Melalui cermin sang Ratu melihat makin hari kerutan di wajahnya makin banyak. Rambut putihnya pun makin hari makin lebat. Tak peduli seperti apa dia menutupinya dan menunda pertumbuhannya, pada akhirnya dia tetap terus menua sampai dia pun menyerah dan tidak lagi menatap dirinya di cermin.“Jadi maksudmu, jadi tua itu adalah hal yang membahagiakan?” tanya sang Ratu dengan rasa penasarannya yang baru.“Tentu saja!” kata Juan dengan begitu yakin sambil menepuk pahanya. “Bisa hidup dengan aman sampai usia tua itu bukan hal yang gampang, lho. Aku seumur hidup ini sudah berkelana ke ujung dunia dan ketemu sama berbagai macam orang, nyembuhin banyak penyakit. Benar-benar, deh, sampai penyakit yang aneh-aneh juga ada. Banyak anak kecil yang masih muda sudah kena penyakit mematikan. Itulah yang bikin aku benar-benar … sedih. Aku nggak takut jadi tua, yang aku takut itu nggak bisa hidup sampai tua. Tapi yang aku bilang tadi, aku memang nggak tua!”Kata-kata itu menyentuh selera humor sang Ratu,
“Aku … masih nggak begitu ngerti.”Juan pun berdeham, kemudian dengan serius dia menjawab, “Simpelnya begini. Dengan usia kamu sekarang, kesehatan kamu masih bisa dibilang cukup bagus, tapi sebenarnya masih ada beberapa aspek yang bisa lebih baik lagi.”“Lebih baik gimana maksudnya?”Hal yang paling sang Ratu inginan adalah menunda penuaannya dan memperpanjanh hidupnya, tetapi itu amat sangat sulit untuk diwujudkan. Manusia memang tidak mungkin bisa melawan hukum alam.Dengan wajah serius, Juan bilang, “Dari denyut nadimu, kamu ini terlalu khawatir. Biasanya banyak yang harus kamu kerjakan dan tugas itu berat-berat semua. Ditambah lagi usia sudah di atas 50 memang gampang capek. Kamu pasti sering kurang tidur. Mau tidur lebih lama juga nggak cukup karena tidur kamu kurang lelap. Kalau mau tidur susah, bangun juga pasti nggak nyaman. Bangun-bangun kamu malah berasa lemas dan berat. Kayak ada sesuatu yang menarik kamu ke bawah. Apa benar begitu?”Seketika itu juga sang Ratu syok mendenga
Dengan melambaikan tangannya, Juan yang menerka isi hati sang Ratu berkata, “Kamu yang nggak rela melepaskan. Kamu mau semua ada di dalam genggaman tanganmu. Kamu mau mengatur semuanya, jadi ya wajar kalau kamu capek. Jantungmu berdebar-debar juga karena itu. Coba pikir saja, jantung manusia cuma sebesar apa, tapi kamu paksa untuk menampung semua beban pikiranmu. Gimana nggak capek?”Usai berbicara, Juan berdiri dan menuangkan air ke gelasnya sendiri. Dia haus karena dari tadi sudah bicara panjang lebar. Sementara itu, sang Ratu masih duduk termenung, dengan mata menatap kosong ke depan dan seperti sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tidak pernah ada orang yang mengatakan tentang ini kepadanya. Tidak ada yang bisa, dan tidak ada yang berani. Ketika mendengar ini untuk pertama kalinya, sang Ratu merasa dia seperti divonis memiliki penyakit, tetapi juga bukan. Otaknya terasa seperti baru saja dibedah, dan semuanya jadi jelas sekarang.“Jadi aku bisa disembuhkan?” tanyanya.“Sudah
“Kesalahan besar apa? Memang apa yang terjadi?” sang Ratu bertanya penasaran.“Ah! Sudahlah, itu nggak perlu dibahas lagi.”“Kamu nggak bisa cerita?”Sang Ratu sangat penasaran karena melihat Juan hendak mengatakan sesuatu tetapi dia tahan. Jarang-jarang sang Ratu bisa bertemu dengan orang yang sebaya dan memahami keadaannya. Maka itu dia bertanya atas dasar menunjukkan perhatiannya.“Sebenarnya bukannya nggak bisa, tapi itu sudah berlalu, jadi kurasa nggak perlu diungkit lagi. Beberapa waktu lalu aku terkena virus yang lumayan parah dan hampir bikin au mati. Untung saja nyawaku ini keras, aku masih bisa bertahan dari virus itu,” kata Juan dengan santainya seolah itu hanya sebuah candaan baginya.“Virus? Virus apa?” tanya Ratu. Virus separah apa sampai membuat dokter ajaib seperti Juan pun tumbang?Juan menatap kedua mata sang Ratu dalam-dalam, dia berkata sambil menunjuk ke tempat ini persis di mana berada sekarang, “Virus itu … virus yang kalian buat … di sini …. Masa kamu nggak tahu
“Kenapa?”“Aku tanya balik, kenapa kamu mau hidup abadi? Apa kamu nggak capek?” balas Juan, dan seketika membuat sang Ratu tersentak.Capek, tentu saja capek. Setiap haru sang Ratu harus mengerjakan begitu banyak pekerjaan dan berurusan dengan orang-orang yang menyimpan motif tersembunyi. Mana mungkin sang Ratu tidak capek menghadapi itu semua. Bahkan ketika berbaring dan memejamkan mata pun, dia masih memikirkan banyak pekerjaannya yang belum selesai. Namun, justru karena itulah dia ingin terus hidup selamanya!“Ya jelas capek, tapi masih banyak yang harus aku lakukan. Kalau aku bisa memperpanjang hidupku, mungkin aku nggak perlu merasa capek lagi. Aku bisa melakukan lebih banyak hal tanpa terburu-buru.”Sang Ratu berpikir kelelahannya itu berakar pada hidupnya yang terlalu pendek. Karena hidupnya pendek, banyak urusan yang tidak sempat dia selesaikan. Masih banyak hal yang ingin dia lakukan, tetapi tidak ada waktu yang cukup. Kalau sang Ratu bisa hidup sampai selamanya tanpa batas wa
“Tapi apa kamu nggak merasa menyesal atau bersalah? Jelas-jelas kamu bisa menolong lebih banyak orang, kamu bisa melakukan lebih dari itu. Siapa tahu kamu bisa membuat gebrakan baru dalam ilmu kedokteran! Kalau kamu hidup cukup lama, kamu bisa mencari tahu lebih banyak rahasia yang disembunyikan di dunia ini.”Sang Ratu ingin hidup lebih lama juga karena dia ingin melihat lebih banyak keajaiban dunia dan mengetahui lebih banyak hal yang menjadi misteri di bumi ini.Di saat itu, Juan hanya mengerang dan berkata sambil geleng-geleng kepala, “Tahu sebanyak itu untuk apa? Apa nggak kamu sendiri yang frustarsi nanti? Sudah umur segini apa masih kurang kebusukan dunia yang kamu lihat sekarang? Dengan waktu yang nggak terbatas itu, mau sampai kapan kamu terus hidup? Apa kamu kuat melihat orang-orang di sekitarmu satu per satu pergi, sementara kamu sendiri jadi tua bangka? Kalau aku sih nggak mau!”“Kamu salah. Andaikan ada sejenis obat yang bisa bikin orang lain hidup abadi juga, aku bisa kas
Ratu hanya tersenyum dan meninggalkan gudang itu. Sampai di depan pintu, dia langsung disambut oleh pengawal yang tadi mengantarnya. Dengan kedua tangannya Ratu memegang kedua pegangan kursi roda belakang hingga kursi roda berhenti, kemudian dia berkata kepada pengawal itu, “Taruh dia dan Yuna di satu kamar yang sama. Kamarnya harus yang luas dan nyaman!”“... siap!” jawabnya.Sekali lagi, sang Ratu menoleh ke belakang seraya menghela napas panjang melihat pintu gudang tertutup. ***Tak jauh sejak Shane keluar dari gedung kedutaan Yuraria, sebuah mobil perlahan berhenti persis di sampingnya. Shane berhenti dan melirik sejenak, kemudian naik ke mobil tersebut.Brandon yang ada di dalam mobil itu bertanya padanya, “Gimana?”“Sudah kukasih ke dia,” jawab Shane, datar dan tanpa ekspresi.“Dia percaya?”“Seharusnya … percaya.”“Rainie itu terlalu sombong dan curigaan. Kamu kasih ke dia langsung pun dia pasti masih curiga. Tapi makin nggak kasih, dia makin mencari cara untuk mendapatkannya,
“Hati kamu pasti tetap sakit,” ujar Brandon. Dia pun dapat memahami perasaan Shane. Andaikan di saat itu juga ada yang bilang kalau terjadi sesuatu kepada anaknya, dia juga pasti tidak akan bisa terima. Sama seperti beberapa hari lalu saat Brandon baru mengambil anaknya kembali, dia merasakan ketegangan luar biasa yang tak mungkin bisa dia jelaskan dengan kata-kata.“Kalian tenang saja. Aku nggak apa-apa. Aku cuma merasa sedikit sedih, tapi … selama aku belum lihat Nathan langsung, entah dalam keadaan hidup atau mati … aku nggak bakal menyerah,” kata Shane.“Benar!” seru Brandon. “Rainie pasti sengaja cuma mau memancing kamu. Nathan diculik bukan cuma satu dua hari saja. Dia sudah lama diculik dan nggak ada kabar apa-apa, kenapa tiba-tiba Rainie baru bilang kalau dia mati? Kenapa nggak dibunuh saja dari dulu, kenapa baru sekarang?”Analisis yang berdasarkan logika ini Brandon lontarkan bukan semata-mata untuk menghibur Shane, tetapi karena memang terdapat kejanggalan di dalamnya. Natha
Chermiko datang dengan penuh tanda tanya dan pergi dengan penuh tanda tanya pula. Dia merasa belum mengatakan atau melakukan apa-apa selama dia bertemu dengan kakeknya tadi, dan langsung disuruh pulang begitu saja. Selama perjalanan, Chermiko berulang kali memikirkan apa yang tadi Juan katakan kepadanya, tetapi dia tidak mendapatkan jawabannya. Jadi apa maksud Juan sebenarnya?Begitu Chermiko sampai ke rumah, benar saja Brandon dan Shane sudah menunggunya. Mereka langsung datang menyambut dan bertanya, “Gimana? Mereka ngundang kamu ke sana untuk apa?”Bahkan mobil yang mengikuti Chermiko dari belakang juga sudah melakukan persiapan jaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang buruk padanya. Namun mereka bisa tenang setelah mendapat kabar kalau Chermiko sudah dalam perjalanan pulang. Namun di saaat yang sama mereka pun terheran-heran mengapa hanya Chermiko sendiri yang keluar.“Mereka mengancam kamu? Apa saja yang mereka bilang di sana?” tanya Shane. “Pasti Rainie, ‘kan? Kali ini apa lagi yan
“Kami semua panik setengah mati waktu dengar Kakek dibawa. Untung saja Kakek baik-baik saja!”“Omong kosong! Kalau kamu pani, kenapa baru sekarang kamu datang menolongku?” tanya Juan melotot.“Bukannya nggak mau nolong, tapi tempat ini nggak bisa main datang kapan pun aku mau. Lagi pula aku tahu sifat Kakek. Kalau Kakek sendiri yang mau ke sana, aku bujuk untuk pulang kayak apa juga Kakek nggak bakal mau pulang! Kakek sendiri yang mau datang ke sini untuk menolong Yuna, ‘kan?”Dengan tatapan mata setuju, Juan menatap Chermiko dan berkata padanya, “Iya, sih. Akhir-akhir ini kamu ada banyak kemajuan juga, ya. Kamu sudah bisa menganalisis keadaan dengan baik dan bisa mengerti sifatku seperti apa.”Chermiko terlihat tidak terlalu senang meski mendapat pujian dari kakeknya. Saat ini dia punya masalah yang lebih mendesak untuk dia sampaikan.“Kakek yang minta aku datang ke sini, ya?” tanyanya.“Ya, untung saja mereka kasih aku ketemu orang lain! Kalau Brandon, mereka pasti nggak akan setuju.
Chermio sudah berada di ruang tamu kedutaan dan melihat sekelilingnya. Dia curiga apakah tempat ini menyimpan suatu konspirasi, karena di antara yang lain, hanya dia sendiri yang mendapatan undangan secara tiba-tiba.Mereka bertiga kaget saat mendapat undangan tersebut. Tidak ada yang menyangka ternyata undangan itu ditujukan kepada Chermiko, dan tidak ada yang tahu apa maksud dari undangannya. Apalagi Chermiko juga yang paling asing dengan kedutaan dibanding Shane atau Brandon. Setelah melalui proses perundingan yang cukup laa, akhirnya mereka bertiga mencapai kesepakatan bersama, Chermiko harus pergi!Jika tidak pergi, bagaimana mereka bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan undangan ini juga dibuat secara resmi, jadi seharusnya tidak akan ada keanehan yang terjadi, atau surat ini tidak akan sampai ke tangan mereka. Maka itu Chermiko datang sesuai dengan waktu dan tempat undangan. Saat masuk dia juga diperiksa karena untuk masuk ke kedutaan tidak diizinkan membawa barang-barang ya
Saat Ross berniat untuk berlari keluar lagi, seketika Ricky datang membuka pintu dari luar.“Pangeran Ross.”“Ah! Kamu yang kasih perintah ke mereka untuk nggak kasih aku keluar dari kamar ini?”“Pangeran Ross jangan salah paham. Aku nggak punya wewenang untuk itu. Ini semua perintah langsung dari Yang Mulia.”“Aku nggak percaya! Mamaku saja sekarang lagi pingsan. Mana mungkin dia kasih perintah ke kamu untuk menahanku di sini. Kamu pikir aku nggak tahu kamu cuma menggunakan perintah untuk berbuat semena-mena di sini?! Kamu nggak ada bedanya sama Fred!”Seketika mendengar itu, terlihat ada sebersit ekspresi kesal di mata Ricky. Dia pun lalu berkata, “Pangeran Ross tolong jangan samakan aku dengan si pengkhianat itu.”Nada bicara Ricky dipenuhi dengan perasaan tidak puas. Bagi Ricky, Fred adalah pengkhianat yang bahkan namanya tidak layak untuk disebut. Ratu memberikan kepercayaan yang begitu besar kepadanya, menyerahkan tugas yang sangat penting, tetapi dengan keserakahanya, dia dengan
“Andaikan kamu nggak selamat. Menurut kamu apa yang bakal terjadi?” tanya Juan.“.…”Sebelum Ratu membuka mulut, Juan melanjutkan, “Apa dunia bakal kiamat? Nggak, nggak bakal! Nggak bakal terjadi apa-apa! Begitu kita mati, kita sudah nggak bisa apa-apa lagi, baik itu rakyatmu, anakmu, atau apa pun itu, semuanya sudah bukan urusan kita lagi! Kamu sudah nggak lagi mengatur dunia ini. Kamu bahkan sudah nggak perlu pusing lagi sama pemakamanmu.”“.…”“Hidup manusia paling cuma bertahan beberapa puluh tahun saja, apa menurut kamu itu kurang? Sebenarnya itu sudah lebih dari cukup selama setiap harinya kita jalani dengan penuh sukacita! Banyak banget orang yang hidupnya sampai di umur kita, jadi kenapa kamu malah mempersulit diri sendiri? Jadi saranku, kamu nggak perlu terlalu pusing terlalu banyak mikir, cukup jalani hari-hari dengan senang hati, itu lebih penting dari apa pun. Untuk apa kamu harus pusing sama urusan negara ataupun perdamaian dunia. Kamu serahkan saja ke generasi berikutnya!
“Kamu …”Saat Ratu melototi, Juan kelihatan seperti sedang menikmatinya. Sejak kapan, seorang Ratu malah disuruh untuk menggaruk kaki pria lain. Si tua bangka ini ternyata pandai juga memanfaatkan orang lain.“Bukan aku yang menawarkan diri untuk menyembuhkan kamu, tapi kamu yang minta, lho. Kalau mau disembuhkan, kamu harus nurut sama aku,” kata Juan seraya tertawa kecil. “Aku sudah pernah bilang, penyakit kamu ini termasuk penyakit jantung. Di usia kita ini, hal yang paling sudah untuk kita lakukan adalah merelakan. Selama kamu masih nggak bisa merelakan, mau sampai kiamat juga kamu nggak akan sembuh. Tapi kalau kamu bisa merelakan apa yang selama ini membebani pikiran kamu, penyakit kamu bakal hilang!”Lalu sembari menunjuk jarinya ke posisi jantungnya sendiri, dia melanjutkan, “Hati manusia itu kalau sudah tersumbat, apa pun nggak akan bisa lewat.”Tadinya Ratu membuang muka karena marah, tetap setelah mendengar kata-kata Juan, tanpa sadar dia kembali menoleh kepadanya. Sang Ratu m
Sang Ratu langsung terdiam tak lagi berbicara, tetapi kelihatan cukup jelas dia tidak terima. Meskipun Yuraria juga memiliki konsep edukasi yang cukup terbuka, Ratu sudah terlalu lama terbiasa untuk menguasai satu negara dan segala yang ada di dalamnya. Ratu sudah terbiasa untuk memegang kendali dalam situasi apa pun termasuk anaknya sendiri. Seluruh penduduk Yuraria menuruti perintahnya, tetapi anaknya sendiri yang justru malah berani melawannya. Itulah yang membuat sang Ratu tidak senang. Karena dorongan emosi sesaat yang cukup kuat itulah yang membuat dia pingsan.Juan bisa mengetahui semua itu hanya dengan melihat sekilas saja, tetapi apa pun yang Juan katakan, sang Ratu tidak mau mendengarnya. Jadi Juan juga tidak mau buang waktu untuk terus membujuknya. Dia hanya bilang, “Kamu merasa diri kamu benar, makanya kamu teruskan perbuatanmu itu. Aku nggak akan berusaha untuk membujuk kamu atau ikut campur. Tapi aku cuma mau menegaskan sesuatu. Teruskan saja apa yang kamu mau, aku juga t
“Ricky, kamu keluarlah dulu,” kata Ratu.Ricky menatap sang Ratu, kemudian beralih ke Juan, lalu mengangguk dan undur diri. Setelah Ricky pergi, Ratu menatap Juan dan bertanya dengan suara lirihnya, “Aku masih punya waktu berapa lama lagi?”“Waktu apa?” tanya Juan balik.“Nggak usah pura-pura bodoh. Aku dengar kalian dokter tradisional bisa tahu berapa lama sisa hidup pasien cuma dengan meraba nadi. Apa aku sebentar lagi akan mati?” kata Ratu dengan jidat mengerut. Selama ini dia merasa tubuhnya sudah tidak akan bertahan lagi, tetapi dia masih tetap paksakan untuk bertahan. Dia tidak pernah tahu masih berapa lama waktu yang dia punya sampai suatu hari dia akan tumbang. Karena alasan itu dia tidak sabar untuk mencoba eksperimen R10 meski tahu itu masih belum sempurna.Hanya saja karena ketamakan Fred membuat eksperimen ini berubah haluan. Sang Ratu justru malah dijadikan bahan eksperimen. Kalau Ratu dijadikan bahan percobaan eksperimen, berarti dia pasti akan mati.“Ngomong apaan kamu.
Ricky tidak tahu sama sekali apa yang sedang Juan lakukan. Dia hanya melihat Juan memukul dan mencubit telapak tangan Ratu, kemudian Ratu yang sedang terbaring lemas tiba-tiba terbatuk keras. Suara batuknya sangat kencang sampai separuh dari tubuhnya terbangun, membuat semua orang yang ada di sana panik khawatir terjadi apa-apa padanya. Namun setelah Ratu terbatuk beberapa kali, dia tiba-tiba memiringkan badannya dan memuntahkan dahak yang cukup banyak, lalu kembali berbaring. Dia masih terlihat sangat lesu, napasnya berat, dan matanya terpejam cukup lama.Melihat kondisi seperti itu, Ricky langsung menyingkirkan para dokter yang menghalangi dan memanggil, “Yang Mulia!”Ratu perlahan membuka matanya dan menatap Ricky. Dia juga mengangguk untuk mengisyaratkan kalau dia mengerti. Setelah itu, Ratu menatap Juan dan mengatakan sesuatu meski tidak ada suara yang keluar. Namun dari gerakan bibirnya itu bisa terbaca kalau Ratu mengucapkan terima kasih kepadanya.Lantas Juan melepaskan tangann