“Jangan, kita nggak bisa ke sana sekarang,” kata Brandon.“Kenapa?!”“Tadi kita baru saja dari sana, apalagi kita juga sudah cari dari ujung ke ujung, terus apa hasilnya? Apa yang kita temukan di sana? Nggak ada. Kalau kita masuk lagi ke sana, memangnya kamu bisa menjamin Yuna pasti bakal ketemu?”“Mungkin saja kita yang carinya kurang cermat, bisa jadi masih ada satu tempat yang belum kita datangi. Kali ini kita harus cari lebih teliti. Periksa yang benar. Aku yakin pasti ada ruangan rahasia ada semacamnya. Yuna pasti disembunyikan di sana! Dan bisa jadi Nathan juga ada di sana!”Shane hampir saja gila setiap kali dia ingat dengan nasib anaknya. Ketika masih menjadi pengikut bosnya dulu, dia masih sesekali berkomunikasi dengan Nathan melalui video call meski tidak diizinkan untuk bertemu langsung. Setidaknya Shane masih bisa mendengar suara Nathan dan bisa melihat wajahnya. Namun sekarang itu sudah tidak ada lagi. Shane tidak bisa melihat ataupun mendengar apa pun tentang Nathan. Bahk
Shane dan Frans sama-sama menatap Brandon, sementara Brandon sendiri malah menyandarkan tubuhnya ke belakang dan menoleh ke arah kedutaan besar sambil berkata, “Kalau tebakanku benar, tangan Fred yang terluka itu disebabkan oleh Yuna. Itu berarti setidaknya sekarang kita tahu kalau Yuna masih aman dan bisa memberi perlawanan. Mereka masih membutuhkan badan Yuna untuk jadi bahan eksperimen, jadi sudah pasti mereka nggak akan menyakiti dia. Kalaupun Yuna menyerang Fred, dia nggak akan bisa apa-apa. Ini bisa jadi kesempatan untuk kita.”“Jadi sekarang kita harus ngapain sebaiknya?” tanya Shane. Dia merasa kata-kata Brandon masih tidak cukup untuk menghiburnya. Tak peduli seoptimis apa kata-kata yang Brandon lontarkan, mereka tetap berada dalam posisi yang pasif. Mereka tetap tidak bisa masuk ke kedutaan dan mencari Yuna terang-terangan. Dan tentunya … mereka juga tidak bisa menyelamatkan Nathan.“Aku bakal minta anak buahku untuk menjaga tempat itu. Kamu juga minta ana buahmu untuk memant
“Fred, bukan cuma sehari dua hari saja kamu bekerja untukku. Kenapa kamu masih bisa seceroboh itu?” tanya sang Ratu.“Maafkan saya, Yang Mulia! Kali ini murni kelalaian saya, tapi kalau saya nggak membersihkannya tepat waktu, mereka ….”“Apa kamu nggak bisa menggantikan mereka?” tanya sang Ratu sambil tersenyum, tetapi nadanya berbicara memberikan firasat yang buruk bagi Fred.“Yang Mulia ….”“Apa kamu nggak tahu sekarang negara-negara tegangga sudah mulai mengatakan hal-hal yang kurang baik tentang Yuraria? Bahkan ada yang bilang wabah yang terjadi beberapa waktu lalu di Asia Selatan itu asalnya dari negara kita.”Sorot mata sang Ratu sudah tidak secerah dulu, tetapi ketika sedang berhadapan dengan rakyatnya, dia tetap mampu memberikan kesan yang kuat dan mengintimidasi lawan bicaranya, sampai-sampai membuat Fred merinding dan berkeringat dingin.“Siapa yang bilang begitu? Biar saya yang bungkam mereka. Yang Mulia jangan khawatir, biar saya yang tangani,” Fred menjawab.“Nggak, Fred!
Dulu Fred dengan mudahnya mengelak dari sang Ratu, tetapi kali ini apa pun yang dia katakan tidak ada gunanya. Sang Ratu terus mencecarnya dengan pertanyaan yang tak ada habisnya.“Baiklah, Yang Mulia. Nggak ada lagi yang bisa saya tutupi. Lagi pula sudah sampai sejauh ini juga, sudah sewajarnya Yang Mulia tahu. Laboratorium itu awalnya cuma studio kecil. Yang Mulai tentu sudah tahu eksperimen R10 itu saya jalankan demi Yang Mulia. Proyek itu dinamakan R10 berdasarkan kode urut. Sebelum itu sudah banyak eksperimen yang berjalan, dan R10 itu adalah eksperimen yang kesepuluh.”“Berarti sebelum itu sudah ada sembilan eksperimen yang berjalan?”“Ya,” angguk Fred.“Yang sembilan itu jadi gimana hasilnya? Apa masih berjalan?”Fred menatap mata sang Ratu seakan sedang memilah jawaban yang dia berikan. Beberapa detik kemudian dia pun mengangguk, “Masih!”Sang Ratu bisa berada di sini menanyakan Fred berarti dia sudah mengetahui cukup banyak hal, tetapi seberapa banyak yang dia tahu, Fred tidak
“Ya … saya tahu.”“Kamu tahu?! Kamu tahu tapi kamu nggak menyesal dan malah masih melanjutkan eksperimennya? Selama ini kamu tahu tapi nggak pernah kasih tahu aku. Kalau bukan aku sendiri yang tahu, mau sampai kapan kamu terus menutupinya?! Fred, sebenarnya apa, sih, yang mau kamu lakukan?!”Di akhir kalimat, sang Ratu sudah mulai terisak. Matanya juga mulai berair. Dia sungguh merasa sedih dan kecewa dengan Fred. Begitu banyak orang yang mengira kalau wabah itu adalah bencana alam, tetapi tentu ada juga sebagian orang yang menganggap kalau itu adalah buatan manusia. Sang Ratu sendiri dulu pun sempat curiga kalau wabah itu adalah hasil ulah manusia, tetapi dia tidak pernah berpikir kalau wabah itu ternyata berasal dari negaranya sendiri, dan dilakukan oleh orang yang paling dia percaya.Meski saat ini tampaknya sudah ditaklukkan sepenuhnya, wabah tersebut telah menewaskan banyak orang dan menyisakan gejala yang akan mereka bawa sampai mati. Banyak yang kehilangan keluarga dan teman aki
Seketika itu para pengawal setia sang Ratu berdatangan masuk.“Yang Mulia sudah lelah, badannya sedang kurang enak dan butuh istirahat,” kata Fred. “Tolong antar Yang Mulia ke kamarnya, jangan ada yang mengganggu.”“Beraninya kamu!” bentak sang Ratu. “Kalian semua jangan ada yang menyentuhku!”“Namun Fred hanya melambaikan tangannya dan berkata, “Yang Mulia sudah tua dan mulai suka berhalusinasi. Nggak usah terlalu dipikirkan apa katanya, tetap prioritaskan kesehatan Yang Mulia.”Lantas Fred meminta para pengawal itu untuk segera mengantar ratu mereka ke kamar untuk beristirahat.“Fred! Sudah gila kamu! Berani-beraninya kamu berbuat lancang padaku! Fred, aku ini ratumu! Kalian semua stop! Berhenti sekarang juga! Apa kalian semua juga mau memberontak?! jadi kalian semua juga bersekongkol?”“Nggak sampai sejauh itu, Yang Mulia,” kata Fred tersenyum seiring dia melihat ratunya perlahan menjauh. “Tapi, Yang Mulia sudah terlalu tua sampai nggak bisa lagi untuk memimpin negara. Sudah tua leb
Entah karena ledekan Yuna memadamkan amarahnya atau memang karena teringat sesuatu, sang Ratu tidak marah lagi, tetapi wajahnya jadi terlihat datar tanpa ekspresi.“Aku nggak menyanga malah jadi begini!” ujar sang Ratu ketus.“Bukannya nggak disangka, tapi kamu saja yang nggak mau percaya,” balas Yuna. “Dia sudah bertahun-tahun mengabdi sama kamu, dan kamu juga percaya banget sama dia. Pasti dia orang yang paling nggak kamu harapkan untuk berkhianat, makanya kamu masih menyangkal.”Perasaan dikhianati, terlebih lagi oleh orang yang paling dipercaya, tidak hanya memberikan rasa marah, tetapi juga kecewa dan kesedihan yang sangat mendalam. Sama halnya ketika Shane mengkhianati Yuna. Meski Yuna sudah tahu saat itu Shane melakukannya karena terpaksa, tetap saja Yuna merasa kecewa. Dalam kasus sang Ratu kali ini jelas lebih parah. Orang yang memegang jabatan tinggi dan terhormat paling takut dikhianati oleh orang-orang di sekitarnya. Kepercayaan yang hilang itu bisa jadi berlangsung sampai
“Kamu pasti berpikir aku nggak akan bisa kabur dari sini dan akan mati ketika menjalani tahap terakhir dari eksperimen kalian, sedangkan kamu pasti akan ditolong oleh pengawal pribadi dari negaramu?”Sang Ratu tidak menjawab, tetapi dari raut wajahnya sudah jelas mengatakan memang itulah yang dia pikirkan. Sang Ratu berpikir Yuna tidak akan pernah bisa pergi dari tempat ini. Orang-orang yang datang untuk menyelamatkannya sudah datang dua kali tanpa berhasil menemukannya, apalagi untuk menyelamatkannya. Tetapi kondisi sang Ratu jelas berbeda. Sekilas memang terlihat Fred berkhianat, tetapi pada akhirnya tujuan dia menjalankan eksperimennya adalah untuk sang Ratu. Selain itu, apabila sang Ratu tidak muncul atau tidak bisa dihubungi untuk waktu lama, para pejabat yang lain pasti akan mencarinya.“Sebagai seorang ratu, kamu ini lugu juga, ya,” kata Yuna. “Kamu kira Fred berani membelot cuma karena orang-orang di sini setuju untuk memberontak?”“Maksudmu ….”“Dia sudah bekerja di bawahmu se
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat