“Ini bukan tempat sembarangan. Kita nggak bisa berbuat semaunya. Kita harus cari jalan lain!” kata Brandon.“Tapi kita masih punya cara apa lagi? Kamu juga tadi bilang kita nggak bisa berbuat semaunya, nggak mungkin kita minta pemerintah untuk ikut campur, ‘kan?”“Kenapa nggak? “Hah?!”Posisi Fred sebagai duta besar memang sangat mempersulit keadaan. Andaikan Edgar ada di sini, siapa tahu mereka punya solusi yang lebih baik. Namun Edgar sendiri sudah bilang dia sedang tidak bisa membantu, maka itu masalah ini mau tidak mau harus Brandon selesaikan sendiri tanpa bantuan Edgar. Selain Edgar, sebenarnya masih ada satu orang lagi yang bisa masuk ke kedutaan secara terang-terangan dengan modus investigasi, hanya saja mereka harus berdiskusi terlebih dahulu. ***Di kediaman keluarga Pranata ….Chermiko baru saja selesai memeriksa nadi pasien yang terakhir dan akhirnya dia bisa beristirahat. Dia terlihat lebih kurus dibandingkan sebelumnya sampai-sampai tulangnya kelihatan mencuat keluar, t
“Tapi … bukannya kamu bilang sekarang lagi ada virus lain dan minta orang-orang jangan keluar rumah? Kamu sendiri malah mau pergi jauh?”“Ma, aku juga perginya ngga sekarang, aku bilang nanti kalau semuanya sudah beres. Eh, waktunya sudah mepet, aku sudah harus berangkat.”“Buru-buru banget? Sebentar lagi makanannya jadi, makan saja dulu baru jalan!”“Aku nggak makan,” jawab Chermiko. “Nanti pasti ada banyak waktu untuk makan bareng, tapi sekarang masih banyak urusan yang harus aku selesaikan dulu.”“Memangnya ada apa yang penting banget? Kamu ….”“Sudahlah, biarkan saja dia pergi!” kata Satya.“Tapi ….”“Anak kita sudah dewasa, justru bagus, dong. Masa kamu nggak merasa sekarang dia sudah kelihatan lebih mirip seperti dokter yang baik?”Mendengar suaminya bilang begitu, Dessy tidak banyak berkomentar lag. Dia merasa sakit, tetapi dia juga bisa merasakan anak satu-satunya sudah tak lagi sama seperti yang dulu.Chermiko langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit. Juan bilang di s
Mereka berdua berbicara hampir di saat yang bersamaan dan tampaknya saling mengenali satu sama lain. Chermiko hanya mendapat kabar bahwa ada satu pasien seorang gadis yang terinfeksi dan diminta tolong untuk menyembuhkannya, tetapi dia tidak tahu bahwa ternyata gadis itu adalah Bella. Bella juga hanya melihat sekilas saja bisa langsung mengenali dokter genius yang dulu sempat menyembuhkannya.Awalnya tantenya Bella yang mencarikan Chermiko untuk mengobati Bella, tetapi kemudian ketahuan kalau ternyata Chermiko adalah seorang penipu.“Nggak, kamu bukan dokter, kamu penipu. Aku nggak mau ditangani sama kamu, aku mau sembuh!”“Aku ….”Chermiko seketika merasa canggung dalam situasi itu. Sesungguhnya apa yang Bella katakan itu tidaklah salah, karena dulu Chermiko memang seorang penipu. Meski dia mempelajari ilmu kedokteran dan pernah mengobati beberapa pasien, ilmu yang dia miliki tidak seberapa, dan juga … saat itu dia terlalu mempromosikan dirinya sebagai dokter yang serba bisa.“Sekaran
“Iya, aku ikut apa katamu saja!” jawab Bella mengangguk. Berhubung Chermiko ditugaskan langsung oleh Brandon dan punya rekam jejak yang berhasil, Bella rela menyerahkan dirinya disembuhkan oleh Chermiko. Begitu sembuh, dia bisa pergi mencari ayahnya alih-alih menunggu di sini sampai jenuh. ***Setelah bertemu dengan sang Ratu, Yuna lagi-lagi dipaksa untuk kembali ke kamarnya, tetapi kali ini bukan kembali ke kamar yang kosong melompong itu, melainkan kamar hotel yang isinya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Di luar kesamaan yaitu Yuna tidak bisa melihat pemandangan di luar, fasilitas lain sudah jauh lebih baik, setidaknya sekarang dia diperbolehkan menonton TV.Yuna berpikir kalau dia bisa menonton TV, berarti ponsel juga pasti bisa mendapatkan sinyal di sini. Maka dia pun berusaha untuk mencari sinyal, tetapi sayangnya upaya itu sia-sia. Dia menyadari tayangan di TV rupanya disetel dengan jaringan internet internal, yang dengan kata lain, kalaupun dia bisa terkoneksi sinyal, dia
Nada Yuna berbicara terdengar tidak terlalu bersahabat, dan si dokter juga langsung berhenti ketika diteriaki oleh yuna. Yuna menepuk-nepuk anaknya dengan lembut seraya berkata, “Apa gunanya melakukan pemeriksaan setiap hari? Aku tahu badanku sendiri, kalau aku mau mati di detik ini juga, nggak ada yang bisa menghentikan aku. Keluar dari kasih tahu pimpinan kalian kalau mau aku bekerja sama, turuti permintaanku, atau aku jamin dia nggak akan mendapatkan apa yang dia mau.”Semua yang hadir di sana saling bertukar pandang satu sama lain dengan raut wajah pasrah, termasuk dokter itu. Beberapa saat setelahnya, dokter itu pun berkata, “Bu Yuna, tolong jangan mempersulit pekerjaan kami. Kami juga nggak tahu siapa sebenarnya atasan kamu, apalagi permintaan Bu Yuna. Kami di sini … cuma menjalankan perintah saja.”“Kalau begitu, aku nggak peduli siapa saja salah satu dari kalian bilang ke dia, aku mau ketemu. Ada sesuatu yang mau aku omongin sama dia. Kalau nggak, jangan harap dia dapat apa yan
“Orang lain lihat kau masih muda dan punya semangat yang tinggi, ditambah lagi aku juga belajar bela diri, tentu saja mereka berpikir aku ini punya badan yang sehat, tapi sebenarnya … kamu tahu kenapa aku belajar kedokteran tradisional?”“Nggak, aku nggak tahu!”“Justru karena badanku lemah! Makanya aku jadi mau belajar kedokteran tradisional. Kedokteran tradisional menekankan pendekatan yang holistik, mengobati penyakit pelan-pelan, makanya aku belajar juga sambil mengobati badanku sendiri. Mungkin karena ternyata efektif, belakangan ini aku merasa sehat. Kalian merasa aku kelihatan sehat, bukan? Coba lihat saja hasil pemeriksaan darahnya, semuanya kelihatan sehat.”“I-iya!”“Tapi aku tahu itu nggak benar, apalagi setelah aku melahirkan, badanku jadi makin lemah. Sudahlah, kalian para dokter modern nggak akan ngerti! Aku nggak perlu jelasin panjang lebar ke kalian, cukup aku sendiri yang tahu tentang badanku. Lagi pula hidupku juga nggak lama lagi, mau sehat atau nggak siapa peduli.”
“Kenapa Yang Mulia jadi goyah cuma karena omongan cewek itu?”Raut wajah Fred sudah terlihat sangat tidak enak dipandang, tetapi dia masih berusaha untuk menekan luapan emosinya. “Eksperimen ini sudah kita lakukan begitu lama dan nggak mudah untuk cari orang yang tepat. Yang Mulia jangan langsung menyerah cuma karena omongan yang belum tentu benar itu. Saya tahu Yang Mulia nggak tega karena punya hati yang baik, tapi Yang Mulia juga harus memikirkan rakyat kita dan juga banyak tugas-tugas yang masih harus diselesaikan. Negara dan masyarakat kita masih membutuhkan Yang Mulia!”Sang Ratu langsung terdiam mendengarnya, tidak tahu apakah karena dia sedang berpikir, atau teryakinkan oleh ucapan Fred. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Fred meneruskan, “Yang Mulia, kalau memang badan cewek itu nggak bagus, mana mungkin dia bisa menodong dokter kita atau berkali-kali coba kabur dari tempat ini? Dia nggak cuma punya fisik yang kuat, tapi juga pintar, dan yang lebih hebatnya lagi, badannya
“Suka, kok. Papa suka!” katanya seraya menatap sang istri. “Kalian bertiga … kenapa bisa di sini?”Sang istri hanya tersenyum melihatnya, dia masih memegang kue dan lilin yang menyala. Dia berkata, “Tiup dulu lilinnya, jangan lupa untuk ucapin permohonan kamu!”Si dokter berdiri menatap lilin yang menyala di atas kue. Dia menggelengkan kepalanya, “Nggak perlu, permohonanku sudah terkabulkan! Permohonanku adalah kalian bisa pulang dengan selamat, kita berempat bersama selamanya!”Sang istri tersenyum, dan kedua anaknya sudah rewel ingin memakan kuenya segera.“Iya, iya. Ayo kita makan kuenya dulu!” kata si dokter sambil meniup lilinnya, lalu memotong kue itu menjadi beberapa potongan kecil dan membagikannya kepada kedua anaknya. Setelah membagikan kue itu untuk anaknya, si dokter menarik sang istri menjauh dan bertanya padanya, “Apa yang terjadi sama kalian?”“Pak Frans yang menolong kamu,” awab sang istri.“Frans?”“Iya, dia yang antar kami pulang. Dia juga ada di sini, kok.”Mendengar
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F