Dari rumah Juan sampai ke rumahnya Edgar adalah perjalanan dari pinggiran kota menuju ke area dalam kota. Selama perjalanan itu Brandon tidak tidur, dia terus melihat keadaan di luar. Selama di pinggiran kota jarang sekali dia melihat ada orang yang lewat, tetapi begitu masuk ke area dalam kota, suasana langsung ramai dipenuhi oleh orang yang berlalu lalang, seolah tak ada yang berubah dari rutinitas mereka.Hal itu membuat Brandon sedikit lega, tetapi jika situasi mulai tak terkendali, keramaian itu dengan segera akan tergantikan. Sewaktu dia berada di Asia Selatan, dia tahu betapa mengerikannya ketika virus itu menyerang.Zaman sekarang sudah tidak lagi seperti zaman perang di masa lalu. Kalaupun terjadi perang dalam skala besar, ada waktu untuk gencatan senjata. Berbeda dengan virus ini yang datang tanpa ada suara dan bisa menyerang kapan saja tanpa disadari.Saat itu di Asia Selatan, situasi pun aman-aman saja. Tetapi hanya dalam waktu satu malam, populasi sebanyak separuh dari kot
Suasana di dalam rumah terasa begitu sunyi, saking sunyinya sampai Brandon mengira tidak ada orang di dalam. Setelah kurang lebih satu menit menunggu di ruang tamu, akhirnya Bella turun dari lantai atas. Dia terlihat jauh lebih kurus, bahkan hampir sulit dikenali saat baru sekilas melihatnya.Dengan mengenakan rok hitam dan sandal rumah, Bella memanggil, “Kak Brandon.“Papamu ….”“Papa masih istirahat,” jawab Bella sambil menaruh satu jari di depan bibirnya. Sembari berbicara, dia juga mengalihkan matanya ke atas.“Istirahat?”Di jam segini masih istirahat rasanya agak aneh. Dulu ketika Edgar masih di bawah pengaruh racun, dia terus tertidur. Sekarang dia sudah sembuh, tetapi kenapa masih perlu istirahat begitu lama?“Kak Brandon, ada apa tiba-tiba datang?” Bella inisiatif bertanya seraya mempersilakan Brandon untuk duduk. Akan tetapi tidak ada pelayan yang datang memberikan minuman ataupun menyapa ramah.Insting Brandon yang tajam dengan segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres d
Melihat reaksi dari Bella memperkuat firasat buruk Brandon. Jika Brandon tidak memahami duduk perkara ini hingga tuntas, maka sia-sialah perjalanannya kemari.“Kak Brandon ... jangan ….”“Bella, kasih tahu aku apa yang sebenarnya terjadi? Papamu kenapa lagi?!” tanya Brandon seraya memelototi Bella. “Apa yang kamu sembunyikan dari aku?!”“Bukan begitu ….”Bella tampak begitu kewalahan, tetapi dia juga tidak bisa mengatakan apa-apa untuk membela diri. Di saat itulah tiba-tiba Brandon langsung berlari begitu cepat hingga Bella tidak sempat untuk mengejarnya.“Kak Brandon!”Bella memanggil dan mengejarnya, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa berlari menyusul secepat mungkin, sementara Brandon sudah berada di depan pintu kamar tidur Edgar. Pintu kamar dalam keadaan tertutup, tetapi Brandon tidak pikir panjang, dia kesampingkan terlebih dahulu segala tata krama atau apa pun itu. Dia membuka pintu kamar, tetapi ternyata di dalam kamar itu kosong tidak ada seorang pun.“Di mana papa kamu?”
“Aku ….”Brandon pun bisa melihat saat ini Bella terlihat sangat ketakutan. Brandon mengamati seisi kamar itu dan yakin tidak dipasang kamera pengawas. Namun demikian reaksi Bella terlalu aneh. Maka itu Brandon pun menutup kembali pintu kamar dan bertanya, “Jadi apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kalau kamu nggak bisa cerita di sini, kita cari tempat lain. Pokoknya kamu harus kasih tahu aku apa yang terjadi sejelas-jelasnya. Jangan berpikir kamu bisa menyembunyikan sesuatu dariku.”“Kak Brandon, kita pindah tempat saja.”“Oke, kamu pasti belum makan, ‘kan? Aku juga belum makan. Ayo kita ngobrol sambil makan saja.”Seusai berkata demikian, Brandon pun mengajak Bella pergi keluar.Selama perjalanan Bella hanya diam saja seakan sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius. Brandon tidak memaksa bertanya padanya untuk menciptakan sedikit ruang supaya Bella merasa lebih nyaman. Hanya saja, situasi sekarang ini makin lama makin rumit saja. Bagaimana caranya Edgar yang baru saja sembuh dan
“Orang yang menelepon papa kamu itu yang paling perlu dicurigai.”Brandon coba menganalisis kejadian ini dan memang terdengar sangat aneh, tetapi jika dipikir lagi dengan saksama, ini bukanlah hal yang mustahil terjadi. Seja awal Edgar memang sudah menjadi target orang-orang dari organisasi itu. Mereka meracuni Edgar melalui Rainie untuk mengendalikan pikirannya.Bagi mereka, langkah pertama adalah menguasai pusat penelitian itu sebagai basis operasi mereka, lalu menyebarluaskan eksperimen gila mereka itu. Tidak ada yang tahu apa lagi langkah mereka berikutnya setelah ini, tetapi Brandon yakin mereka mengendalikan Edgar bukan hanya untuk menguasai pusat penelitian itu. Pasti ada rencana lebih besar yang belum terkuak.“Ya, aku juga merasa begitu, tapi masalahnya aku nggak tahu siapa yang ngajak Papa ketemuan itu,” kata Bella.Bella tidak terlihat seperti sedang berpura-pura, tetapi ada satu hal yang membuat Brandon bertanya-tanya, “Kalau begitu kenapa kamu nggak langsung kasih tahu aku
“Karena ….”Di saat seperti ini Bella masih menyimpan sedikit keraguan untuk mengatakan semuanya, tetapi itu bisa dimengerti karena dalam hati dia pasti merasa takut setengah mati. Maka itu dengan penuh kesabaran Brandon berkata kepadanya, “Aku nggak peduli apa yang mereka bilang ke kamu, tapi coba kamu pikir, sekarang aku sudah tahu, berapa banyak yang kamu bilang ke aku sudah nggak ada bedanya lagi. Lagi pula apa kamu nggak percaya aku? Apa kamu nggak percaya sama Yuna?”Bella mungkin masih tidak bisa menaruh kepercayaan penuh kepada Brandon, tetapi dia sangat percaya kepada Yuna. Brandon bahkan berpikir andaikan yang hadir di tempat ini sekarang bukan dia, melainkan Yuna, semuanya pasti akan lebih cepat selesai. Bella pasti akan mengatakan semuanya dan berinisiatif meminta bantuan kepada Yuna.Jika dipikir-pikir, bicara soal karisma, Yuna memang lebih hebat dari Brandon. Yuna bisa membuat orang lain percaya dan mau bergantung kepadanya.“Kak Yuna ….”Benar saja, ketika mendengar nam
Meskipun Bella cukup berani dan memiliki pemikirannya sendiri, dia masih muda dan kurang memiliki pengalaman. Wajar jika dia langsung panik ketika melihat video itu. Ditambah lagi memang beberapa hari terakhir ini ayahnya menghilang tanpa kabar. Bisa dimengerti mengapa dia tidak mau langsung terus terang kepada Brandon.“Nggak akan,” jawab Brandon. “Kalau mereka dari awal berniat menyakiti papamu, mereka bisa langsung saja, untuk apa sampai mengirim video dan ngasih ancaman segala. Yang mereka lakukan itu paling-paling cuma untuk mengulur waktu.”Dalam tiga hari belum tentu mereka akan membebaskan Edgar, tetapi setidaknya permintaan mereka untuk tidak lapor polisi dalam tiga hari ini tidak main-main. Jika memang demikian, justru mereka juga ingin menutupi kabar tentang hilangnya Edgar.“Jadi sekarang kita harus gimana sebaiknya?” tanya Bella. Dari kemarin malam hingga sekarang dia panik dan tidak berani memberi tahu siapa pun. Dia hanya memendamnya seorang diri tanpa ada orang yang bis
Brandon mengantar Bella pulang ke rumahnya dan berpesan kepadanya untuk tidak perlu terlalu banyak berpikir, cukup jalani saja kesehariannya seperti biasa dan segera mengabarinya jika ada orang yang menghubunginya lagi.Brandon bisa melihat Bella mengerutkan keningnya meski di mulut dia berkata ya. Maka itu Brandon pun tidak banyak bicara lagi, terlalu banyak menasihati juga tidak ada gunanya karena Bella sebenarnya juga tahu, hanya saja ketika dihadapkan dengan situasi langsung, tidak semudah yang dikatakan. Tugas Brandon sekarang bertambah satu lagi, tidak hanya harus mencari Yuna, sekarang dia juga harus mencari di mana Edgar berada. ***Ketika Yuna sadar, dia sudah tidak lagi merasakan guncangan kendaraan, yang berarti dia sudah sampai di tempat tujuan. Setelah tertidur sejenak, Yuna mengingat kembali apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Dia ingat naik ke mobil bersama dengan Ricky, matanya ditutup, lalu … dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.Sebelum pingsan, Yuna mencium a