“Kamu merasa itu lucu?” tanya Yuna serius.“Memangnya nggak? Zaman sekarang ini teknologi sudah maju pesat. Ada banyak senjata dengan teknologi canggih. Mereka pikir cuma dengan mengendalikan pikiran orang lain sudah cukup untuk menguasai dunia? Di dunia ini ada begitu banyak manusia, bayangkan berapa banyak obat yang harus mereka buat, apalagi memangnya mereka bisa menjamin semua orang akan memakan obatnya? Kurasa tujuan mereka itu cuma mimpi kosong.”Brandon sungguh tak habis pikir orang macam mana yang mempunyai ambisi sekonyol itu. Walau demikian, Yuna tidak sependapat dengannya.“Belum tentu. Kurasa bisa-bisa saja. Kalau mau menguasai dunia atau mengendalikan pikiran orang lain, nggak harus membuat mereka memakan obatnya untuk bikin mereka patuh. Jika mereka memang mau menguasai dunia, atau cuma sekadar beberapa negara, mereka cukup mengendalikan pikiran sebagian orang saja sudah cukup.”Mendengar penjelasan itu, Brandon menyipitkan matanya dan berkata, “Maksudmu ….”Pembicaraan b
“Mungkin aku tahu apa yang mereka lakukan!” kata Yuna seraya menarik ujung baju Brandon untuk berdiri. Namun entah karena gerakannya yang mendadak, atau karena kelelahan, atau mungkin juga karena fluktuasi emosi yang terlalu cepat, tiba-tiba Yuna merasa perutnya sakit seperti ditarik.“Ugh ….”“Kamu kenapa? Perutnya sakit?”Yuna menahan rasa sakitnya sambil menarik ujung baju Brandon, dan satu tangannya lagi memegangi perutnya, kemudian dia perlahan-lahan duduk di kursi. Setelah didiamkan beberapa saat, sakitnya sudah tidak begitu terasa lagi.“Ayo kuantar ke rumah sakit!” kata Brandon. Dia yang biasanya bersikap tenang jadi panik ketika melihat Yuna kesakitan. Sewaktu Yuna melahirkan Kenzi, prosesnya berjalan cukup lancar. Walau begitu, Brandon tetap tidak tega ketika mengingat wajah Yuna sampai pucat dan lemas tak bertenaga sewaktu baru saja melahirkan. Semua ingatan itu terlintas di kepalanya. Bahkan ketika baru melahirkan, dokter sempat berpesan bahwa kemungkinan bahaya akan tetap
Mobil yang mereka naiki dengan cepat tiba di rumah sakit dan Yuna langsung melakukan serangkaian pemeriksaan karena sebelumnya Brandon sudah mengabari akan datang. Bahkan dari pemeriksaannya saja Yuna sudah merasa ini sangat berlebihan. Dia menjalani semua pemeriksaan, termasuk yang tidak berkaitan dengan kehamilan. Ketika semuanya selesai, tak terasa hari sudah siang.“Dilihat dari hasilnya, nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang penting istirahat yang cukup karena kondisi fisiknya agak lemah,” kata dokter. “Masih ada beberapa pemeriksaan yang hasilnya belum keluar, tapi seharusnya nggak ada masalah serius.”Brandon pun lega setelah mendengar apa kata dokter, sedangkan Yuna hanya bisa tertawa melihat kelakuan Brandon yang seperti baru saja lolos dari maut.“Sudah kubilang nggak apa-apa, ‘kan.”“Iya, syukurlah. Tapi kamu juga dengar, ‘kan, tadi? Kamu kurang istirahat. Akhir-akhir ini kamu terlalu sibuk, makanya kamu harus lebih banyak istirahat. Tetap saja badan kamu yang paling pent
“Serius?” tanya Brandon.“Serius! Apa aku harus sampai bersumpah segala?”Melihat Brandon hanya diam saja tidak menanggapi, Yuna pun berkata, “Aku bersumpah begitu kita pulang nanti, kalau aku nggak beristirahat, aku bakal ….”“Sudah, sudah! Nggak perlu sampai sumpah segala!”“Jadi kamu percaya sama aku? Kamu nggak keberatan kalau kita pulang sekarang?”Yuna tahu Brandon pasti keberatan untuk pulang, dan Yuna sendiri juga tidak benar-benar akan bersumpah. Hanya saja jika tidak demikian, Brandon tidak akan menuruti kemauannya. Kalau sekarang Yuna harus berdiam diri di rumah sakit, apa bedanya dengan berada di penjara? Lagi pula dia tidak sedang sakit. Kalau dia harus berada di rumah sakit dan tidak bisa ke mana-mana, Yuna bisa mati bosan! Namun semua itu tidaklah penting. Yang penting saat ini adalah masih banyak hal yang harus Yuna kerjakan. Dia bisa saja bersantai sedikit agar tidak kelelahan, tapi dia tidak bisa jika harus lepas tangan sepenuhnya. Brandon juga bukannya tidak tahu aka
Yuna pikir sejak pertemuan terakhir mereka di restoran itu, mereka sudah bukan lagi teman dan tidak akan bertemu lagi. Namun siapa yang sangka bahwa Shane datang menemuinya secara langsung di sini.“Shane. Ada perlu apa kamu datang kemari?” tanya Brandon.Brandon yang sedang menyusul Yuna melihat Shane datang dan langsung mempercepat langkahnya. Cara Brandon menyapa Shane terkesan sopan, tapi di balik itu tersirat ekspresi dingin yang terpancar dari wajahnya. Namun tentu saja Shane sudah mengantisipasi hal itu.“Aku tahu apa yang aku perbuat selama ini sudah membuat kalian kecewa. Aku nggak berharap pengampunan dari kalian, tapi … kedatanganku hari ini karena ada hal penting yang perlu aku sampaikan ke kalian.”“Mau menyampaikan hal penting atau mau menjebak kami lagi? Shane, kamu dan Brandon adalah teman lama yang sudah bekerja bersama selama bertahun-tahun. Apa kamu pikir Brandon segampang itu dibodohi? Atau kamu pikir aku masih akan percaya padamu?” kata Yuna.“Aku nggak berharap di
Brandon langsung melepaskan cengkeramannya seketika dia mendengar ucapan Shane barusan. Walau begitu, dia masih terus menatap Shane dengan kebencian dan sekali lagi bertanya, “Apa maksud dari omongan kamu tadi?”“Nathan diculik,” kata Yuna.Spontan Brandon langsung menoleh dan menatap Yuna keheranan. Dia terkejut mendengar kabar itu karena dia tidak tahu apa yang terjadi pada Shane dan Nathan selama ini. Dari dulu Shane tidak pernah mengatakan apa-apa, jadi wajar saja jika Brandon tidak tahu. Belum lagi Brandon sibuk dengan pekerjaannya dan baru saja lolos dari maut, sehingga dia tidak terpikir untuk menanyakan kabar Shane.Sebagai orang yang menjadi korban langsung, reaksi Shane justru terlihat biasa saja. Dia menyunggingkan seulas senyum dan berkata, “Apa kita bisa ngobrol di tempat lain? Kayaknya di sini kurang pas.”Ya, apa yang akan mereka bicarakan memang tidak sepantasnya dibahas di tempat umum.“Boleh saja, tapi kami yang pilih tempatnya,” ujar Yuna menyela pembicaraan. Shane b
Biasanya dengan koneksi dan sumber daya yang mereka miliki, mencari seseorang bukanlah perkara sulit. Namun setiap hal pasti memiliki pengecualian. Apabila Nathan menawarkan sejumlah uang sebagai imbalan, pasti akan ada seseorang yang berhasil mendapatkan petunjuk, sekecil apa pun itu.“Nggak guna. Kalau aku nggak terdesak, apa kamu pikir aku sudi menuruti kemauan mereka segampang itu?”Berdasarkan pemahaman Brandon terhadap Shane selama ini, tentu saja dia tahu bahwa Shane bukan orang yang akan semudah itu tunduk kepada orang lain. Jika Shane adalah orang yang lemah, dia tidak mungkin bisa membangun bisnisnya sebesar sekarang, dan lebih tidak mungkin lagi dia menjadi partner bisnis Brandon. Saat ini Shane pasti sudah menggunakan berbagai macam cara tapi tidak berhasil.Yuna ingin mengatakan sesuatu tapi dia menahan diri. Brandon menyadari hal itu dan menepuk tangannya seraya berkata, “Ngomong saja apa yang kamu pikirkan.”“... Shane, apa kamu pernah berpikir kalau Nathan sudah ….”Yun
Awal mengira hanya dengan membantu mereka, masalahnya akan cepat selesai dan Nathan pun bisa pulang dengan selamat. Akan tetapi, hari demi hari berlalu dengan harapan yang makin menipis. Mereka bertiga terdiam dan suasana di dalam ruangan itu jadi sunyi senyap.Yuna menyeruput teh yang ada di depannya, dan beberapa saat kemudian memecah keheningan dengan berkata, “Jadi, apa tujuan kamu kasih tahu ini ke kami? Apa kamu mau kami bantu mencari Nathan?”Sebenarnya Yuna dan Brandon sudah tahu dan pasti akan memberikan bantuan meski Shane tidak meminta. Karena seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Nathan tidak bersalah. Mereka berdua tentu tidak akan diam saja mengetahui Nathan sedang berada dalam bahaya, tapi apa tujuan Shane hari ini tiba-tiba mencari mereka? Sudah begitu lama Nathan menghilang, tapi dia tidak pernah meminta bantuan sebelumnya. Apakah Shane baru meminta bantuan karena sudah tidak sanggup lagi?“Itu cuma salah satunya. Sebenarnya masih ada satu hal penting lagi, terkait
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi