Setelah mengangguk setuju, Brandon pun tidak menanyakan hal itu lagi.Brandon hanya tahu kalau berita gosip sudah diterbitkan di koran dan majalah. Dia ingin membacanya. Namun, setiap kali dia hendak membacanya pasti terhalang dengan urusan lain. Setelah itu, Brandon pun melupakan hal tersebut. Dia baru teringat sekarang, itu pun karena Yuna mengungkit masalah ini.“Kenapa? Kamu sudah lihat? Bagaimana hasil fotonya? Kita terlihat sangat serasi, kan?” tanya Brandon dengan penuh semangat.Yuna tidak tahu harus marah atau tertawa. Ingin dia menjawab serasi, pasangan yang benar-benar sangat serasi. Yang na