Susan membuka pintu ruangan tersebut dengan hati yang berdebar, tetapi begitu pintu terbuka, dia mendapati ternyata ruangan itu kosong melompong, tidak ada orang satu pun di dalam sana.Spontan dia terkejut dan mengitari ruangan itu. Setelah memastikan bahwa tidak ada jalan rahasia atau semacamnya, dia langsung membuka ponselnya dan mengirimkan pesan, “Aku sudah sampai, kamu di mana?”Dengan cepat dia membalas, “Di atas meja ada tas, buka tasnya.”Susan mencari tas itu dan benar saja, di pojokan terdapat sebuah meja dan tas berwarna hitam. Dia membuka tasnya dan melihat di dalam ada plastik yang berisikan dua botol kecil. Entah apa isi botol itu, tetapi ketika Susan baru mau membuka, ponsenya berbunyi.“Jangan buka isinya. Bawa pulang, simpan yang benar. Jangan sampai ada orang lain yang tahu.”Untung saja Susan masih belum membuka isi botol itu, tetapi harus diakui dia sangat penasaran. Selagi dia berusaha melawan rasa penasaran untuk tidak membuka botol tersebut, lagi-lagi dia mendap
“Rainie” mengatakan kepada Susan untuk tidak memberi tahu ayahnya, atau siapa pun. Sekarang Susan selalu menuruti apa pun yang anaknya katakan, selama itu bisa membuat dia kembali ke sisinya. Maka berdasarkan instruksi yang diberikan, Susan datang ke tempat itu dengan pikiran awal mengira dia akhirnya bisa bertemu Rainie, tetapi kenyataannya tidak. Di sini tidak ada seorang pun, yang ada hanya sebuah tas saja.Di tengah kekecewaannya itu, ponsel Susan berdering mendapat sebuah pesan yang tertulis, “Simpan barangnya, tunggu aku pulang.”Cukup dengan kata-kata yang singkat itu memberikan Susan energi yang tidak terbatas jumlahnya.“Tunggu aku pulang,” katanya. Itu Rainie, sudah pasti itu adalah Rainie!Saking girangnya Susan, dia memegang ponselnya dengan erat dan menaruh di dekat dadanya seolah ponsel itu adalah benda kesayangannya.Di saat itu pula datang lagi pesan kedua, “Aku sudah pesan tempat ini selama empat jam. Kamu bisa istirahat sebentar baru pergi supaya orang nggak curiga. S
“Dewa atau bukan aku nggak peduli, tapi karena kamu sudah ada di sini, kamu harus menunjukkan kontribusi. Atau ….”“Atau kamu bakal menggunakan keluarga untuk mengancamku? Apa kamu nggak punya cara lain selain itu? Di luar sana kalian boleh saja bersiap sombong, tapi di sini bukanlah tempat di mana kalian bisa berbuat sesuka hati.”“Memangnya kenapa? Toh semuanya sudah berada di dalam kendaliku! Seisi gedung ini, semua orang yang ada di sini, sebentar lagi akan jadi pengikut setiaku!”Melihat sikap dan tawanya yang gila itu membuat Yuna tidak sabar ingin menendangnya keluar melalui kaca hingga terjatuh ke bawah, dan mengakhiri semua kegilaan ini. Namun Yuna tidak bisa karena dia harus mencari akar dari semua eksperimen ini. Sampai sekarang Yuna masih belum mendapatkan apa-apa terkait R10 yang mereka bicarakan.Menarik napas panjang untuk menenangkan diri, Yuna berkata, “Oh ya? Belum tentu karena eksperimennya masih belum berhasil. Kalau aku saja nggak bisa, bukankah berarti usaha kalia
Seiring dengan ucapan Yuna, bola mata pria itu bergerak makin cepat ke kiri dan ke kanan. Entah apa yang dia pikirkan, tetapi dadanya berdebar sangat cepat dan justru malah terlihat lucu dengan tubuhnya yang kerdil itu.“Ya, aku mau berhasil, makanya sebelum itu terwujud, aku nggak akan mati. Tapi … kalau kamu nggak menurut perintahku, maka kita semua akan mati!”Setelah tertawa sesaat, dia kembali ke kursinya dan duduk dengan satu kaki terangkat. Dia menyesap tehnya perlahan dan berkata, “Sudah, nggak perlu banyak omong kosong. Aku tahu kamu sudah ngobrol banyak sama Shane, tapi kusarankan jangan berpikir yang macam-macam. Kalian berdua nggak akan bisa menang melawan kami.”“Kalian?”“Kenapa, kaget? Bukannya dari awal kamu sudah tahu kalau kami ini satu organisasi yang besar, bukan cuma satu orang saja. Yuna, cepat kasih tahu aku, gimana perkembangannya?”Kedua tangan bertopang di dagu, tubuh sedikit mengarah ke depan dan lengan bersandar di atas meja. Tatapan matanya yang semula suda
Suara sepatu hak tinggi yang nyaring dan rambut ikal yang bergoyang mengikuti pergerakan tubuh, serta riasan mata yang begitu mencolok membuatnya sangat mudah untuk dikenali.“Rainie? Ternyata benar itu kamu!” seru Yuna.Sejak pertemuan mereka di lab tempo hari, Yuna sudah menyadarinya. Bentuk tubuh, nada bicara, dan gelagatnya yang khas benar-benar mirip dengan Rainie. Dan juga sejak awal Yuna sudah curiga bahwa Rainie belum mati. Pertemuan mereka di sini membuktikan bahwa dugaan Yuna selama ini benar. Shane juga menatap Rainie dengan sangat fokus hingga keningnya mengerut.“Sudah pasti aku, siapa lagi,” balas Rainie dengan nadanya yang angkuh seperti biasa. “Aku punya visi yang sama dengan Bos. Sebelum eksperimen ini selesai, aku mana mungkin mati?”“Jadi mayat itu ….”“Aku cari mayat pengganti. Nggak susah, kok, bagiku untuk memanipulasi hasil tes DNA,” kata Rainie dengan santainya seolah itu urusan orang lain, bukan dia sendiri yang terlibat langsung.“Kamu merasa pintar berhasil m
Tentu saja Shane tidak merasa sedih hanya karena itu, tetapi selama ini dia pikir bosnya tidak pernah percaya kepada siapa pun. Namun faktanya, dia memercayakan sandi brankas kepada Rainie.Dari dalam brankas tersebut Rainie mengambil sebuah file berwarna cokelat, dan seketika berbalik, mata Yuna yang tajam melihat di dalam masih ada sebuah stoples kecil.“Kalian nggak ngintip sandinya, ‘kan?” ujar Rainie bergurau seraya memegang file tersebut.“Kamu tutupi begitu, siapa yang bisa lihat,” sahut Shane. Lagi pula semua ruangan di lab di sandinya setiap hari diganti. Bisa jadi sandi brankas tadi juga diganti setiap hari.”“Yup! Kamu benar! Sandinya memang diganti setiap hari,” jawab Rainie. “Jadi nggak usah buang-buang tenaga dan pikiran untuk cari tahu sandinya. Sekarang kita semua senasib. Kalau eksperimennya berhasil, kita juga yang sama-sama mendapat keuntungan!”Yuna melihat Rainie masih tidak juga memberikan file itu kepadanya. Dia sendiri juga tidak berniat untuk berinisiatif menga
“Tapi, aku punya satu permintaan!”“Bilang saja.”“Setelah lima hari, begitu hasil dari eksperimennya sudah kuberikan, aku mau pergi dari sini.”“Nggak bisa!” tolak pria pendek itu dengan tegas tanpa pikir panjang. “Aku bisa tahu dari mana apa yang kamu kasih itu benar-benar berhasil atau gagal? Semuanya baru bisa ditentukan setelah tahu hasil akhirnya.”“Hasil akhir apaan? Gimana kamu menentukannya?”“.…”Pria pendek itu cukup cerdas untuk menyadari kalau Yuna sedang memutar balik ucapannya sendiri. Karena itu dia langsung diam selama beberapa detik, lalu dia tertawa dan berkata, “Yuna, kamu ini pintar juga, ya. Hampir saja aku terjebak. Tenang saja, apa yang kamu mau tahu pasti akan kamu ketahui, tapi sekarang belum waktunya. Setiap dari kalian punya tugas masing-masing termasuk aku! Karena itu, jangan berpikir yang macam-macam. Cukup kerjakan tugas kalian masing-masing, dengan begitu organisasi nggak akan menyia-nyiakan kontribusi kalian. Tapi tentu saja, organisasi juga nggak akan
Pria pendek itu sedikit menjauh dengan perasaan jijik dan meraba topengnya sendiri. Lalu dia mengulurkan tangan mendorong wajah Shane mundur dan berkata, “Berpikir lebih jauh lah sedikit, jangan setiap hari mikirnya cuma anak kamu saja. Jujur saja, ya, Shane, kamu bikin aku merasa sia-sia mengajak kamu kerja sama. Kamu sedikit pun nggak membantu!”“Kalau begitu cepat bebaskan anakku!” seru Shane. Menahan tekanan untuk waktu yang begitu lama membuat Shane sudah di ambang kesabarannya dan tidak bisa lagi menahan diri.“Ya, itu pasti, kamu tenang saja! Tapi bukan sekarang waktunya. Dan juga apa aku ada bilang gimana kabar anak kamu? Cuma seorang anak kecil saja kamu pikir bisa apa? Jangan terlalu memandang tinggi dirimu sendiri. Yuna, kamu juga jangan terburu-buru menyelaku dulu. Aku tahu kamu dan keluarga Setiawan itu pintar. Nggak cuma kekayaan materi saja yang kalian punya, tapi juga keturunan dari keluarga bela diri kuno.tapi sayang itu semua nggak berarti apa-apa di tempat ini. Seheb
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki