Fahrel yang dari tadi sibuk menyombongkan dirinya di telepon juga menyadari kehadiran Edgar. Dia pun segera mengakhiri pembicaraannya dan berlari ke arah Edgar seraya berkata, “Kebetulan Kak Edgar datang! Semuanya sudah hampir selesai, dan kulihat peralatannya juga sudah lengkap. Kita bisa langsung ….”Namun sebelum Fahrel selesai berbicara, dia didorong oleh Edgar. Edgar menatap Rainie dan membuka mulutnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan kembali menutup mulut.“Kak Edgar ….”Fahrel tampak kebingungan mengapa dia malah didorong oleh Edgar, padahal dia sudah melaporkan perkembangan proyek sesuai yang diminta. Dulu setiap kali Edgar meminta Fahrel untuk memberikan laporan lengkap tentang kemajuan proyek dan lainnya, Edgar selalu berpesan jangan sampai ada kesalahan sedikit pun. Oleh karena itu kali ini Fahrel berinisiatif untuk mempersiapkan semuanya dengan baik, tapi mengapa Edgar kali ini malah mengabaikannya?“Pa, Ma … aku mau ngobrol berdua saja sama Om Edgar sebentar,” kata R
“Dengan jabatan kamu yang sudah tinggi itu bahkan nggak bisa juga?”“Jabatanku memang cukup tinggi, tapi penanggung jawab untuk proyek itu bukan aku, jadi aku nggak bisa ikut-ikutan.”“Cih … kukira kamu lebih hebat dari itu, ternyata cuma segini saja.”Edgar tidak melawan ketika dihina oleh Rainie, justru dia malah terlihat merasa bersalah. Di satu sisi, Fahrel dan Susan yang sesekali mengintip dari kejauhan bertanya-tanya melihat sikap Edgar.Fahrel berkata, “Kira-kira Rainie pakai apa, ya? Sebelumnya aku nggak pernah lihat Kak Edgar sampai nurut begitu. Dulu waktu di depan kakakku pun, dia nggak kayak begini. Dia kelihatannya kayak ….”“Kayak anjing!” sahut Susan.“.…”Fahrel hanya memelototi Susan, tapi tidak menegurnya. Jujur saja, Fahrel pun dalam hati juga berpikir demikian.“Sebenarnya tadi aku sudah tanya Rainie, sebenarnya rahasia apa ….”“Terus dia jawab apa?” tanya Fahrel.“Dia bilang … rahasia itu mungkin bisa bikin kita gila, jadi dia tanya lagi apa aku masih mau tahu.”“H
Kemungkinan besar Setiawan Group sebentar lagi akan runtuh. Apabila proyek yang Fahrel kerjakan ini berhasil, tidak menutup kemungkinan dia yang akan naik daun dan menggantikan posisi Setiawan Group. ***Kedua mata Chermiko menatap lurus ke atas menatap lampu yang menempel di plafon. Sorot matanya tampak kosong, tubuhnya juga terlihat tak berjiwa seolah sudah tak bernyawa lagi. Namun dia masih bernapas. Chermiko tidak bisa mati. Tidak hanya itu, setiap beberapa saat tubuhnya merasakan kesakitan yang luar biasa sampai membuat dia membenturkan kepalanya ke segala sesuatu yang bisa dia hantam. Namun … sayangnya semua itu tidak ada gunanya.Chermiko tidak pernah berpikir suatu hari dia bisa berada di situasi seperti ini. Selama ini dia selalu dimanjakan. Selain Juan, tidak ada yang berani macam-macam dengannya. Namun sekarang … dia dikurung dan dijadikan bahan percobaan selayaknya seekor tikus. Suara pintu yang terbuka sudah menjadi sesuatu yang tidak lagi menyita perhatiannya. Baginya, s
Di saat itulah Chermiko menggerakkan bola matanya. Namun dia hanya melirik Shane sesaat dan kembali menatap plafon seakan tidak percaya dengan omongan Shane.Shane sudah menduga itu akan terjadi, maka dia pun tersenyum dan duduk di samping ranjang di mana Chermiko terbaring dan berkata sekali lagi, “Kamu pasti nggak percaya sama aku, ‘kan? Apa yang kamu lakukan itu benar, karena gimanapun juga, di dunia ini nggak ada orang yang bisa kita percaya. Kamu boleh saja nggak percaya dan menganggap aku penipu. Tapi kamu harus ingat, aku cuma bakal ngomong ini sekali saja. Percaya nggak percaya, itu terserah kamu. Besok kamu baal dipindahkan ke tempat lain. Kami sudah nggak pakai tempat ini lagi. Pusat penelitian kami bakal pindah ke tempat yang lebih besar dan aman. Jadi bagimu, mungkin besok adalah kesempatan terakhir untuk melarikan diri.”Chermiko terus menerus meyakinkan dirinya kalau Shane adalah seorang penipu. Chermiko sudah pernah ditipu olehnya, dan dia tidak akan tertipu lagi untuk k
“Sekarang kamu nggak mikir aku lagi menipu kamu?” tanya Shane seraya tersenyum samar.Chermiko tidak menjawab. Sebenarnya dia pun tidak yakin apakah Shane sedang berbohong atau memang sungguh berniat menolongnya. Namun … Chermiko masih menyimpan sedikit harapan. Sekecil apa pun harapan itu, dia tidak akan menyerah. Walaupun kemungkinan berhasilnya hanya satu banding seribu, dia akan tetap mencoba.“Andaikan, ya. Andaikan kamu berhasil kabur, kamu pasti … nggak akan mengampuni mereka, ‘kan?”“.…”Setelah mengatakan itu, Shane langsung pergi tanpa menunggu balasan dari Chermiko. Pintu kembali tertutup dan suasana kembali sunyi senyap. Akan tetapi Chermiko yang dari tadi terbarung seperti mayat hidup mulai bangkit seolah mendapatkan embusan napas baru. Untuk duduk saja Chermiko sudah sangat kesulitan, tapi karena kini ada keyakinan di hatinya, dia tetap berusaha. Dia menatap obat yang ada di telapak tangan dan mendekatkannya ke hidung. Dia masih cukup sensitif terhadap bau obat. Setelah
“Oh jelas ada! Tapi untuk sementara ini masih nggak dibuka.”“..., apa bedanya kamar VIP dengan kamar biasa yang ada di bawah?”“Kamu bisa lihat sendiri. Kalau ada yang kurang memuaskan, boleh didiskusikan. Aku masih ada kerjaan lain, jadi Brandon kuserahkan ke kamu dulu. Terkait detail tentang kondisinya sekarang ini, kita bicarakan lagi nanti.”Setibanya Yuna di kamar VIP, dia melihat langsung betapa jauhnya perbedaan fasilitas yang disediakan dibandingkan dengan kamar biasa. Kamar biasa yang ada di bawah hanya kamar berukuran kecil, termasuk kloset dan kamar mandi yang hanya dipisahkan oleh sekat tipis. Bau di kamar biasa juga lebih pekat, sehingga terkadang ketika Yuna masuk, dia masih bisa mencium bau aneh meski sudah memakai masker. Namun itu semua berbeda dengan kamar VIP. Kamar VIP terasa seperti kamar hotel. Tidak hanya memiliki kamar mandi pribadi yang terpisah, di dalam juga dilengkapi dengan TV dan sofa. Kasurnya pun ditambahkan ekstra sehingga terasa lebih empuk.Sebelum m
Membicarakan hal itu membuat Yuna terisak. Dia bukanlah orang yang lemah, tapi hal ini membuatnya sangat sedih. Mungkin naluri seorang ibu yang membuat Yuna begitu memikirkan tentang Dora. Dia jadi ingin cepat-cepat menemukan obat untuk virus ini dan berharap bisa menemukan orang yang membuat virus ini agar dia bisa memukulinya.Peradaban manusia dan teknologi berkembang maju seperti sekarang harus digunakan untuk membuat kehidupan manusia makin sejahtera, bukannya malah membuat bencana hanya untuk memuaskan ambisi seseorang.“Minta anak itu untuk tinggal di lantai ini juga saja,” kata Brandon.“Eh? Kamu mau tukar kamar sama dia?”“Di lantai ini nggak cuma ada satu kamar VIP saja, ‘kan? Sekarang masih banyak yang kosong, kenapa nggak kasih saja satu untuk dia. Kalau perlu tambahan biaya, biar kita saja yang tanggung. Kalau misalkan mereka beralasan dia cuma rakyat biasa … bilang saja dia itu anakku. Bisa, ‘kan?”“Anakmu?”“Iya, kamu tadi bilang mamanya sudah meninggal dan nggak ada yan
Menyadari Yuna dari tadi terus menatapnya, Brandon tersenyum dan berkata, “Jangan lihat aku begitu. Jangan lupa, aku ini juga sering berurusan sama orang dari pemerintahan.”Ketika Brandon bilang begitu, Yuna baru ingat kalau itu memang benar.“Ada sesuatu yang mau aku omongin ….”“Tanya saja, kenapa harus sungkan sama aku?” Sebelum Yuna selesai berbicara, Brandon sudah bisa menangkap maksudnya.“Dari pemahaman kamu tentang kepribadian Edgar, menurut kamu dia itu orang yang sifatnya suka berubah-ubah, nggak?”“Justru sebaliknya, dia itu kalau sudah ngomong A, ya A. dia itu orangnya tegas banget. Memangnya kenapa?”Yuna tidak yakin karena dia hanya sebatas berkomunikasi melalui telepon dua kali. Hingga detik ini Yuna tidak bertemu langsung dengan Edgar dan hanya tahu sekilas melalui percakapannya dengan Bella.“Kamu nggak mungkin nanya ini tanpa alasan. Pasti terjadi sesuatu, ya?”“Iya, ini soal Bella.”“Dia kenapa?”Yuna pun menceritakan semua yang dia tahu dan berkata, “Bella itu buka
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta