Saat mengingat kembali apa saja yang Yuna lakukan selama dia melakukan eksperimen dari dan pengamatan Fred melalui kamera pengawas, dia berkata, “Apa kamu bisa tahu aku keracunan atau nggak cuma dari merasa pergelangan tanganku?”Dengan tenang, dokter itu menjawab, “Yang Paduka maksud itu pasti pemeriksaan nadi dari pengobatan tradisional, ya? Maaf, tapi kami dokter pengobatan modern nggak mempelajari ilmu yang asal-usulnya nggak jelas, tapi aku pribadi sebenarnya tertarik untuk mempelajarinya. Tapi maaf, aku masih belum bisa.”Setelah proses pengambilan darah selesai, Fred menutupi bekas suntikan dengan kapas. Dia lalu berdiri dan bertanya kepada dokter, “Berapa lama sampai hasilnya keluar.“Kira-kira setengah jam.”“Lagi-lagi harus nunggu setengah jam! Ya sudah! Aku kasih kamu waktu 30 menit. Begitu hasilnya keluar, langsung kabari aku!”Begitu hasilnya keluar dan seandainya terbukti bahwa dia tidak keracunan … awas saja. Dia akan mendatangi Yuna dan tertawa di hadapan wajahnya. Namu
“Fred.”“Ya?”“Kasih mereka masuk.”“Apa?!”Orang yang memakai pelindung itu hanya dia saja di tempat seperti sedang menunggu jawaban dari mereka. Fred langsung berbalik dan menjauh sedikit, kemudian melanjutkan pembicaraannya di telepon dengan suara yang lebih pelan, “Yang Mulia, tahu apa tujuan mereka sebenarnya, ‘kan? Mereka datang bukan untuk melakukan disinfeksi, itu cuma kedok saja ….”“Mereka datang untuk cari seseorang, ‘kan?” tanya sang Ratu.“Kalau Yang Mulia sudah tahu, kenapa ….”Fred masih berpikir ratunya tidak tahu apa tujuan mereka datang, makanya dia mengusir mereka, tetapi kalau sudah tahu, mana mungkin Fred bisa membiarkan mereka masuk. Mungkinkah tujuan dari kedatangan mereka ini adalah ….”“Fred, jangan lupa sekarang kita ada di mana. Ini kedutaan, bukan istana kerajaan Yuraria. Kamu bisa saja menolak mereka sekali, tapi kalau sampai berkali-kali? Mereka pasti nggak akan menyerah. Biarkan saja mereka masuk, terserah mereka mau ngapain. Kasih mereka geledah tempat i
Keseluruhan area kedutaan ini sangat luas, dan orang-orang yang bekerja di sana juga tentunya tidak sedikit. Ada beberapa yang mengkritik ketika melihat mereka datang membawa alat disinfeksi dengan bahasa Yuraria, tapi ada juga beberapa orang yang masih cukup sopan.Namun toh Brandon juga mengenakan pakaian pelindung sehingga orang lain tidak bisa melihat wajahnya. Dia bisa dengan leluasa menjalankan pencariannya. Dia mengamati dengan saksama setiap ruangan yang dimasuki. Setiap ruangan terlihat seperti ruang kantor biasa tanpa ada yang spesial, dan rasanya tidak mungkin ruangan seperti itu memiliki ruang atau jalan rahasia.Brandon memiliki ruang rahasia di rumahnya sendiri, jadi bisa dikatakan dia cukup berpengalaman tentang itu. Kalau memang ada, sedikit banyak dia pasti sudah menyadarinya. Namun dia yakin ruangan-ruangan yang dia masuki itu hanya ruang kantor biasa.Satu gedung sudah mereka telusuri, tetapi tidak ada yang mereka dapat. Brandon tidak lupa untuk berkomunikasi ketika
“Syaratku nggak berlebihan. Aku cuma berharap setelah dilakukan disinfeksi, jangan datang dan mengganggu pekerjaan kami lagi. Aku nggak kooperatif dengan kemauan kalian, tapi kalau kalian masih datang ke sini terus dengan berbagai alasan mengatasnamakan pekerjaan, gimana kedutaan ini bisa beroperasi normal? Apalagi kedutaan ini bisa saja berkaitan dengan rahasia negara. Aku yakin kalian pasti bisa mengerti. Kalau sampai terjadi apa-apa, hubungan kedua keluarga kita akan terpengaruh.”Penjelasan Fred sangat masuk akal dan tak terbantahkan. Orang dengan pakaian pelindung itu pun bahkan mengangguk setuju.“Benar.”“Makanya itu, kalian harus janji setelah disinfeksi kali ini, jangan datang lagi, setidaknya dalam waktu dekat ini.”Orang dengan pakaian pelindung tidak langsung menjawab, melainkan berbicara dengan rekannya melalui intercom. Setelah itu, dia baru membalas Fred, “Nggak masalah, atasan kami sudah setuju, persyaratanmu bisa kami kabulkan.”“Oke, kalau begitu silakan masuk!” kata
Fred tidak lagi mengikutinya. Dia langsung berbalik dan mengamati ruangan yang tadi baru saja disemprot. Di dalamnya hanya ada beberapa perabotan sederhana yang cuma dilihat sekilas saja sudah memperlihatkan seluruh isi ruangan tersebut.Fred menarik kenop pintu dan menutupnya rapat-rapat. Kurang lebih satu jam kemudian, semua petugas disinfeksi sudah melaksanakan tugas mereka hingga tuntas. Lima orang berkumpul di loi tengah dan saling memandang satu sama lain tanpa suara.“Gimana?” tanya Fred dengan suara yang riang seraya menuruni tangga. “Pekerjaan kalian sudah selesai? Semua ruangan sudah dibersihkan?”“Iya!” jawab kepala dari lima orang itu. “Semuanya sudah selesai, terima kasih banyak atas kerja sama kalian.”“Jadi virus atau wabah atau apa pun yang kalian sebut itu nggak akan sampai ke sini, ‘kan?”“Seharusnya nggak akan, tapi kami nggak bisa menjamin 100%. Berdasarkan sepengetahuan kami, Pak Dubes juga pernah belajar kedokteran, jadi Bapak pasti sudah tahu nggak ada yang nama
Perlahan Fred membalikkan badan dan menatapnya. Dia berkata, “Hmm, kamu kelihatannya nggak asing, ya. Kalau tugasmu di sini sudah selesai, apa nggak lebih baik kamu lepas dulu pakaian pelindungnya, baru kita ngobrol lagi?”“Maaf, baju pelindung ini nggak bisa dilepas sembarangan, ini sudah bagian dari tanggung jawab profesi. Tapi kalau cuma untuk memeriksa tangan Pak Dubes, nggak masalah,” ujarnya sambil mendekati Fred dan hendak meraih tangannya.Fred pun langsung mundur untuk menghindarinya. “Nggak usah! Di sini sudah ada dokter yang kasih aku obat. Aku percaya dengan kemampuan dokter dari negaraku sendiri. Aku akui pengobatan tradisional kalian juga nggak kalah hebat, tapi aku masih tetap lebih percaya dengan orang dari negaraku sendiri.”Fred tanpa malu-malu menunjukkan kebenciannya kepada lawan bicara. Dengan demikian, kepala dari orang berpakaian pelindung itu pun tak lagi memaksa. Dia berkata, “Kalau memang seperti itu, kami menghormati pilihan Pak Dubes. Kami sudah selesai meng
“Kamu dapat apa?!”“Apa kalian nggak nyadar si Fred itu tangannya terluka?” jawab Brandon seraya menatap ke Shane, dan juga Frans.“Iya, tapi apa hubungannya? Dia tadi sudah bilang kan itu karena dia jatuh. Oh ya, tadi kamu ngotot mau periksa tangannya. Kok kamu bisa sebak itu? Kalau aku jadi kamu, sih, aku malah mau bikin tangan dia patah,” ucap Shane.“Menurut kamu, kenapa tadi itu aku tetap ngotot? Dan lebih anehnya lagi kenapa dia bersikeras menolak?”“Mana kutahu!”“Itu karena dia tahu kita menyadari sesuatu. Dia itu jauh lebih cerdik dan waspada dari yang kita pikirkan.”Bahkan Shane dan Frans tidak menyadari rencana Brandon, tetapi Fred dengan gamblang menolaknya. Ini jelas menunjukan bahwa Fred tahu apa yang akan Brandon lakukan kepadanya. Atau bisa jadi Fred tidak tahu, tetapi instingnya mengatakan Brandon memiliki niat terselubung.“Hmm? Memang apa anehnya kalau dia terluka?” tanya Shane “Apa tangannya yang terluka itu ada hubungannya sama Bu Yuna?” tanya Frans menambahi.Br
“Jangan, kita nggak bisa ke sana sekarang,” kata Brandon.“Kenapa?!”“Tadi kita baru saja dari sana, apalagi kita juga sudah cari dari ujung ke ujung, terus apa hasilnya? Apa yang kita temukan di sana? Nggak ada. Kalau kita masuk lagi ke sana, memangnya kamu bisa menjamin Yuna pasti bakal ketemu?”“Mungkin saja kita yang carinya kurang cermat, bisa jadi masih ada satu tempat yang belum kita datangi. Kali ini kita harus cari lebih teliti. Periksa yang benar. Aku yakin pasti ada ruangan rahasia ada semacamnya. Yuna pasti disembunyikan di sana! Dan bisa jadi Nathan juga ada di sana!”Shane hampir saja gila setiap kali dia ingat dengan nasib anaknya. Ketika masih menjadi pengikut bosnya dulu, dia masih sesekali berkomunikasi dengan Nathan melalui video call meski tidak diizinkan untuk bertemu langsung. Setidaknya Shane masih bisa mendengar suara Nathan dan bisa melihat wajahnya. Namun sekarang itu sudah tidak ada lagi. Shane tidak bisa melihat ataupun mendengar apa pun tentang Nathan. Bahk
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F