Yuna menatap orang itu dan menjawab dengan serius, “Siapa pembuat produk itu nggak berarti besar untuk jawaban kali ini. Apa yang ingin diuji dari soal ini adalah, analisis komposisi dan kualitas produk, bukannya menanyakan siapa pembuatnya.”“Jadi, kalau labelnya dilepas dan fokus pada dua karya itu sendiri, apa jawaban kalian akan sama seperti sekarang?” tanya Yuna, tidak mengharapkan jawaban.Pertanyaan ini benar-benar membuat banyak orang terdiam.Padahal, kalau dipikir baik-baik, kalau tidak ada dua label itu, bisa jadi jawabannya memang akan beda. Saat menjawab pertanyaan, mereka memang mengira salah satu pertanyaannya adalah apa kedua karya itu karyanya Pak Will.Mereka membuang banyak waktu dan pikiran untuk memikirkan hal itu, tapi tak disangka, hal itu sudah menyimpang dari inti lomba ini.Sekarang, kata-kata Yuna sudah membuat banyak orang menerima kekalahan mereka.Namun, masih ada yang tidak terima. “Maaf kalau aku lancang menanyakan ini, apa yang Bu Yuna katakana memang b
“Terima kasih,” jawab Yuna dengan sopan.“Tapi, aku masih ragu dengan apa yang kamu katakan tadi.” Topik pembicaraannya langsung berubah.Pria itu melanjutkan, “Kamu bilang kamu nggak terpengaruh dengan label. Kamu memang berpikir demikian, atau hanya mengatakannya saja untuk berdebat dengan orang itu?”Tanpa menunggu Yuna menjawab, pria itu melanjutkan lagi, “Tentu saja, bagaimanapun juga, jawabanmu memang sedikit lebih akurat dari yang lainnya. Mau dilihat dari sudut mana pun, kamu memang nggak perlu diragukan lagi untuk menjadi peringkat pertama. Itu sudah pasti.”Karena itulah, dia memanggil Yuna datang ke sini sendirian dan tidak mengatakan semua ini tadi.Yuna tidak marah mendengar perkataan pria itu, malahan berkata dengan tenang, “Sebenarnya, pemikiranku sama dengan Bapak dalam hal ini. Aku nggak begitu setuju dengan soal yang Bapak keluarkan. Pertanyaan itu sendiri sebenarnya adalah sebuah paradoks.” “Oh?” Will menaikkan alis, terdengar sedikit tidak setuju.Kelihatan sekali,
Yuna tersenyum, “Sebenarnya nggak perlu ditebak lagi. Sudah terlihat jelas dari gaya personal yang digunakan untuk membuat dua karya ini. Keduanya terkesan sangat terbuka dengan dunia luar dan mengandung aroma bluegrass yang kuat.”Dia jeda sejenak, lalu menatap Pak Will dalam-dalam, “Sangat mirip dengan parfum yang sedang Bapak gunakan.”“Jadi jawabanmu adalah ....” kata Will, tetap tanpa ekspresi. Tidak mengatakan benar ataupun salah.“Keduanya adalah karya Bapak,” kata Yuna dengan yakin.“Apa kamu yakin?” Dia mengangkat alisnya dan tertawa, “Kau harus tahu, ada banyak orang yang memberi jawaban yang sama seperti kamu. Selain itu, aku ingat jawabanmu di kertas itu adalah, kedua parfum itu memiliki perbedaan yang sangat besar.”“Benar. Aku yakin!” Yuna mengangguk dan berkata, “Selain itu, kedua parfum itu memang memiliki perbedaan yang sangat besar. Tapi, ada satu hal yang juga kutuliskan dalam lembar jawaban, yaitu aroma dasarnya sama. Hanya saja, mereka bisa memiliki perbedaan besar
Yuna tampak serius. Dia tidak setuju dengan perkataan itu, “Nggak. Kupikir apa yang Bapak katakan salah. Kami bukannya nggak punya peracik parfum yang hebat di Indonesia. Hanya saja, banyak talent yang hebat memilih untuk bergabung dengan tim peracik dan peneliti parfum asing ketika dihadapkan dengan pilihan. Karena itulah, aku jadi semakin lebih memilih untuk menetap di Indonesia. Aku harap, orang-orang bisa menyadari bahwa Indonesia juga ada peracik parfum yang hebat serta karya hebat yang laris manis di seluruh dunia.”Pak Will menghela napas, “Baiklah! Aku menghormati keputusanmu. Tapi, kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa menghubungi aku kapan saja!”“Terima kasih!”“Haha, aku kurang lebih bisa mengerti sekarang mengapa Lisa sangat suka berteman denganmu.”Yuna tertawa, “Mungkin aku lebih suka mengatakan yang sebenarnya.” “Ha ha ha......”Pak Will sangat senang, mengantar Yuna sampai ke luar venue dengan senyuman lebar di wajahnya.Ketika melihat mobil yang datang menjemputnya,
“Kamu lama sekali di dalam,” kata Brandon.Semua konsestan sudah pergi, tapi dia masih di dalam.Yuna mengangguk, “Pak Will menyuruhku tinggal untuk mengobrol sebentar, tapi jadinya agak lama.”“Apa yang dia katakan?”Setelah merenung sejenak, Yuna teringat akan kata-kata Pak Will dan merasa sedikit emosional, “Dia mengajakku untuk bergabung dengan timnya.”Brandon mengangguk berkali-kali, “Itu benar-benar pengakuan yang sangat besar. Apa kamu setuju?”“Nggak, aku menolaknya.” Sambil menggelengkan kepalanya, Yuna melihat ke luar jendela mobil. Lampu di jalanan berkedip-kedip. Paris benar-benar indah di malam hari. Ibu kotanya yang terkenal sebagai kota romantis di dunia ini memang tempat lahirnya parfum. Ada banyak merek besar, serta varian klasik yang berasal di sini. Dan hari ini, ketika dihadapkan dengan kesempatan seperti itu, dia menolaknya.“Ditolak? Kenapa?” Brandon jeda sebentar, lalu berkata dengan setengah bercanda, “Takut kangen denganku?”Yuna melirik pria itu dengan kesal.
“Kita nggak pulang?” Yuna sangat penasaran, ke mana Brandon akan membawanya, sampai semua orang diusir dan hanya tinggal mereka berdua.“Sebelumnya aku pernah bilang mau menghadiahimu dengan liburan, tapi jadinya ditunda karena lomba kali ini. Jadi, aku akan menebusnya sekarang!” kata Brandon dengan bersemangat.Entah dari mana Brandon mendapatkan mobil sport convertible. Dia menyetir dan membawa Yuna ke jalanan yang lebih lebar, seperti yang ada di film-film romantis.“Tapi, kita sudah membuat janji dengan Stella dan Edith!” ujar Yuna. Kalau dipikir-pikir, rasanya sayang juga.Mereka sudah merencanakannya dengan detail sebelumnya, tapi karena tiba-tiba ada tugas, semua jadi sia-sia.“Bukannya aku lebih baik dari mereka?” tanya Brandon, menoleh ke arah Yuna sambil menyetir. Ekspresinya tampak tidak senang.Pria ini benar-benar pencemburu. Dari hewan sampai wanita saja bisa dicemburuin, tidak mandang hewan atau manusia, maupun pria atau wanita. Dasar!“Iya, kamu yang paling baik! Bawa m
Seiring perjalanan, Yuna lambat laun terpesona oleh pemandangan di kedua sisi jalan, yang penuh dengan hamparan bunga berwarna ungu, yaitu ladang bunga lavender. Musim bunga ini sebenarnya sudah berakhir, dan sebagian bunganya sudah dipetik sampai hampir habis. Ada sebagian yang belum dipetik, juga sedang dalam proses pemetikan.Aroma bunga yang elegan memenuhi udara, sangat menyegarkan.“Provence.” Dia mengangkat kepalanya, membiarkan angin yang bercampur dengan aroma bunga mengelilingi dirinya, merasakan keindahan yang diberikan oleh alam. “Sebenarnya musim sekarang ini nggak cocok untuk melihat bunga. Selain bunga, ada hal lain yang menurutku yang pasti kamu suka,” kata Brandon sambil menyetir.Yuna menatap pria itu dan tersenyum, “Yang paling terkenal di sini adalah bunga lavender. Setiap tahunnya, mulai dari bulan Juni, para petani bunga mulai sibuk memetiknya, lalu menyaring ekstraknya untuk membuat berbagai produk aromaterapi, seperti minyak esensial, sabun, dan parfum. Tunggu,
Namun, dengan jarak sedekat itu, ditambah dengan wewangian yang ada dari “hati” itu, Yuna sudah 80% yakin.“Kamu bisa bahasa Prancis?” Brandon terkejut. Dia tidak tahu itu. “Sedikit.” Yuna tersenyum. Dia tidak merasa itu adalah sesuatu yang layak untuk dibicarakan. Sebaliknya, toko ini jauh lebih layak untuk didiskusikan. “Tempat ini menarik sekali.”Melihat Yuna jelas sekali tidak ingin membahas tentang bahasa Prancis, Brandon pun tidak bertanya lebih lanjut. Dia melanjutkan topik yang sebelumnya dan berkata, “Kalau begitu coba kamu tebak. Hati ini terbuat dari bahan apa?”Pelayan toko di sebelahnya ingin menjawab, tetapi Brandon menghentikannya dengan matanya. Yuna merasa geli melihat Brandon begitu percaya diri, seolah yakin bahwa dia tidak akan bisa menebaknya. “Sabun Savon de Marseille. Kamu pikir aku nggak tahu?”Senyuman di wajah Brandon langsung membeku sesaat. Dia mungkin tidak menyangka Yuna bisa memberikan jawaban yang tepat dalam satu kali tebak, “Kamu .... pernah melihatn