“Iya, aku ikut apa katamu saja!” jawab Bella mengangguk. Berhubung Chermiko ditugaskan langsung oleh Brandon dan punya rekam jejak yang berhasil, Bella rela menyerahkan dirinya disembuhkan oleh Chermiko. Begitu sembuh, dia bisa pergi mencari ayahnya alih-alih menunggu di sini sampai jenuh. ***Setelah bertemu dengan sang Ratu, Yuna lagi-lagi dipaksa untuk kembali ke kamarnya, tetapi kali ini bukan kembali ke kamar yang kosong melompong itu, melainkan kamar hotel yang isinya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Di luar kesamaan yaitu Yuna tidak bisa melihat pemandangan di luar, fasilitas lain sudah jauh lebih baik, setidaknya sekarang dia diperbolehkan menonton TV.Yuna berpikir kalau dia bisa menonton TV, berarti ponsel juga pasti bisa mendapatkan sinyal di sini. Maka dia pun berusaha untuk mencari sinyal, tetapi sayangnya upaya itu sia-sia. Dia menyadari tayangan di TV rupanya disetel dengan jaringan internet internal, yang dengan kata lain, kalaupun dia bisa terkoneksi sinyal, dia
Nada Yuna berbicara terdengar tidak terlalu bersahabat, dan si dokter juga langsung berhenti ketika diteriaki oleh yuna. Yuna menepuk-nepuk anaknya dengan lembut seraya berkata, “Apa gunanya melakukan pemeriksaan setiap hari? Aku tahu badanku sendiri, kalau aku mau mati di detik ini juga, nggak ada yang bisa menghentikan aku. Keluar dari kasih tahu pimpinan kalian kalau mau aku bekerja sama, turuti permintaanku, atau aku jamin dia nggak akan mendapatkan apa yang dia mau.”Semua yang hadir di sana saling bertukar pandang satu sama lain dengan raut wajah pasrah, termasuk dokter itu. Beberapa saat setelahnya, dokter itu pun berkata, “Bu Yuna, tolong jangan mempersulit pekerjaan kami. Kami juga nggak tahu siapa sebenarnya atasan kamu, apalagi permintaan Bu Yuna. Kami di sini … cuma menjalankan perintah saja.”“Kalau begitu, aku nggak peduli siapa saja salah satu dari kalian bilang ke dia, aku mau ketemu. Ada sesuatu yang mau aku omongin sama dia. Kalau nggak, jangan harap dia dapat apa yan
“Orang lain lihat kau masih muda dan punya semangat yang tinggi, ditambah lagi aku juga belajar bela diri, tentu saja mereka berpikir aku ini punya badan yang sehat, tapi sebenarnya … kamu tahu kenapa aku belajar kedokteran tradisional?”“Nggak, aku nggak tahu!”“Justru karena badanku lemah! Makanya aku jadi mau belajar kedokteran tradisional. Kedokteran tradisional menekankan pendekatan yang holistik, mengobati penyakit pelan-pelan, makanya aku belajar juga sambil mengobati badanku sendiri. Mungkin karena ternyata efektif, belakangan ini aku merasa sehat. Kalian merasa aku kelihatan sehat, bukan? Coba lihat saja hasil pemeriksaan darahnya, semuanya kelihatan sehat.”“I-iya!”“Tapi aku tahu itu nggak benar, apalagi setelah aku melahirkan, badanku jadi makin lemah. Sudahlah, kalian para dokter modern nggak akan ngerti! Aku nggak perlu jelasin panjang lebar ke kalian, cukup aku sendiri yang tahu tentang badanku. Lagi pula hidupku juga nggak lama lagi, mau sehat atau nggak siapa peduli.”
“Kenapa Yang Mulia jadi goyah cuma karena omongan cewek itu?”Raut wajah Fred sudah terlihat sangat tidak enak dipandang, tetapi dia masih berusaha untuk menekan luapan emosinya. “Eksperimen ini sudah kita lakukan begitu lama dan nggak mudah untuk cari orang yang tepat. Yang Mulia jangan langsung menyerah cuma karena omongan yang belum tentu benar itu. Saya tahu Yang Mulia nggak tega karena punya hati yang baik, tapi Yang Mulia juga harus memikirkan rakyat kita dan juga banyak tugas-tugas yang masih harus diselesaikan. Negara dan masyarakat kita masih membutuhkan Yang Mulia!”Sang Ratu langsung terdiam mendengarnya, tidak tahu apakah karena dia sedang berpikir, atau teryakinkan oleh ucapan Fred. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Fred meneruskan, “Yang Mulia, kalau memang badan cewek itu nggak bagus, mana mungkin dia bisa menodong dokter kita atau berkali-kali coba kabur dari tempat ini? Dia nggak cuma punya fisik yang kuat, tapi juga pintar, dan yang lebih hebatnya lagi, badannya
“Suka, kok. Papa suka!” katanya seraya menatap sang istri. “Kalian bertiga … kenapa bisa di sini?”Sang istri hanya tersenyum melihatnya, dia masih memegang kue dan lilin yang menyala. Dia berkata, “Tiup dulu lilinnya, jangan lupa untuk ucapin permohonan kamu!”Si dokter berdiri menatap lilin yang menyala di atas kue. Dia menggelengkan kepalanya, “Nggak perlu, permohonanku sudah terkabulkan! Permohonanku adalah kalian bisa pulang dengan selamat, kita berempat bersama selamanya!”Sang istri tersenyum, dan kedua anaknya sudah rewel ingin memakan kuenya segera.“Iya, iya. Ayo kita makan kuenya dulu!” kata si dokter sambil meniup lilinnya, lalu memotong kue itu menjadi beberapa potongan kecil dan membagikannya kepada kedua anaknya. Setelah membagikan kue itu untuk anaknya, si dokter menarik sang istri menjauh dan bertanya padanya, “Apa yang terjadi sama kalian?”“Pak Frans yang menolong kamu,” awab sang istri.“Frans?”“Iya, dia yang antar kami pulang. Dia juga ada di sini, kok.”Mendengar
Di luar Frans sedang bersandar sambil mengisap sebatang rokok. Saat baru mengembuskan asap rokok, dia mendengar ada suara dari pintu, dan melihat si dokter baru saja keluar mendatanginya.Seraya menjepit sebatang rokok itu di jarinya, dia bertanya sambil menunjuk ke dalam rumah dengan ujung dagunya, “Kenapa kamu nggak menghabiskan waktu sama keluargamu dulu?”Dokter itu tidak menjawab pertanyaan Frans dan justru bertanya balik, “Apa mau kalian?”“Eh?”“Kalian menolong keluargaku dan membawa mereka pulang ke rumah ini. Nggak mungkin kalian melakukannya tanpa berharap imbalan. Jadi cepat katakan saja, apa yang kalian mau?”Sesungguh sewaktu di dalam rumah tadi, si dokter sudah berpikir Frans pasti akan menuntut sesuatu darinya dengan membebaskan istri dan anaknya. Apa pun yang Frans minta, dia akan melakukannya selama itu bisa menjamin keselamatan keluarganya. Tak ada hal lain yang lebih penting dari itu.“Nggak ada,” jawab Frans.“Hah?!”Si dokter masih tidak percaya dengan apa yang dia
Kini Brandon sudha tahu di mana tempat persembunyian mereka, dan dokter itu masih berguna meski tidak terlalu banyak. Kesulitan utama yang Brandon alami sekarang adalah bagaimana caranya menyelamatkan Yuna dari sana.“Apa pun itu, aku tetap harus berterima kasih sama kalian!” kata dokter seraya menatap ke dalam rumahnya. Istri dan anaknya sedang menikmati kue ulang tahun dengan wajah tersenyum bahagia. Tidak ada sedikit pun kekhawatiran yang tampak dari mereka, tetapi itu tidak menutup fakta bahwa mereka sempat diculik dan pastinya membuat mereka ketakutan.“Nggak usah. Sudah kubilang kita semua punya keluarga masing-masing. Punya istri punya anak. Kami juga tahu kamu berada dalam posisi yang serba salah,” ucap Frans, sambil mematikan puntung rokoknya. “Sudah, ya. Aku pergi dulu.”“Sebentar! Ada satu hal … yang mungkin belum kalian tahu.”“Apa itu?”Meski sempat ragu, dokter itu tetap berkata, “Bu Yuna, sudah melahirkan.”“..., nggak, seharusnya masih belum waktunya, ‘kan?”Frans ingat
Di kediaman keluarga Setiawan ….Shane merasa seperti terlahir kembali setelah dia mandi dan mengganti dengan pakaian bersih. Selama beberapa bulan ini dia melewati hari-harinya seperti orang gila. Dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa bertahan selama ini hingga sekarang. Dari awal kepanikannya ketika Nathan diculik dan diancam, hingga akhirnya perlahan menerima nasibnya dan berusaha untuk menyelamatkan Nathan. Shane bahkan hampir lupa seperti apa penampilan Nathan.Bosnya sudah mati dan tidak ada lagi orang yang bisa menghubungkan Shane dengan Nathan. Meski sudah tahu di mana Nathan berada sekarang, dia tidak bisa langsung masuk begitu saja dan menolongnya. Dia membuka ponsel dan melihat foto-foto atau video Nathan yang dia simpan secara diam-diam.Begitu Shane berganti pakaian dan keluar, dia melihat Frans seperti sedang memberikan laporan kepada Brandon di ruang depan. Mendengar suara, Brandon dan Frans langsung menoleh ke lantai atas. Shane pun mendekati mereka dan bertanya, “Ada k
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta