“Dewa atau bukan aku nggak peduli, tapi karena kamu sudah ada di sini, kamu harus menunjukkan kontribusi. Atau ….”“Atau kamu bakal menggunakan keluarga untuk mengancamku? Apa kamu nggak punya cara lain selain itu? Di luar sana kalian boleh saja bersiap sombong, tapi di sini bukanlah tempat di mana kalian bisa berbuat sesuka hati.”“Memangnya kenapa? Toh semuanya sudah berada di dalam kendaliku! Seisi gedung ini, semua orang yang ada di sini, sebentar lagi akan jadi pengikut setiaku!”Melihat sikap dan tawanya yang gila itu membuat Yuna tidak sabar ingin menendangnya keluar melalui kaca hingga terjatuh ke bawah, dan mengakhiri semua kegilaan ini. Namun Yuna tidak bisa karena dia harus mencari akar dari semua eksperimen ini. Sampai sekarang Yuna masih belum mendapatkan apa-apa terkait R10 yang mereka bicarakan.Menarik napas panjang untuk menenangkan diri, Yuna berkata, “Oh ya? Belum tentu karena eksperimennya masih belum berhasil. Kalau aku saja nggak bisa, bukankah berarti usaha kalia
Seiring dengan ucapan Yuna, bola mata pria itu bergerak makin cepat ke kiri dan ke kanan. Entah apa yang dia pikirkan, tetapi dadanya berdebar sangat cepat dan justru malah terlihat lucu dengan tubuhnya yang kerdil itu.“Ya, aku mau berhasil, makanya sebelum itu terwujud, aku nggak akan mati. Tapi … kalau kamu nggak menurut perintahku, maka kita semua akan mati!”Setelah tertawa sesaat, dia kembali ke kursinya dan duduk dengan satu kaki terangkat. Dia menyesap tehnya perlahan dan berkata, “Sudah, nggak perlu banyak omong kosong. Aku tahu kamu sudah ngobrol banyak sama Shane, tapi kusarankan jangan berpikir yang macam-macam. Kalian berdua nggak akan bisa menang melawan kami.”“Kalian?”“Kenapa, kaget? Bukannya dari awal kamu sudah tahu kalau kami ini satu organisasi yang besar, bukan cuma satu orang saja. Yuna, cepat kasih tahu aku, gimana perkembangannya?”Kedua tangan bertopang di dagu, tubuh sedikit mengarah ke depan dan lengan bersandar di atas meja. Tatapan matanya yang semula suda
Suara sepatu hak tinggi yang nyaring dan rambut ikal yang bergoyang mengikuti pergerakan tubuh, serta riasan mata yang begitu mencolok membuatnya sangat mudah untuk dikenali.“Rainie? Ternyata benar itu kamu!” seru Yuna.Sejak pertemuan mereka di lab tempo hari, Yuna sudah menyadarinya. Bentuk tubuh, nada bicara, dan gelagatnya yang khas benar-benar mirip dengan Rainie. Dan juga sejak awal Yuna sudah curiga bahwa Rainie belum mati. Pertemuan mereka di sini membuktikan bahwa dugaan Yuna selama ini benar. Shane juga menatap Rainie dengan sangat fokus hingga keningnya mengerut.“Sudah pasti aku, siapa lagi,” balas Rainie dengan nadanya yang angkuh seperti biasa. “Aku punya visi yang sama dengan Bos. Sebelum eksperimen ini selesai, aku mana mungkin mati?”“Jadi mayat itu ….”“Aku cari mayat pengganti. Nggak susah, kok, bagiku untuk memanipulasi hasil tes DNA,” kata Rainie dengan santainya seolah itu urusan orang lain, bukan dia sendiri yang terlibat langsung.“Kamu merasa pintar berhasil m
Tentu saja Shane tidak merasa sedih hanya karena itu, tetapi selama ini dia pikir bosnya tidak pernah percaya kepada siapa pun. Namun faktanya, dia memercayakan sandi brankas kepada Rainie.Dari dalam brankas tersebut Rainie mengambil sebuah file berwarna cokelat, dan seketika berbalik, mata Yuna yang tajam melihat di dalam masih ada sebuah stoples kecil.“Kalian nggak ngintip sandinya, ‘kan?” ujar Rainie bergurau seraya memegang file tersebut.“Kamu tutupi begitu, siapa yang bisa lihat,” sahut Shane. Lagi pula semua ruangan di lab di sandinya setiap hari diganti. Bisa jadi sandi brankas tadi juga diganti setiap hari.”“Yup! Kamu benar! Sandinya memang diganti setiap hari,” jawab Rainie. “Jadi nggak usah buang-buang tenaga dan pikiran untuk cari tahu sandinya. Sekarang kita semua senasib. Kalau eksperimennya berhasil, kita juga yang sama-sama mendapat keuntungan!”Yuna melihat Rainie masih tidak juga memberikan file itu kepadanya. Dia sendiri juga tidak berniat untuk berinisiatif menga
“Tapi, aku punya satu permintaan!”“Bilang saja.”“Setelah lima hari, begitu hasil dari eksperimennya sudah kuberikan, aku mau pergi dari sini.”“Nggak bisa!” tolak pria pendek itu dengan tegas tanpa pikir panjang. “Aku bisa tahu dari mana apa yang kamu kasih itu benar-benar berhasil atau gagal? Semuanya baru bisa ditentukan setelah tahu hasil akhirnya.”“Hasil akhir apaan? Gimana kamu menentukannya?”“.…”Pria pendek itu cukup cerdas untuk menyadari kalau Yuna sedang memutar balik ucapannya sendiri. Karena itu dia langsung diam selama beberapa detik, lalu dia tertawa dan berkata, “Yuna, kamu ini pintar juga, ya. Hampir saja aku terjebak. Tenang saja, apa yang kamu mau tahu pasti akan kamu ketahui, tapi sekarang belum waktunya. Setiap dari kalian punya tugas masing-masing termasuk aku! Karena itu, jangan berpikir yang macam-macam. Cukup kerjakan tugas kalian masing-masing, dengan begitu organisasi nggak akan menyia-nyiakan kontribusi kalian. Tapi tentu saja, organisasi juga nggak akan
Pria pendek itu sedikit menjauh dengan perasaan jijik dan meraba topengnya sendiri. Lalu dia mengulurkan tangan mendorong wajah Shane mundur dan berkata, “Berpikir lebih jauh lah sedikit, jangan setiap hari mikirnya cuma anak kamu saja. Jujur saja, ya, Shane, kamu bikin aku merasa sia-sia mengajak kamu kerja sama. Kamu sedikit pun nggak membantu!”“Kalau begitu cepat bebaskan anakku!” seru Shane. Menahan tekanan untuk waktu yang begitu lama membuat Shane sudah di ambang kesabarannya dan tidak bisa lagi menahan diri.“Ya, itu pasti, kamu tenang saja! Tapi bukan sekarang waktunya. Dan juga apa aku ada bilang gimana kabar anak kamu? Cuma seorang anak kecil saja kamu pikir bisa apa? Jangan terlalu memandang tinggi dirimu sendiri. Yuna, kamu juga jangan terburu-buru menyelaku dulu. Aku tahu kamu dan keluarga Setiawan itu pintar. Nggak cuma kekayaan materi saja yang kalian punya, tapi juga keturunan dari keluarga bela diri kuno.tapi sayang itu semua nggak berarti apa-apa di tempat ini. Seheb
Shane sontak menolehkan kepalanya dan menatap Yuna dengan heran. Selama ini Shane selalu menuruti apa pun syarat yang bosnya berikan tanpa melawan karena nyawa Nathan masih berada di tangannya. Shane hanya bisa terima nasib terus menerus diancam dan tidak pernah meminta apa pun yang berlebihan. Hal paling jauh yang pernah Shane lakukan terhadap bosnya hanya sebatas membentak seperti yang dia lakukan tadi, dia tidak berani berbuat lebih jauh dari itu karena dia tahu hanya sampai sejauh mana hubungan dia dengan bosnya. Namun Yuna, bisa berdiri di sini bahkan dengan tubuhnya yang sedang hamil menuntut haknya tanpa ada rasa takut sedikit pun.“Apa kamu nggak takut ….”“Nggak! Aku terlahir ke dunia ini cepat atau lambat juga pasti akan mati. Keluarga, teman, suami, dan anakku … aku memang ingin melindungi mereka, tapi itu bukan sesuatu yang bisa aku lakukan sendirian. Aku percaya suamiku pasti bisa. Kalau suatu hari aku dan dia gagal meski sudah berusaha semaksimal mungkin, nggak ada lagi y
“Bohong! Kamu pembohong! Bahkan kamu juga masih punya sesuatu yang kamu peduli, apalagi Yuna! Nggak … ini nggak mungkin terjadi. Dia pasti akan menyesal!”Pria pendek itu sudah sering kali mengamuk dan melakukan hal-hal gila yang di luar akal sehat, tetapi kali ini lebih parah lagi. Dia benar-benar dibuat marah sejadi-jadinya, dan kali ini bukan karena kekurangan fisik ataupun suaranya, melainkan karena sesuatu yang ada jauh di lubuk hatinya.Ya, selama ini dia selalu merasa superior meski memiliki banyak kekurangan fisik berkat kepintaran yang dia miliki. Dengan caranya sendiri, dia bisa terus menanjak sampai ke posisi dia saat ini dan berhasil memegang kuasa atas nyawa orang lain dengan tangannya. Akan tetapi hari ini, kata-kata Yuna berhasil membuka titik lemahnya. Tanpa ada bantuan orang yang berada di belakang layar, dia bukanlah siapa-siapa.Perkataan itu mengenai tetap sasaran ke titik terlemah, membuat dia mau tidak mau harus menghadapi kenyataan yang pahit. Tidak. Tidak seharu
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta