“Kenapa Yang Mulia jadi goyah cuma karena omongan cewek itu?”Raut wajah Fred sudah terlihat sangat tidak enak dipandang, tetapi dia masih berusaha untuk menekan luapan emosinya. “Eksperimen ini sudah kita lakukan begitu lama dan nggak mudah untuk cari orang yang tepat. Yang Mulia jangan langsung menyerah cuma karena omongan yang belum tentu benar itu. Saya tahu Yang Mulia nggak tega karena punya hati yang baik, tapi Yang Mulia juga harus memikirkan rakyat kita dan juga banyak tugas-tugas yang masih harus diselesaikan. Negara dan masyarakat kita masih membutuhkan Yang Mulia!”Sang Ratu langsung terdiam mendengarnya, tidak tahu apakah karena dia sedang berpikir, atau teryakinkan oleh ucapan Fred. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Fred meneruskan, “Yang Mulia, kalau memang badan cewek itu nggak bagus, mana mungkin dia bisa menodong dokter kita atau berkali-kali coba kabur dari tempat ini? Dia nggak cuma punya fisik yang kuat, tapi juga pintar, dan yang lebih hebatnya lagi, badannya
“Suka, kok. Papa suka!” katanya seraya menatap sang istri. “Kalian bertiga … kenapa bisa di sini?”Sang istri hanya tersenyum melihatnya, dia masih memegang kue dan lilin yang menyala. Dia berkata, “Tiup dulu lilinnya, jangan lupa untuk ucapin permohonan kamu!”Si dokter berdiri menatap lilin yang menyala di atas kue. Dia menggelengkan kepalanya, “Nggak perlu, permohonanku sudah terkabulkan! Permohonanku adalah kalian bisa pulang dengan selamat, kita berempat bersama selamanya!”Sang istri tersenyum, dan kedua anaknya sudah rewel ingin memakan kuenya segera.“Iya, iya. Ayo kita makan kuenya dulu!” kata si dokter sambil meniup lilinnya, lalu memotong kue itu menjadi beberapa potongan kecil dan membagikannya kepada kedua anaknya. Setelah membagikan kue itu untuk anaknya, si dokter menarik sang istri menjauh dan bertanya padanya, “Apa yang terjadi sama kalian?”“Pak Frans yang menolong kamu,” awab sang istri.“Frans?”“Iya, dia yang antar kami pulang. Dia juga ada di sini, kok.”Mendengar
Di luar Frans sedang bersandar sambil mengisap sebatang rokok. Saat baru mengembuskan asap rokok, dia mendengar ada suara dari pintu, dan melihat si dokter baru saja keluar mendatanginya.Seraya menjepit sebatang rokok itu di jarinya, dia bertanya sambil menunjuk ke dalam rumah dengan ujung dagunya, “Kenapa kamu nggak menghabiskan waktu sama keluargamu dulu?”Dokter itu tidak menjawab pertanyaan Frans dan justru bertanya balik, “Apa mau kalian?”“Eh?”“Kalian menolong keluargaku dan membawa mereka pulang ke rumah ini. Nggak mungkin kalian melakukannya tanpa berharap imbalan. Jadi cepat katakan saja, apa yang kalian mau?”Sesungguh sewaktu di dalam rumah tadi, si dokter sudah berpikir Frans pasti akan menuntut sesuatu darinya dengan membebaskan istri dan anaknya. Apa pun yang Frans minta, dia akan melakukannya selama itu bisa menjamin keselamatan keluarganya. Tak ada hal lain yang lebih penting dari itu.“Nggak ada,” jawab Frans.“Hah?!”Si dokter masih tidak percaya dengan apa yang dia
Kini Brandon sudha tahu di mana tempat persembunyian mereka, dan dokter itu masih berguna meski tidak terlalu banyak. Kesulitan utama yang Brandon alami sekarang adalah bagaimana caranya menyelamatkan Yuna dari sana.“Apa pun itu, aku tetap harus berterima kasih sama kalian!” kata dokter seraya menatap ke dalam rumahnya. Istri dan anaknya sedang menikmati kue ulang tahun dengan wajah tersenyum bahagia. Tidak ada sedikit pun kekhawatiran yang tampak dari mereka, tetapi itu tidak menutup fakta bahwa mereka sempat diculik dan pastinya membuat mereka ketakutan.“Nggak usah. Sudah kubilang kita semua punya keluarga masing-masing. Punya istri punya anak. Kami juga tahu kamu berada dalam posisi yang serba salah,” ucap Frans, sambil mematikan puntung rokoknya. “Sudah, ya. Aku pergi dulu.”“Sebentar! Ada satu hal … yang mungkin belum kalian tahu.”“Apa itu?”Meski sempat ragu, dokter itu tetap berkata, “Bu Yuna, sudah melahirkan.”“..., nggak, seharusnya masih belum waktunya, ‘kan?”Frans ingat
Di kediaman keluarga Setiawan ….Shane merasa seperti terlahir kembali setelah dia mandi dan mengganti dengan pakaian bersih. Selama beberapa bulan ini dia melewati hari-harinya seperti orang gila. Dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa bertahan selama ini hingga sekarang. Dari awal kepanikannya ketika Nathan diculik dan diancam, hingga akhirnya perlahan menerima nasibnya dan berusaha untuk menyelamatkan Nathan. Shane bahkan hampir lupa seperti apa penampilan Nathan.Bosnya sudah mati dan tidak ada lagi orang yang bisa menghubungkan Shane dengan Nathan. Meski sudah tahu di mana Nathan berada sekarang, dia tidak bisa langsung masuk begitu saja dan menolongnya. Dia membuka ponsel dan melihat foto-foto atau video Nathan yang dia simpan secara diam-diam.Begitu Shane berganti pakaian dan keluar, dia melihat Frans seperti sedang memberikan laporan kepada Brandon di ruang depan. Mendengar suara, Brandon dan Frans langsung menoleh ke lantai atas. Shane pun mendekati mereka dan bertanya, “Ada k
Sebelumnya shane masih percaya dan mau mendengar Brandon secara terbuka, tetapi sekarang, hari ini, setelah apa yang terjadi di kedutaan membuat Shane ragu apakah yang dia lakukan selama ini tidak ada artinya, bahwa dia tidak akan bisa menyelamatkan anaknya.“Pak Shane, tolong jaga ucapanmu!” Frans menegur.“Kamu punya hak apa menegurku? Ya, aku memang menyembunyikan sesuatu dari kamu dan sudah banyak melakukan hal yang merugikan kamu, tapi kamu nggak tahu sama sekali apa yang aku rasakan selama aku di sana! Yuna baru hilang beberapa hari, sedangkan anakku sudah berbulan-bulan! Aku bahkan sampai berpikir apa mungkin dia sudah ….”Shane tak bisa lagi berkata-kata. Dia memegang gelasnya dan berjongkok. Kedua tangannya memegang kepalanya dengan sangat erat. Dia sempat berpikir bisa jadi Nathan sudah tidak lagi berada di dunia ini, tetapi dia tidak berani mengatakannya seakan jika dia mengatakannya, itu akan menjadi kenyataan.Frans yang awalnya ingin membentak Shane langsung dihentikan ol
“Mulai apanya?!” Frans menyadari ada yang aneh dengan ucapan Shane, dia pun mencengkeram kerah baju Shane dan berkata, “Ngomong yang jelas!”Namun karena Shane tidak merespons dan hanya diam saja mematung, Frans mengulangi pertanyaannya sembari memukul wajahnya “Shane, apa maksud kamu tadi?!”Pukulan tersebut membuat Shane kembali tersadar. Dia memegangi dagunya dan terduduk di lantai dengan mata terbelalak menatap Frans. Beberapa detik kemudian dia merangkak dan menarik tangan Brandon dan berkata, “Jangan buang-buang waktu lagi, mereka mau menjadikan Yuna sebagai wadah untuk R10! Mereka sengaja menunggu sampai Yuna melahirkan dan badannya pulih kembali, habis itu dia akan dijadikan bahan eksperimen. Kamu harus bergerak secepatnya, atau semuanya bakal terlambat!”Kata-kata itu seakan menjadi sambaran kilat yang membuat Brandon syok. “Apa kamu bilang?” “Wadah apa maksudnya?! R10 itu bukannya sudah selesai? Apa jangan-jangan proyek itu gagal? Jangan-jangan tujuan awal mereka bukan memint
“Pak Liman gimana?” tanya Brandon.“Pak Liman?”Shane tidak tahu dibawa ke tempat apa dia sewaktu berpapasan dengan Liman saat sedang mengubur mayat bosnya, tetapi dia dia ingat orang lain memanggil orang itu dengan panggilan “Pak Liman.“Kamu mau bawa aku ke tempat itu lagi? Nggak, aku nggak mau! Kan sudah dites juga aku nggak ada virus, kenapa harus aku yang ke sana?!”“Nggak, bukan begitu! Kamu salah paham!” tutur Frans, kemudian dia berkata kepada Brandon. “Aku sudah menghubungi Pak Liman. Dia bilang mereka perlu siap-siap sebentar. Mungkin kurang lebih satu hari mereka akan segera mengabari.”“Oke,” sahut Brandon.“Kalian berdua lagi bahas soal apa?” Shane bertanya.“... Shane, aku tahu kamu pasti terburu-buru, tapi aku juga nggak bisa berbuat banyak sama seperti kamu. Sekarang Yuna dan dua anakku yang baru lahir ada di tangan mereka, dan mereka mau menjadikan Yuna sebagai tumbal untuk eksperimen mereka. Sekarang aku nggak peduli apa yang kamu pikirkan, kita semua harus bersiap me