“Iya, aku juga merasa jauh lebih enak,” angguk Brandon. “Terima kasih, ya, untuk perjuangan kamu selama ini.”Kata-kata yang sederhana, tapi mengandung ribuan kata-kata yang tersirat di dalamnya. Selama ini Brandon tidak bisa menjaga Yuna karena sedang sakit, dan malah menjadi beban baginya. Hal ini membuat Brandon dipenuhi dengan penyesalan, tapi di sisi lain dia jadi mengenal Yuna lebih dalam.Sebelumnya Brandon hanya menganggap Yuna sebagai pribadi yang kuat, mandiri, dan cerdas, dan percaya bahwa dirinya selalu bisa melindungi Yuna. Akan tetapi penyakit yang menimpanya ini membuat Brandon tersadar bahwa dirinya ternyata ada saat di mana dia juga bisa lemah, dan gantian Yuna yang melindunginya. Ini membuat Brandon sadar bahwa dia masih butuh orang lain untuk bersandar. Selama ini di antara mereka berdua tidak pernah ada satu pihak yang lebih lemah. Biasanya mereka sama kuat dan saling membantu satu sama lain.“Ngomong apa kamu ini!” tegur Yuna. Di saat gejolak emosinya sudah lebih s
Setelah apa yang terjadi, Yuna tidak banyak bicara lagi dan hanya menemani Brandon. ***Nasib Fahrel akhir-akhir ini sedang sangat mujur. Tender yang diadakan ulang hanyalah sebatas formalitas saja, karena sesungguhnya proyek itu sudah jatuh ke tangannya. Mereka yang dulu menjauhi, menagih utang, memutus kerja sama, kini satu per satu datang menjilat Fahrel. Bedanya kali ini Fahrel yang jual mahal ke mereka.“Waduh, bukannya nggak mau bantu, tapi aku lagi sibuk banget, nih. Kamu tahu sendiri proyek itu penting banget, aku benar-benar nggak ada waktu untuk yang lain! Iya, bukannya bermaksud memandang rendah … tapi waktu kamu nagih utang dariku, kamu nggak bilang begitu. Makanya sekarang aku lagi cari duit untuk bayar utangnya! Aku tahu bisnis kita semua lagi sama-sama susah. Ya, nggak?”Fahrel sengaja berbicara dengan sikap congkaknya dan mendengar mereka memohon-mohon kepadanya. Dia terus sesumbar dengan satu tangan berkacak pinggang. Bahkan Susan lama kelamaan mulai tidak tahan melih
“Nggak tahu! Ngapain tanya-tanya?!” balas Rainie dengan nada kesal.“Ma … Mama cuma iseng tanya saja!”Susan sudah banyak berkorban bahkan sampai harus keluar harta yang tidak sedikit jumlahnya untuk untuk meminta pertolongan Chermiko. Namun pada akhirnya ternyata Chermiko adalah dokter gadungan. Tentu saja Susan tidak rela dan ingin meminta balik semua yang telah dia keluarkan, tapi masalahnya Chermiko tidak bisa ditemukan.“Mama cuma mikir kalau dia ketemu, paling nggak kita bisa tagih balik yang yang keluar untuk bayar dia!” ujar Susan lirih karena takut akan membuat anaknya kesal. “Tapi bisa jadi dia ketahuan menipu sama orang lain dan Chermiko diculik.”Rainie yang sedang tidak fokus mendengar ucapan sang ibu hanya menjawab seadanya saja, “Iya, iya. Bisa jadi!”“Tapi yang kamu bilang tadi ada benarnya juga, peduli amat sama dia! Toh, keadaan keuangan keluarga kita bakal membaik. Oh iya, Rainie, rahasia yang kamu sama Om Edgar omongin itu apa, sih. Mama mau tahu, dong!”Susan sudah
Fahrel yang dari tadi sibuk menyombongkan dirinya di telepon juga menyadari kehadiran Edgar. Dia pun segera mengakhiri pembicaraannya dan berlari ke arah Edgar seraya berkata, “Kebetulan Kak Edgar datang! Semuanya sudah hampir selesai, dan kulihat peralatannya juga sudah lengkap. Kita bisa langsung ….”Namun sebelum Fahrel selesai berbicara, dia didorong oleh Edgar. Edgar menatap Rainie dan membuka mulutnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan kembali menutup mulut.“Kak Edgar ….”Fahrel tampak kebingungan mengapa dia malah didorong oleh Edgar, padahal dia sudah melaporkan perkembangan proyek sesuai yang diminta. Dulu setiap kali Edgar meminta Fahrel untuk memberikan laporan lengkap tentang kemajuan proyek dan lainnya, Edgar selalu berpesan jangan sampai ada kesalahan sedikit pun. Oleh karena itu kali ini Fahrel berinisiatif untuk mempersiapkan semuanya dengan baik, tapi mengapa Edgar kali ini malah mengabaikannya?“Pa, Ma … aku mau ngobrol berdua saja sama Om Edgar sebentar,” kata R
“Dengan jabatan kamu yang sudah tinggi itu bahkan nggak bisa juga?”“Jabatanku memang cukup tinggi, tapi penanggung jawab untuk proyek itu bukan aku, jadi aku nggak bisa ikut-ikutan.”“Cih … kukira kamu lebih hebat dari itu, ternyata cuma segini saja.”Edgar tidak melawan ketika dihina oleh Rainie, justru dia malah terlihat merasa bersalah. Di satu sisi, Fahrel dan Susan yang sesekali mengintip dari kejauhan bertanya-tanya melihat sikap Edgar.Fahrel berkata, “Kira-kira Rainie pakai apa, ya? Sebelumnya aku nggak pernah lihat Kak Edgar sampai nurut begitu. Dulu waktu di depan kakakku pun, dia nggak kayak begini. Dia kelihatannya kayak ….”“Kayak anjing!” sahut Susan.“.…”Fahrel hanya memelototi Susan, tapi tidak menegurnya. Jujur saja, Fahrel pun dalam hati juga berpikir demikian.“Sebenarnya tadi aku sudah tanya Rainie, sebenarnya rahasia apa ….”“Terus dia jawab apa?” tanya Fahrel.“Dia bilang … rahasia itu mungkin bisa bikin kita gila, jadi dia tanya lagi apa aku masih mau tahu.”“H
Kemungkinan besar Setiawan Group sebentar lagi akan runtuh. Apabila proyek yang Fahrel kerjakan ini berhasil, tidak menutup kemungkinan dia yang akan naik daun dan menggantikan posisi Setiawan Group. ***Kedua mata Chermiko menatap lurus ke atas menatap lampu yang menempel di plafon. Sorot matanya tampak kosong, tubuhnya juga terlihat tak berjiwa seolah sudah tak bernyawa lagi. Namun dia masih bernapas. Chermiko tidak bisa mati. Tidak hanya itu, setiap beberapa saat tubuhnya merasakan kesakitan yang luar biasa sampai membuat dia membenturkan kepalanya ke segala sesuatu yang bisa dia hantam. Namun … sayangnya semua itu tidak ada gunanya.Chermiko tidak pernah berpikir suatu hari dia bisa berada di situasi seperti ini. Selama ini dia selalu dimanjakan. Selain Juan, tidak ada yang berani macam-macam dengannya. Namun sekarang … dia dikurung dan dijadikan bahan percobaan selayaknya seekor tikus. Suara pintu yang terbuka sudah menjadi sesuatu yang tidak lagi menyita perhatiannya. Baginya, s
Di saat itulah Chermiko menggerakkan bola matanya. Namun dia hanya melirik Shane sesaat dan kembali menatap plafon seakan tidak percaya dengan omongan Shane.Shane sudah menduga itu akan terjadi, maka dia pun tersenyum dan duduk di samping ranjang di mana Chermiko terbaring dan berkata sekali lagi, “Kamu pasti nggak percaya sama aku, ‘kan? Apa yang kamu lakukan itu benar, karena gimanapun juga, di dunia ini nggak ada orang yang bisa kita percaya. Kamu boleh saja nggak percaya dan menganggap aku penipu. Tapi kamu harus ingat, aku cuma bakal ngomong ini sekali saja. Percaya nggak percaya, itu terserah kamu. Besok kamu baal dipindahkan ke tempat lain. Kami sudah nggak pakai tempat ini lagi. Pusat penelitian kami bakal pindah ke tempat yang lebih besar dan aman. Jadi bagimu, mungkin besok adalah kesempatan terakhir untuk melarikan diri.”Chermiko terus menerus meyakinkan dirinya kalau Shane adalah seorang penipu. Chermiko sudah pernah ditipu olehnya, dan dia tidak akan tertipu lagi untuk k
“Sekarang kamu nggak mikir aku lagi menipu kamu?” tanya Shane seraya tersenyum samar.Chermiko tidak menjawab. Sebenarnya dia pun tidak yakin apakah Shane sedang berbohong atau memang sungguh berniat menolongnya. Namun … Chermiko masih menyimpan sedikit harapan. Sekecil apa pun harapan itu, dia tidak akan menyerah. Walaupun kemungkinan berhasilnya hanya satu banding seribu, dia akan tetap mencoba.“Andaikan, ya. Andaikan kamu berhasil kabur, kamu pasti … nggak akan mengampuni mereka, ‘kan?”“.…”Setelah mengatakan itu, Shane langsung pergi tanpa menunggu balasan dari Chermiko. Pintu kembali tertutup dan suasana kembali sunyi senyap. Akan tetapi Chermiko yang dari tadi terbarung seperti mayat hidup mulai bangkit seolah mendapatkan embusan napas baru. Untuk duduk saja Chermiko sudah sangat kesulitan, tapi karena kini ada keyakinan di hatinya, dia tetap berusaha. Dia menatap obat yang ada di telapak tangan dan mendekatkannya ke hidung. Dia masih cukup sensitif terhadap bau obat. Setelah