Di kediaman keluarga Setiawan ….Shane merasa seperti terlahir kembali setelah dia mandi dan mengganti dengan pakaian bersih. Selama beberapa bulan ini dia melewati hari-harinya seperti orang gila. Dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa bertahan selama ini hingga sekarang. Dari awal kepanikannya ketika Nathan diculik dan diancam, hingga akhirnya perlahan menerima nasibnya dan berusaha untuk menyelamatkan Nathan. Shane bahkan hampir lupa seperti apa penampilan Nathan.Bosnya sudah mati dan tidak ada lagi orang yang bisa menghubungkan Shane dengan Nathan. Meski sudah tahu di mana Nathan berada sekarang, dia tidak bisa langsung masuk begitu saja dan menolongnya. Dia membuka ponsel dan melihat foto-foto atau video Nathan yang dia simpan secara diam-diam.Begitu Shane berganti pakaian dan keluar, dia melihat Frans seperti sedang memberikan laporan kepada Brandon di ruang depan. Mendengar suara, Brandon dan Frans langsung menoleh ke lantai atas. Shane pun mendekati mereka dan bertanya, “Ada k
Sebelumnya shane masih percaya dan mau mendengar Brandon secara terbuka, tetapi sekarang, hari ini, setelah apa yang terjadi di kedutaan membuat Shane ragu apakah yang dia lakukan selama ini tidak ada artinya, bahwa dia tidak akan bisa menyelamatkan anaknya.“Pak Shane, tolong jaga ucapanmu!” Frans menegur.“Kamu punya hak apa menegurku? Ya, aku memang menyembunyikan sesuatu dari kamu dan sudah banyak melakukan hal yang merugikan kamu, tapi kamu nggak tahu sama sekali apa yang aku rasakan selama aku di sana! Yuna baru hilang beberapa hari, sedangkan anakku sudah berbulan-bulan! Aku bahkan sampai berpikir apa mungkin dia sudah ….”Shane tak bisa lagi berkata-kata. Dia memegang gelasnya dan berjongkok. Kedua tangannya memegang kepalanya dengan sangat erat. Dia sempat berpikir bisa jadi Nathan sudah tidak lagi berada di dunia ini, tetapi dia tidak berani mengatakannya seakan jika dia mengatakannya, itu akan menjadi kenyataan.Frans yang awalnya ingin membentak Shane langsung dihentikan ol
“Mulai apanya?!” Frans menyadari ada yang aneh dengan ucapan Shane, dia pun mencengkeram kerah baju Shane dan berkata, “Ngomong yang jelas!”Namun karena Shane tidak merespons dan hanya diam saja mematung, Frans mengulangi pertanyaannya sembari memukul wajahnya “Shane, apa maksud kamu tadi?!”Pukulan tersebut membuat Shane kembali tersadar. Dia memegangi dagunya dan terduduk di lantai dengan mata terbelalak menatap Frans. Beberapa detik kemudian dia merangkak dan menarik tangan Brandon dan berkata, “Jangan buang-buang waktu lagi, mereka mau menjadikan Yuna sebagai wadah untuk R10! Mereka sengaja menunggu sampai Yuna melahirkan dan badannya pulih kembali, habis itu dia akan dijadikan bahan eksperimen. Kamu harus bergerak secepatnya, atau semuanya bakal terlambat!”Kata-kata itu seakan menjadi sambaran kilat yang membuat Brandon syok. “Apa kamu bilang?” “Wadah apa maksudnya?! R10 itu bukannya sudah selesai? Apa jangan-jangan proyek itu gagal? Jangan-jangan tujuan awal mereka bukan memint
“Pak Liman gimana?” tanya Brandon.“Pak Liman?”Shane tidak tahu dibawa ke tempat apa dia sewaktu berpapasan dengan Liman saat sedang mengubur mayat bosnya, tetapi dia dia ingat orang lain memanggil orang itu dengan panggilan “Pak Liman.“Kamu mau bawa aku ke tempat itu lagi? Nggak, aku nggak mau! Kan sudah dites juga aku nggak ada virus, kenapa harus aku yang ke sana?!”“Nggak, bukan begitu! Kamu salah paham!” tutur Frans, kemudian dia berkata kepada Brandon. “Aku sudah menghubungi Pak Liman. Dia bilang mereka perlu siap-siap sebentar. Mungkin kurang lebih satu hari mereka akan segera mengabari.”“Oke,” sahut Brandon.“Kalian berdua lagi bahas soal apa?” Shane bertanya.“... Shane, aku tahu kamu pasti terburu-buru, tapi aku juga nggak bisa berbuat banyak sama seperti kamu. Sekarang Yuna dan dua anakku yang baru lahir ada di tangan mereka, dan mereka mau menjadikan Yuna sebagai tumbal untuk eksperimen mereka. Sekarang aku nggak peduli apa yang kamu pikirkan, kita semua harus bersiap me
Pagi-pagi buta Brandon sudah terbangun dari mimpi buruknya. Sudah lama sekali dia tidak tidur dengan sangat lelap.Sejak kepergian Yuna, setiap hari Brandon tidak bisa tidur nyenyak karena mengkhawatirkan istrinya. Dia tidak bisa memperlihatkan perasaannya kepada orang lain ataupun meluapkannya sendiri. Dia tetap harus tenang setiap saat karena kalau tidak, itu akan membuatnya lebih sulit untuk menolong Yuna.Mulanya Brandon sudah cukup tenang dan bisa meyakinkan dirinya untuk tetap bersikap rasional, tetapi apa yang Shane katakan padanya kemarin bagaikan bom yang dilemparkan ke hatinya. Semalaman Brandon bermimpi Yuna dikurung di dalam tangki air besar dan disuntikkan berbagai macam obat. Tubuhnya membengkak dengan sangat cepat dan mulai membusuk. Di dalam mimpi itu Yuna berteriak kesakitan, suara tangisannya itu menusuk telinga dan membuat Brandon terbangun dari mimpinya. Bangun-bangun satu tubuhnya sudah basah kuyup dari keringat, dan rasa takut itu masih terasa begitu nyata baginya
“Bangun!” kata Brandon.Namun si dokter tidak bergerak, dia tetap berlutut di hadapan Brandon dan menundukkan kepalanya ke lantai. Betapa kagetnya Frans tidak menyangka si dokter akan melakukan itu.Sembari menuangkan daun teh ke dalam cangkirnya, Brandon berkata, “Kapal yang mengangkut stri dan anakmu masih belum jauh. Kalau Frans suruh mereka untuk putar balik, seharusnya masih sempat.”“Apa?” sahut dokter itu.“Cepat bangun!” seru Frans. “Kami nggak suka seperti ini!”“Oh, iya!” Si dokter langsung berdiri takut aksinya itu justru malah membuat Brandon tersinggung dan malah membawa pulang istri dan anaknya.“Kenapa masih belum pergi juga?” tanya Brandon.“Dari kemarin aku sudah mempertimbangkan keputusanku. Kalian sudah banyak membantuku. Kalau sekarang aku pergi bersama keluargaku, aku akan merasa nggak enak hati sama kalian. Lagi pula kepergianku yang tiba-tiba pasti akan membuat mereka curiga. Mereka pasti akan mencariku ke mana-mana dan malah merepotkan kalian. Aku belum bisa per
Selama dua hari ini Yuna tidak terlalu banyak bergerak. Sebagian besar waktunya dia habiskan hanya berbaring di kasur, selain sesekali menggendong anak-anaknya. Tindakan ini bukan mengindikasikan kalau dia sudah menyerah. Dia tiba-tiba terpikir akan sesuatu.Sang Ratu yang memantau Yuna melalui kamera pengawas berkomentar, “Dia kayak begini apa bisa pulih lebih cepat? Bukannya dokter sudah suruh dia untuk banyak bergerak supaya lebih cepat sembuh?”“Iya, makanya sudah kubilang cewek itu memang banyak siasatnya. Dia berniat memperlambat rencana kita!” kata Fred.“Jadi gimana? Apa kita cuma bisa menunggu?”“Nggak, kita nggak bisa menunggu lebih lama lagi! Si Brandon itu sudah datang ke kedutaan. Dia tahu di mana kita bersembunyi. Kalau begini terus, kita akan berada dalam masalah. Kita harus bawa Yuna pulang ke Yuraria. Semuanya pasti lebih mudah kalau kita ada di negara sendiri.”“Tapi bukannya kamu bilang dia harus tetap di sini supaya hasil dari eksperimennya bisa dapat yang terbaik?
“Kenapa kamu bisa kepikiran ide seperti itu? Aku rasa … kita lebih biak jangan!” ujar sang Ratu menolak ide Fred mentah-mentah. Dia kembali duduk. Baru berdiri sebentar saja dia merasa kakinya tidak kuat menopang tubuh dan merasa sangat lelah.“Nggak ada yang nggak bisa. Apalagi kalau kita lihat dengan kondisi sekarang, itu sudah jalan yang terbaik!” Fred bersandar ke kedua sisi kursi roda dan menatap majikannya dengan serius. “Yang Mulia, tolong percayalah! Semua yang aku lakukan ini demi kebaikan Yang Mulia dan juga masa depan negara kita! Cuma itu satu-satunya jalan yang kita punya!”“Tapi ….”“Nggak ada tapi-tapi lagi. Yang Mulia, saya tahu apa yang Yang Mulia khawatirkan, tapi saya berjanji akan membawa pulang cewek itu dengan selamat, setidaknya tubuhnya masih aman. Dia pasti merasa terhormat bisa berjasa bagi Yang Mulia!”Fred mencium punggung tangan ratunya dan melanjutkan, “Untuk sementara waktu kesampingkan dulu kebaikan hati Yang Mulia dan cobalah untuk memikirkan diri send