Shane hanya mengangkat bahunya, yang secara tidak langsung mengatakan kalau dia sendiri juga tidak tahu tanaman apa itu. Sebenarnya kalau bukan karena Yuna, Shane tidak akan terlibat secara langsung dengan eksperimen ini. Dia sudah sering datang kemari, tetapi sebagian besar waktu dia habiskan hanya untuk mengawasi proses eksperimen. Dia tidak pernah tahu benda apa yang sebenarnya mereka teliti, dan bagaimana prosesnya.Mungkin karena Shane dianggap sebagai orang luar, pria pendek yang disebut “Bos” itu juga tidak terlalu peduli padanya. Ditambah lagi Shane berada di bawah ancamannya, sehingga dia tidak merasa khawatir. Selain itu, mereka juga masih membutuhkan bantuan dana dari Shane . karena alasan itulah Shane diizinkan untuk masuk ke sini, tetapi jika ditanya apa saja yang dikerjakan di sini, Shane tidak akan tahu.Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Yuna langsung maju untuk melihat lebih dekat tanaman raksasa yang tersimpan di balik kaca itu. Saat Yuna mengulurkan tangannya ….
Tanpa pikir panjang, Yuna mulai membaca setiap lembaran data yang ada di tangannya itu dengan saksama, dan di situ dia menemukan adanya masalah yang sama dengan eksperimen yang dulu pernah dia jalani di lab lamanya.Pada saat itu Yuna ingin mengerahkan semua khasiat obatnya, sehingga otomatis aroma dari parfum akan tertutup. Dan apabila ingin lebih menonjolkan aroma parfum, sebaliknya, khasiat obatnya yang harus kompromi. Mustahil Yuna bisa mendapatkan efek dari keduanya secara maksimal di waktu yang bersamaan.Masalah utama dari eksperimen ini adalah untuk mendapatkan kesempurnaan di kedua aspek. Dari dulu Yuna tidak mengerti mengapa mereka bersikeras ingin mendapatkan hasil yang sempurna. Di dunia, mendapatkan sesuatu yang tidak sempurna adalah hal normal, dan sudah sepantasnya setiap orang menerima itu.Khususnya di tahap awal penelitian yang bertujuan untuk meredakan penyakit dan mengurangi rasa sakit pasien, tidak ada salahnya membuat aroma parfum sedikit berkurang. Setidaknya itu
Bahkan tanpa bertatap muka sekalipun, aura kebencian yang keluar dari orang itu bisa Shane rasakan dengan sangat jelas. Shane melegakan tenggorokannya dan berkata dengan nada selayaknya seorang atasan, “Berkas ini sudah lengkap semua?”“Kan semuanya sudah kutaruh di sini!” jawab orang itu dengan ketus.“..., Yuna bilang ini masih belum lengkap. Coba carikan bagian yang kurang. Kita semua paham betapa pentingnya eksperimen ini. Sekarang Yuna sudah datang dan mengambil alih sepenuhnya, jadi carikan semua data yang masih tertinggal dan susun yang rapi.”Orang itu hanya menatap Shane sekilas dan mengalihkan pandangannya ke arah Yuna, dan dia pun berkata, “Semuanya sudah lengkap. Kalau dia masih nggak ngerti, salahnya dia.”“Kamu ….”Seketika itu Yuna langsung memotong perdebatan mereka, “Kalau memang datanya sudah lengkap, apa aku boleh tahu apa alasannya eksperimen kalian masih belum berhasil? Catatan tahap yang paling penting saja kalian nggak punya. Sudah berkali-kali gagal dan nggak ad
Namun demikian, selain bos mereka dan juga orang yang berada di hierarki paling atas organisasi ini, tidak ada seorang pun yang tahu identitas satu sama lain, termasuk Shane dan Rainie juga.Shane merasakan firasat buruk ketika mengamati orang itu hanya menatap Yuna dengan sikap yang agresif. Shane tidak bisa menerka seperti apa ekspresi wajah ataupun gerak-gerik tubuhnya. Namun situasi yang tegang seperti ini bukanlah hal yang baik, maka itu dia langsung berusaha untuk mencairkan suasana, “Yuna bukan menyuruh kamu, tapi ini permintaan dari Bos. Bos yang bilang Yuna bisa pakai apa pun yang ada di lab ini, jadi kalau dia suruh taruh, kamu harus taruh.”“Atas dasar apa aku harus menuruti kemauan dia? Ini hasil eksperimenku sendiri. Kalau memang dia sehebat itu, suruh dia kerjakan sendiri saja. Bukannya tadi dia sendiri yang bilang bisa berhasil tanpa perlu data dari kami semua?”“Kalau data itu milik lab ini, berarti aku bisa pakai,” balas Yuna. “Kenapa, kamu takut?“Nggak ada gunanya me
Suasana di dalam kantor terasa begitu sunyi senyap, bahkan terasa seperti tidak ada orang di dalam. Seorang wanita yang berdiri di sana mengepalkan satu tangan di depan dadanya dengan kening yang mengerut. Dia tidak berbicara sepatah kata pun dan hanya diam saja di depan orang yang berdiri di hadapannya. Tatapan tajam yang terpancar dari bali topeng menatap lurus ke arah wanita itu seakan tatapan matanya membuat wanita itu terpaku ke tembok.“Bos ….”Sesaat ketika wanita itu berbicara, ucapannya disela oleh suara pecahan gelas yang terjatuh tepat di depan matanya. Pecahan beling yang mental ke mana-mana beberapa menusuk punggung kakinya, tetapi untungnya dia mengenakan sepatu sehingga lukanya tidak parah. Wanita itu hanya bisa terdiam mematung, tidak bersembunyi ataupun berlari, menerima nasibnya menjadi target pelampiasan emosi.“Aku sudah kasih kamu banyak kebebasan, tapi kamu malah menyalahgunakannya! Kamu bahkan sudah nggak mau menuruti kata-kataku lagi, ‘kan, Rainie?”Dengan kepal
Rainie mengepalkan tangannya dengan erat, lalu kemudian melepaskan dan mengulurkannya. Pria pendek itu sempat ragu sesaat ketika dia melihat sebuah botol transparan kecil yang ada di telapak tangan Rainie. Rainie hanya diam saja dan membiarkan tangannya terus terulur sembari melihatnya dengan mulut setengah terkatup.Pria pendek itu tidak jadi mengambil botol tersebut dari Rainie. Dia menyilangkan kedua lengan di depan dadanya dan menatap Rainie seraya berseru, “Buka botolnya!”Tubuhnya yang dari awal memang sudah kerdil jadi terlihat makin kecil saat dia menyilangkan lengannya. Alih-alih terlihat berwibawa atau mengintimidasi, dia malah terlihat konyol. Rainie tidak merasa keberatan dengan perintah bosnya dan langsung membuka tutup botol itu. Seketika tutup botol terbuka, udara di sekitar langsung dipenuhi dengan aroma manis yang samar.Pria pendek itu langsung mengeluarkan sapu tangan dari saku celana untuk menutupi hidungnya, lalu dia berkata, “Siapa yang suruh kamu buka dekat-dekat
“Tok tok tok!”Di saat itu mereka mendengar suara pintu diketuk. Spontan mereka pun saling menatap satu sama lain, dan si bos berkata, “Keluar dari belakang, cepat!”Namun saat Rainie baru saja berjalan melewatinya, dia mendengar bosnya berkata sembari menunjuk ke mejanya, “Tunggu! Taruh barangnya di sini!”Untuk sesaat itu Rainie sempat diterpa keraguan, tetapi dia tetap menuruti perintah bosnya dan menaruh botol transparan yang dia bawa di mejanya, kemudian langsung pergi secepat mungkin. Bosnya memiliki sifat yang aneh dan sulit untuk ditebak, tetapi dengan fisiknya yang kecil itu, dia mudah untuk ditaklukkan. Namun demikian, baik Rainie atau Shane tidak melakukan itu. Alasannya jelas bukan karena takut padanya, melainkan takut pada organisasi yang ada di belakangnya. Bos mereka ini tidak hanya seorang saja, di belakangnya masih ada orang lain yang jauh lebih mengerikan lagi.Bagi Rainie, yang dia inginkan hanyalah membuat karya yang bisa mengguncang dunia. Paling tidak tujuannya it
Shane menyipitkan matanya mengamati botol kecil yang ada di tangan bosnya, “Itu ….”“Hmm?”“Ehem … Yuna bilang barang itu produk gagal.”“Aku tahu.”Cairan yang ada di dalam botol itu berguncang seiring dia memutar-mutarnya. Cairan transparan yang bergoyang-goyang di dalam botol terlihat begitu tidak stabil, sama seperti emosinya yang mudah berubah-ubah dan sulit ditebak.“Jadi ….”Pria pendek itu terkekeh, mengeluarkan suara yang terdengar seperti besi yang digesekkan ke dinding. “Kamu mau tanya kenapa aku masih menyimpan produk gagal ini, ‘kan?”“Iya.”“Karena aku nggak percaya sama Yuna,” tuturnya seraya melayangkan tatapan yang sangat tajam, seolah bisa melihat semua yang terjadi dengan jelas. Bahkan Shane yang sudah melalui banyak pengalaman pahit selama hidupnya saja masih tetap ketakutan dibuatnya.Pria pendek ini sungguh licik bagaikan seekor rubah tua yang sudah hidup terlalu lama di gunung. Setelah sekian lama bekerja di bawahnya, Shane menyadari bosnya ini sangat egois dan t
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi