“Tapi … bukannya kamu bilang sekarang lagi ada virus lain dan minta orang-orang jangan keluar rumah? Kamu sendiri malah mau pergi jauh?”“Ma, aku juga perginya ngga sekarang, aku bilang nanti kalau semuanya sudah beres. Eh, waktunya sudah mepet, aku sudah harus berangkat.”“Buru-buru banget? Sebentar lagi makanannya jadi, makan saja dulu baru jalan!”“Aku nggak makan,” jawab Chermiko. “Nanti pasti ada banyak waktu untuk makan bareng, tapi sekarang masih banyak urusan yang harus aku selesaikan dulu.”“Memangnya ada apa yang penting banget? Kamu ….”“Sudahlah, biarkan saja dia pergi!” kata Satya.“Tapi ….”“Anak kita sudah dewasa, justru bagus, dong. Masa kamu nggak merasa sekarang dia sudah kelihatan lebih mirip seperti dokter yang baik?”Mendengar suaminya bilang begitu, Dessy tidak banyak berkomentar lag. Dia merasa sakit, tetapi dia juga bisa merasakan anak satu-satunya sudah tak lagi sama seperti yang dulu.Chermiko langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit. Juan bilang di s
Mereka berdua berbicara hampir di saat yang bersamaan dan tampaknya saling mengenali satu sama lain. Chermiko hanya mendapat kabar bahwa ada satu pasien seorang gadis yang terinfeksi dan diminta tolong untuk menyembuhkannya, tetapi dia tidak tahu bahwa ternyata gadis itu adalah Bella. Bella juga hanya melihat sekilas saja bisa langsung mengenali dokter genius yang dulu sempat menyembuhkannya.Awalnya tantenya Bella yang mencarikan Chermiko untuk mengobati Bella, tetapi kemudian ketahuan kalau ternyata Chermiko adalah seorang penipu.“Nggak, kamu bukan dokter, kamu penipu. Aku nggak mau ditangani sama kamu, aku mau sembuh!”“Aku ….”Chermiko seketika merasa canggung dalam situasi itu. Sesungguhnya apa yang Bella katakan itu tidaklah salah, karena dulu Chermiko memang seorang penipu. Meski dia mempelajari ilmu kedokteran dan pernah mengobati beberapa pasien, ilmu yang dia miliki tidak seberapa, dan juga … saat itu dia terlalu mempromosikan dirinya sebagai dokter yang serba bisa.“Sekaran
“Iya, aku ikut apa katamu saja!” jawab Bella mengangguk. Berhubung Chermiko ditugaskan langsung oleh Brandon dan punya rekam jejak yang berhasil, Bella rela menyerahkan dirinya disembuhkan oleh Chermiko. Begitu sembuh, dia bisa pergi mencari ayahnya alih-alih menunggu di sini sampai jenuh. ***Setelah bertemu dengan sang Ratu, Yuna lagi-lagi dipaksa untuk kembali ke kamarnya, tetapi kali ini bukan kembali ke kamar yang kosong melompong itu, melainkan kamar hotel yang isinya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Di luar kesamaan yaitu Yuna tidak bisa melihat pemandangan di luar, fasilitas lain sudah jauh lebih baik, setidaknya sekarang dia diperbolehkan menonton TV.Yuna berpikir kalau dia bisa menonton TV, berarti ponsel juga pasti bisa mendapatkan sinyal di sini. Maka dia pun berusaha untuk mencari sinyal, tetapi sayangnya upaya itu sia-sia. Dia menyadari tayangan di TV rupanya disetel dengan jaringan internet internal, yang dengan kata lain, kalaupun dia bisa terkoneksi sinyal, dia
Nada Yuna berbicara terdengar tidak terlalu bersahabat, dan si dokter juga langsung berhenti ketika diteriaki oleh yuna. Yuna menepuk-nepuk anaknya dengan lembut seraya berkata, “Apa gunanya melakukan pemeriksaan setiap hari? Aku tahu badanku sendiri, kalau aku mau mati di detik ini juga, nggak ada yang bisa menghentikan aku. Keluar dari kasih tahu pimpinan kalian kalau mau aku bekerja sama, turuti permintaanku, atau aku jamin dia nggak akan mendapatkan apa yang dia mau.”Semua yang hadir di sana saling bertukar pandang satu sama lain dengan raut wajah pasrah, termasuk dokter itu. Beberapa saat setelahnya, dokter itu pun berkata, “Bu Yuna, tolong jangan mempersulit pekerjaan kami. Kami juga nggak tahu siapa sebenarnya atasan kamu, apalagi permintaan Bu Yuna. Kami di sini … cuma menjalankan perintah saja.”“Kalau begitu, aku nggak peduli siapa saja salah satu dari kalian bilang ke dia, aku mau ketemu. Ada sesuatu yang mau aku omongin sama dia. Kalau nggak, jangan harap dia dapat apa yan
“Orang lain lihat kau masih muda dan punya semangat yang tinggi, ditambah lagi aku juga belajar bela diri, tentu saja mereka berpikir aku ini punya badan yang sehat, tapi sebenarnya … kamu tahu kenapa aku belajar kedokteran tradisional?”“Nggak, aku nggak tahu!”“Justru karena badanku lemah! Makanya aku jadi mau belajar kedokteran tradisional. Kedokteran tradisional menekankan pendekatan yang holistik, mengobati penyakit pelan-pelan, makanya aku belajar juga sambil mengobati badanku sendiri. Mungkin karena ternyata efektif, belakangan ini aku merasa sehat. Kalian merasa aku kelihatan sehat, bukan? Coba lihat saja hasil pemeriksaan darahnya, semuanya kelihatan sehat.”“I-iya!”“Tapi aku tahu itu nggak benar, apalagi setelah aku melahirkan, badanku jadi makin lemah. Sudahlah, kalian para dokter modern nggak akan ngerti! Aku nggak perlu jelasin panjang lebar ke kalian, cukup aku sendiri yang tahu tentang badanku. Lagi pula hidupku juga nggak lama lagi, mau sehat atau nggak siapa peduli.”
“Kenapa Yang Mulia jadi goyah cuma karena omongan cewek itu?”Raut wajah Fred sudah terlihat sangat tidak enak dipandang, tetapi dia masih berusaha untuk menekan luapan emosinya. “Eksperimen ini sudah kita lakukan begitu lama dan nggak mudah untuk cari orang yang tepat. Yang Mulia jangan langsung menyerah cuma karena omongan yang belum tentu benar itu. Saya tahu Yang Mulia nggak tega karena punya hati yang baik, tapi Yang Mulia juga harus memikirkan rakyat kita dan juga banyak tugas-tugas yang masih harus diselesaikan. Negara dan masyarakat kita masih membutuhkan Yang Mulia!”Sang Ratu langsung terdiam mendengarnya, tidak tahu apakah karena dia sedang berpikir, atau teryakinkan oleh ucapan Fred. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Fred meneruskan, “Yang Mulia, kalau memang badan cewek itu nggak bagus, mana mungkin dia bisa menodong dokter kita atau berkali-kali coba kabur dari tempat ini? Dia nggak cuma punya fisik yang kuat, tapi juga pintar, dan yang lebih hebatnya lagi, badannya
“Suka, kok. Papa suka!” katanya seraya menatap sang istri. “Kalian bertiga … kenapa bisa di sini?”Sang istri hanya tersenyum melihatnya, dia masih memegang kue dan lilin yang menyala. Dia berkata, “Tiup dulu lilinnya, jangan lupa untuk ucapin permohonan kamu!”Si dokter berdiri menatap lilin yang menyala di atas kue. Dia menggelengkan kepalanya, “Nggak perlu, permohonanku sudah terkabulkan! Permohonanku adalah kalian bisa pulang dengan selamat, kita berempat bersama selamanya!”Sang istri tersenyum, dan kedua anaknya sudah rewel ingin memakan kuenya segera.“Iya, iya. Ayo kita makan kuenya dulu!” kata si dokter sambil meniup lilinnya, lalu memotong kue itu menjadi beberapa potongan kecil dan membagikannya kepada kedua anaknya. Setelah membagikan kue itu untuk anaknya, si dokter menarik sang istri menjauh dan bertanya padanya, “Apa yang terjadi sama kalian?”“Pak Frans yang menolong kamu,” awab sang istri.“Frans?”“Iya, dia yang antar kami pulang. Dia juga ada di sini, kok.”Mendengar
Di luar Frans sedang bersandar sambil mengisap sebatang rokok. Saat baru mengembuskan asap rokok, dia mendengar ada suara dari pintu, dan melihat si dokter baru saja keluar mendatanginya.Seraya menjepit sebatang rokok itu di jarinya, dia bertanya sambil menunjuk ke dalam rumah dengan ujung dagunya, “Kenapa kamu nggak menghabiskan waktu sama keluargamu dulu?”Dokter itu tidak menjawab pertanyaan Frans dan justru bertanya balik, “Apa mau kalian?”“Eh?”“Kalian menolong keluargaku dan membawa mereka pulang ke rumah ini. Nggak mungkin kalian melakukannya tanpa berharap imbalan. Jadi cepat katakan saja, apa yang kalian mau?”Sesungguh sewaktu di dalam rumah tadi, si dokter sudah berpikir Frans pasti akan menuntut sesuatu darinya dengan membebaskan istri dan anaknya. Apa pun yang Frans minta, dia akan melakukannya selama itu bisa menjamin keselamatan keluarganya. Tak ada hal lain yang lebih penting dari itu.“Nggak ada,” jawab Frans.“Hah?!”Si dokter masih tidak percaya dengan apa yang dia