Yuna dalam hati sudah tahu apa yang Fred katakan itu benar. Kalaupun dia tidak melepaskan Fred, persaingan mereka sekarang tidak akan mengarah ke mana-mana juga. Yuna sudah mematahkan satu tangan Fred, tetapi Fred masih tidak mau mengalah. Jika begini terus, orang lain di kedutaan ini akan mengambil kesempatan dan pada akhirnya Yuna sendiri yang akan direpotkan.Namun demikian, yuna tidak langsung melepaskan Fred dengan mudah. “Aku sudah mematahkan tanganmu. Mana mungkin kamu membiarkanku begitu saja. Kamu pasti akan menyakiti anakku!”“Memang itu mauku,” kata Fred dengan penuh kebencian. “Tapi aku tetap akan mengambil keputusan yang sama-sama menguntungkan kita. Kalau aku menyakiti anakmu, kamu pasti akan merusak badanmu sendiri sebagai bentuk balas dendam kepadaku. Nggak ada untungnya bagiku. Kamu nggak usah takut, aku jamin nggak akan menyakiti anakmu. Perhitungan kita hari ini akan kita tuntaskan di lain waktu. Apa kamu puas?”Yuna sadar secara penuh Fred belum tentu akan menepati
“Tapi kamu nggak perlu panik,” sambung Yuna. “Racunnya nggak akan langsung aktif. Kamu masih punya waktu satu minggu. Dalam satu minggu ini, kamu boleh coba minta orang lain keluarin racun itu dari badanmu. Dengan begitu, kamu nggak perlu takut sama aku lagi, bukan?”Fred masih belum sepenuhnya percaya dengan ucapan Yuna karena bagaimanapun juga dia tidak terpikir bagaimana caranya Yuna bisa memiliki racun itu selagi terus dalam pengawasan yang amat ketat. Selain itu, Yuna sudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dan melalui proses lahiran yang masih berada dalam pantauan mereka. Mustahil Yuna bisa menyembunyikan sesuatu. Namun andaikan benda itu bukan racun, lantas apa?Yuna tampaknya bisa menebak apa yang ada di pikiran Fred. Dia pun tersenyum dan berkata, “Kamu harus tahu satu hal. Selama berhari-hari di sini aku ketemu dengan banyak dokter dan perawat. Aku sudah makan banyak obat dan disuntik berkali-kali. Kamu pikir aku nggak bisa ambil sisanya sedikit dan membuat racun d
Setelah Fred berjalan cukup jauh dari kamar Yuna, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menggerakkan leher sambil merabanya, lalu berdeham beberapa kali dan melakukan gerakan menelan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di perutnya. Sekujur tubuhnya terasa sakit, kebas dan tidak bertenaga. Matanya juga buram membuatnya tidak bisa melihat apa yang ada di depan dengan jelas.Fred menggelengkan kepalanya dan memberi sugesti bahwa itu hanyalah halusinasi, bahwa Yuna hanya membohonginya kalau tadi itu bukan racun.Fred marah kepada dirinya sendiri yang terlalu ceroboh dan memukul dinding untuk melampiaskan amarahnya. Awal mengira semuanya sudah berada di dalam kendali dan Yuna tidak akan berani melakukan hal-hal aneh ataupun memiliki kesempatan untuk itu. Namun tampaknya Fred-lah yang justru terlalu meremehkan Yuna. Betapa tak disangka meski terkurung selama berhari-hari, Yuna masih punya tekad untuk menyerang balik dengan cara membuat racun secara diam-diam.Namun yang lebih mena
Fred terbangun di tengah kesakitannya. Dia membuka mata dan menjerit, dan tanpa sadar ingin menghempaskan tangannya, tetapi sayang tangannya tidak bisa digerakkan. Dia melihat lengannya sedang ditahan oleh beberapa orang yang berdiri di sampingnya.Melihat Fred akhirnya tersadar, dia pun berkata, “Maaf, Paduka!”“Masih berapa lama lagi?” tanya Fred seraya melihat waktu di jam dinding.“Kira-kira setengah jam lagi,” jawab si dokter.“Tanganku jadi cacat?”“Berdasarkan hasil pemeriksaan, lokasi terjadi patahannya agak aneh. Mungkin lebih tepatnya bukan patah, tapi cuma dislokasi.”“Dislokasi?!”“Iya. Singkatnya, persendiannya cuma bergeser dari tempat yang seharusnya akibat dampak eksternal. Tulangnya baik-baik saja, tapi tetap harus ditahan sama papan atau permukaan keras, lalu dibalut dengan perban supaya meminimalisir terjadi gerakan yang nggak disengaja.”“Kalau tulangku baik-baik saja kenapa harus diperban segala! Mana harus tunggu setengah jam pula! Bikin pekerjaanku tertunda saja!
Saat mengingat kembali apa saja yang Yuna lakukan selama dia melakukan eksperimen dari dan pengamatan Fred melalui kamera pengawas, dia berkata, “Apa kamu bisa tahu aku keracunan atau nggak cuma dari merasa pergelangan tanganku?”Dengan tenang, dokter itu menjawab, “Yang Paduka maksud itu pasti pemeriksaan nadi dari pengobatan tradisional, ya? Maaf, tapi kami dokter pengobatan modern nggak mempelajari ilmu yang asal-usulnya nggak jelas, tapi aku pribadi sebenarnya tertarik untuk mempelajarinya. Tapi maaf, aku masih belum bisa.”Setelah proses pengambilan darah selesai, Fred menutupi bekas suntikan dengan kapas. Dia lalu berdiri dan bertanya kepada dokter, “Berapa lama sampai hasilnya keluar.“Kira-kira setengah jam.”“Lagi-lagi harus nunggu setengah jam! Ya sudah! Aku kasih kamu waktu 30 menit. Begitu hasilnya keluar, langsung kabari aku!”Begitu hasilnya keluar dan seandainya terbukti bahwa dia tidak keracunan … awas saja. Dia akan mendatangi Yuna dan tertawa di hadapan wajahnya. Namu
“Fred.”“Ya?”“Kasih mereka masuk.”“Apa?!”Orang yang memakai pelindung itu hanya dia saja di tempat seperti sedang menunggu jawaban dari mereka. Fred langsung berbalik dan menjauh sedikit, kemudian melanjutkan pembicaraannya di telepon dengan suara yang lebih pelan, “Yang Mulia, tahu apa tujuan mereka sebenarnya, ‘kan? Mereka datang bukan untuk melakukan disinfeksi, itu cuma kedok saja ….”“Mereka datang untuk cari seseorang, ‘kan?” tanya sang Ratu.“Kalau Yang Mulia sudah tahu, kenapa ….”Fred masih berpikir ratunya tidak tahu apa tujuan mereka datang, makanya dia mengusir mereka, tetapi kalau sudah tahu, mana mungkin Fred bisa membiarkan mereka masuk. Mungkinkah tujuan dari kedatangan mereka ini adalah ….”“Fred, jangan lupa sekarang kita ada di mana. Ini kedutaan, bukan istana kerajaan Yuraria. Kamu bisa saja menolak mereka sekali, tapi kalau sampai berkali-kali? Mereka pasti nggak akan menyerah. Biarkan saja mereka masuk, terserah mereka mau ngapain. Kasih mereka geledah tempat i
Keseluruhan area kedutaan ini sangat luas, dan orang-orang yang bekerja di sana juga tentunya tidak sedikit. Ada beberapa yang mengkritik ketika melihat mereka datang membawa alat disinfeksi dengan bahasa Yuraria, tapi ada juga beberapa orang yang masih cukup sopan.Namun toh Brandon juga mengenakan pakaian pelindung sehingga orang lain tidak bisa melihat wajahnya. Dia bisa dengan leluasa menjalankan pencariannya. Dia mengamati dengan saksama setiap ruangan yang dimasuki. Setiap ruangan terlihat seperti ruang kantor biasa tanpa ada yang spesial, dan rasanya tidak mungkin ruangan seperti itu memiliki ruang atau jalan rahasia.Brandon memiliki ruang rahasia di rumahnya sendiri, jadi bisa dikatakan dia cukup berpengalaman tentang itu. Kalau memang ada, sedikit banyak dia pasti sudah menyadarinya. Namun dia yakin ruangan-ruangan yang dia masuki itu hanya ruang kantor biasa.Satu gedung sudah mereka telusuri, tetapi tidak ada yang mereka dapat. Brandon tidak lupa untuk berkomunikasi ketika
“Syaratku nggak berlebihan. Aku cuma berharap setelah dilakukan disinfeksi, jangan datang dan mengganggu pekerjaan kami lagi. Aku nggak kooperatif dengan kemauan kalian, tapi kalau kalian masih datang ke sini terus dengan berbagai alasan mengatasnamakan pekerjaan, gimana kedutaan ini bisa beroperasi normal? Apalagi kedutaan ini bisa saja berkaitan dengan rahasia negara. Aku yakin kalian pasti bisa mengerti. Kalau sampai terjadi apa-apa, hubungan kedua keluarga kita akan terpengaruh.”Penjelasan Fred sangat masuk akal dan tak terbantahkan. Orang dengan pakaian pelindung itu pun bahkan mengangguk setuju.“Benar.”“Makanya itu, kalian harus janji setelah disinfeksi kali ini, jangan datang lagi, setidaknya dalam waktu dekat ini.”Orang dengan pakaian pelindung tidak langsung menjawab, melainkan berbicara dengan rekannya melalui intercom. Setelah itu, dia baru membalas Fred, “Nggak masalah, atasan kami sudah setuju, persyaratanmu bisa kami kabulkan.”“Oke, kalau begitu silakan masuk!” kata