Shane tak bisa berkata-kata, bahkan di saat seperti ini masih bisanya Brandon mengeluarkan candaan yang garing.“Oke … tapi bahkan mereka juga nggak nawarin kopi!” Shane mengeluh seraya membentangkan tangannya di atas meja yang kosong melompong. Ketika mendapat kabar kalau dia sudah bisa pergi dari Departemen X setelah dikurung di sana beberapa hari, dia langsung berlari pergi tanpa meminum setetes air pun. Tadi saat di mobil dia juga lupa untuk minum karena sibuk dengan berbagai macam pertanyaan yang dia lemparkan kepada Brandon, dan sekarang mulutnya terasa kering luar biasa.Shane melihat sekeliling dan menemukan ada sebuah mesin dispenser air di ujung ruangan. Dia pun berjalan ke sana dan menuangkan segelas air untunya, tak lupa dia juga menawarkan air untuk Brandon. Brandon sedang duduk tenang sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada, dia menggelengkan kepala.“Orang-orang di sini sombong banget! Aku tahu ini kedutaan, tapi nggak berarti mereka bisa sok jago di negara kit
“Kalau begitu cepat kembalikan Yuna!”Shane yang seja tadi sudah berusaha untuk menjaga amarahnya langsung berseru seketika Fred mengakui itu.“Kembalian apanya? Maaf, aku nggak ngerti,” sahut Fred.“Nggak usah pura-pura bodoh, kamu ….”Shane masih tak habis pikir orang kedutaan Yuraria ternyata orang yang seperti ini, berani berbuat tetapi tidak berani mengakui! Padahal sudah jelas mereka yang menyandera Yuna dan Nathan, tetapi masih bisa-bisanya dia memasang wajah tidak bersalah. Membayangan eksperimen yang tidak manusiawi itu erat kaitannya dengan mereka, Shane sudah tidak sabar ingin menghancurkan wajahnya yang palsu itu. Akan tetapi Brandon mengangkat tangannya menghentikan Shane, lalu dia berkata kepada Fred, “Jadi begini, setelah mendapat surat undangan ini, Yuna … istriku, dia bilang mau menerima undangan nini, tapi sampai sekarang dia masih belum pulang. Jadi aku mau tanya apa pekerjaannya lebih sulit dari perkiraan makanya sampai sekarang masih belum selesai? Aku bertanya se
Tadi itu sangat berbahaya, nyaris saja leher Shane tercekik oleh genggaman tangan orang itu. Dia pun melirik ke arah Fred dan melihatnya masih duduk santai dengan wajah terangkat menyaksikan perkelahian t seperti sedang menikmati sebuah pertunjukan. Saat orang itu ingin menerjang sekali lagi, Fred berseru, “Cukup! Weil, mereka tamu!”Seketika mendengar teguran dari Fred, Weil langsung berhenti dan mengundurkan diri. Dia kembali ke tempat semula dan masih tetap mengamati pergerakan Brandon.“Wah, aku nggak tahu ternyata Pak Brandon jago juga. Kamu serba bisa ya ternyata,” ucap Fred memuji, tetapi tidak ada ketulusan yang keluar darinya.Brandon pun merapikan kerutan di bajunya dan menyahut, “Petarung yang kamu punya itu juga nggak kalah hebat!”“Dia, ya? Kehebatan bertarungnya paling cuma cukup untuk menakut-nakuti saja. Maaf, ya, Pak Brandon!”Weil tidak tersinggung diremehkan oleh Fred. Dia mengunci pandangannya kepada Brandon dengan wajah yang datar tanpa ekspresi seakan-akan Brandon
“Ini bukan tempat sembarangan. Kita nggak bisa berbuat semaunya. Kita harus cari jalan lain!” kata Brandon.“Tapi kita masih punya cara apa lagi? Kamu juga tadi bilang kita nggak bisa berbuat semaunya, nggak mungkin kita minta pemerintah untuk ikut campur, ‘kan?”“Kenapa nggak? “Hah?!”Posisi Fred sebagai duta besar memang sangat mempersulit keadaan. Andaikan Edgar ada di sini, siapa tahu mereka punya solusi yang lebih baik. Namun Edgar sendiri sudah bilang dia sedang tidak bisa membantu, maka itu masalah ini mau tidak mau harus Brandon selesaikan sendiri tanpa bantuan Edgar. Selain Edgar, sebenarnya masih ada satu orang lagi yang bisa masuk ke kedutaan secara terang-terangan dengan modus investigasi, hanya saja mereka harus berdiskusi terlebih dahulu. ***Di kediaman keluarga Pranata ….Chermiko baru saja selesai memeriksa nadi pasien yang terakhir dan akhirnya dia bisa beristirahat. Dia terlihat lebih kurus dibandingkan sebelumnya sampai-sampai tulangnya kelihatan mencuat keluar, t
“Tapi … bukannya kamu bilang sekarang lagi ada virus lain dan minta orang-orang jangan keluar rumah? Kamu sendiri malah mau pergi jauh?”“Ma, aku juga perginya ngga sekarang, aku bilang nanti kalau semuanya sudah beres. Eh, waktunya sudah mepet, aku sudah harus berangkat.”“Buru-buru banget? Sebentar lagi makanannya jadi, makan saja dulu baru jalan!”“Aku nggak makan,” jawab Chermiko. “Nanti pasti ada banyak waktu untuk makan bareng, tapi sekarang masih banyak urusan yang harus aku selesaikan dulu.”“Memangnya ada apa yang penting banget? Kamu ….”“Sudahlah, biarkan saja dia pergi!” kata Satya.“Tapi ….”“Anak kita sudah dewasa, justru bagus, dong. Masa kamu nggak merasa sekarang dia sudah kelihatan lebih mirip seperti dokter yang baik?”Mendengar suaminya bilang begitu, Dessy tidak banyak berkomentar lag. Dia merasa sakit, tetapi dia juga bisa merasakan anak satu-satunya sudah tak lagi sama seperti yang dulu.Chermiko langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit. Juan bilang di s
Mereka berdua berbicara hampir di saat yang bersamaan dan tampaknya saling mengenali satu sama lain. Chermiko hanya mendapat kabar bahwa ada satu pasien seorang gadis yang terinfeksi dan diminta tolong untuk menyembuhkannya, tetapi dia tidak tahu bahwa ternyata gadis itu adalah Bella. Bella juga hanya melihat sekilas saja bisa langsung mengenali dokter genius yang dulu sempat menyembuhkannya.Awalnya tantenya Bella yang mencarikan Chermiko untuk mengobati Bella, tetapi kemudian ketahuan kalau ternyata Chermiko adalah seorang penipu.“Nggak, kamu bukan dokter, kamu penipu. Aku nggak mau ditangani sama kamu, aku mau sembuh!”“Aku ….”Chermiko seketika merasa canggung dalam situasi itu. Sesungguhnya apa yang Bella katakan itu tidaklah salah, karena dulu Chermiko memang seorang penipu. Meski dia mempelajari ilmu kedokteran dan pernah mengobati beberapa pasien, ilmu yang dia miliki tidak seberapa, dan juga … saat itu dia terlalu mempromosikan dirinya sebagai dokter yang serba bisa.“Sekaran
“Iya, aku ikut apa katamu saja!” jawab Bella mengangguk. Berhubung Chermiko ditugaskan langsung oleh Brandon dan punya rekam jejak yang berhasil, Bella rela menyerahkan dirinya disembuhkan oleh Chermiko. Begitu sembuh, dia bisa pergi mencari ayahnya alih-alih menunggu di sini sampai jenuh. ***Setelah bertemu dengan sang Ratu, Yuna lagi-lagi dipaksa untuk kembali ke kamarnya, tetapi kali ini bukan kembali ke kamar yang kosong melompong itu, melainkan kamar hotel yang isinya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Di luar kesamaan yaitu Yuna tidak bisa melihat pemandangan di luar, fasilitas lain sudah jauh lebih baik, setidaknya sekarang dia diperbolehkan menonton TV.Yuna berpikir kalau dia bisa menonton TV, berarti ponsel juga pasti bisa mendapatkan sinyal di sini. Maka dia pun berusaha untuk mencari sinyal, tetapi sayangnya upaya itu sia-sia. Dia menyadari tayangan di TV rupanya disetel dengan jaringan internet internal, yang dengan kata lain, kalaupun dia bisa terkoneksi sinyal, dia
Nada Yuna berbicara terdengar tidak terlalu bersahabat, dan si dokter juga langsung berhenti ketika diteriaki oleh yuna. Yuna menepuk-nepuk anaknya dengan lembut seraya berkata, “Apa gunanya melakukan pemeriksaan setiap hari? Aku tahu badanku sendiri, kalau aku mau mati di detik ini juga, nggak ada yang bisa menghentikan aku. Keluar dari kasih tahu pimpinan kalian kalau mau aku bekerja sama, turuti permintaanku, atau aku jamin dia nggak akan mendapatkan apa yang dia mau.”Semua yang hadir di sana saling bertukar pandang satu sama lain dengan raut wajah pasrah, termasuk dokter itu. Beberapa saat setelahnya, dokter itu pun berkata, “Bu Yuna, tolong jangan mempersulit pekerjaan kami. Kami juga nggak tahu siapa sebenarnya atasan kamu, apalagi permintaan Bu Yuna. Kami di sini … cuma menjalankan perintah saja.”“Kalau begitu, aku nggak peduli siapa saja salah satu dari kalian bilang ke dia, aku mau ketemu. Ada sesuatu yang mau aku omongin sama dia. Kalau nggak, jangan harap dia dapat apa yan