Setelah apa yang terjadi, Yuna tidak banyak bicara lagi dan hanya menemani Brandon. ***Nasib Fahrel akhir-akhir ini sedang sangat mujur. Tender yang diadakan ulang hanyalah sebatas formalitas saja, karena sesungguhnya proyek itu sudah jatuh ke tangannya. Mereka yang dulu menjauhi, menagih utang, memutus kerja sama, kini satu per satu datang menjilat Fahrel. Bedanya kali ini Fahrel yang jual mahal ke mereka.“Waduh, bukannya nggak mau bantu, tapi aku lagi sibuk banget, nih. Kamu tahu sendiri proyek itu penting banget, aku benar-benar nggak ada waktu untuk yang lain! Iya, bukannya bermaksud memandang rendah … tapi waktu kamu nagih utang dariku, kamu nggak bilang begitu. Makanya sekarang aku lagi cari duit untuk bayar utangnya! Aku tahu bisnis kita semua lagi sama-sama susah. Ya, nggak?”Fahrel sengaja berbicara dengan sikap congkaknya dan mendengar mereka memohon-mohon kepadanya. Dia terus sesumbar dengan satu tangan berkacak pinggang. Bahkan Susan lama kelamaan mulai tidak tahan melih
“Nggak tahu! Ngapain tanya-tanya?!” balas Rainie dengan nada kesal.“Ma … Mama cuma iseng tanya saja!”Susan sudah banyak berkorban bahkan sampai harus keluar harta yang tidak sedikit jumlahnya untuk untuk meminta pertolongan Chermiko. Namun pada akhirnya ternyata Chermiko adalah dokter gadungan. Tentu saja Susan tidak rela dan ingin meminta balik semua yang telah dia keluarkan, tapi masalahnya Chermiko tidak bisa ditemukan.“Mama cuma mikir kalau dia ketemu, paling nggak kita bisa tagih balik yang yang keluar untuk bayar dia!” ujar Susan lirih karena takut akan membuat anaknya kesal. “Tapi bisa jadi dia ketahuan menipu sama orang lain dan Chermiko diculik.”Rainie yang sedang tidak fokus mendengar ucapan sang ibu hanya menjawab seadanya saja, “Iya, iya. Bisa jadi!”“Tapi yang kamu bilang tadi ada benarnya juga, peduli amat sama dia! Toh, keadaan keuangan keluarga kita bakal membaik. Oh iya, Rainie, rahasia yang kamu sama Om Edgar omongin itu apa, sih. Mama mau tahu, dong!”Susan sudah
Fahrel yang dari tadi sibuk menyombongkan dirinya di telepon juga menyadari kehadiran Edgar. Dia pun segera mengakhiri pembicaraannya dan berlari ke arah Edgar seraya berkata, “Kebetulan Kak Edgar datang! Semuanya sudah hampir selesai, dan kulihat peralatannya juga sudah lengkap. Kita bisa langsung ….”Namun sebelum Fahrel selesai berbicara, dia didorong oleh Edgar. Edgar menatap Rainie dan membuka mulutnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan kembali menutup mulut.“Kak Edgar ….”Fahrel tampak kebingungan mengapa dia malah didorong oleh Edgar, padahal dia sudah melaporkan perkembangan proyek sesuai yang diminta. Dulu setiap kali Edgar meminta Fahrel untuk memberikan laporan lengkap tentang kemajuan proyek dan lainnya, Edgar selalu berpesan jangan sampai ada kesalahan sedikit pun. Oleh karena itu kali ini Fahrel berinisiatif untuk mempersiapkan semuanya dengan baik, tapi mengapa Edgar kali ini malah mengabaikannya?“Pa, Ma … aku mau ngobrol berdua saja sama Om Edgar sebentar,” kata R
“Dengan jabatan kamu yang sudah tinggi itu bahkan nggak bisa juga?”“Jabatanku memang cukup tinggi, tapi penanggung jawab untuk proyek itu bukan aku, jadi aku nggak bisa ikut-ikutan.”“Cih … kukira kamu lebih hebat dari itu, ternyata cuma segini saja.”Edgar tidak melawan ketika dihina oleh Rainie, justru dia malah terlihat merasa bersalah. Di satu sisi, Fahrel dan Susan yang sesekali mengintip dari kejauhan bertanya-tanya melihat sikap Edgar.Fahrel berkata, “Kira-kira Rainie pakai apa, ya? Sebelumnya aku nggak pernah lihat Kak Edgar sampai nurut begitu. Dulu waktu di depan kakakku pun, dia nggak kayak begini. Dia kelihatannya kayak ….”“Kayak anjing!” sahut Susan.“.…”Fahrel hanya memelototi Susan, tapi tidak menegurnya. Jujur saja, Fahrel pun dalam hati juga berpikir demikian.“Sebenarnya tadi aku sudah tanya Rainie, sebenarnya rahasia apa ….”“Terus dia jawab apa?” tanya Fahrel.“Dia bilang … rahasia itu mungkin bisa bikin kita gila, jadi dia tanya lagi apa aku masih mau tahu.”“H
Kemungkinan besar Setiawan Group sebentar lagi akan runtuh. Apabila proyek yang Fahrel kerjakan ini berhasil, tidak menutup kemungkinan dia yang akan naik daun dan menggantikan posisi Setiawan Group. ***Kedua mata Chermiko menatap lurus ke atas menatap lampu yang menempel di plafon. Sorot matanya tampak kosong, tubuhnya juga terlihat tak berjiwa seolah sudah tak bernyawa lagi. Namun dia masih bernapas. Chermiko tidak bisa mati. Tidak hanya itu, setiap beberapa saat tubuhnya merasakan kesakitan yang luar biasa sampai membuat dia membenturkan kepalanya ke segala sesuatu yang bisa dia hantam. Namun … sayangnya semua itu tidak ada gunanya.Chermiko tidak pernah berpikir suatu hari dia bisa berada di situasi seperti ini. Selama ini dia selalu dimanjakan. Selain Juan, tidak ada yang berani macam-macam dengannya. Namun sekarang … dia dikurung dan dijadikan bahan percobaan selayaknya seekor tikus. Suara pintu yang terbuka sudah menjadi sesuatu yang tidak lagi menyita perhatiannya. Baginya, s
Di saat itulah Chermiko menggerakkan bola matanya. Namun dia hanya melirik Shane sesaat dan kembali menatap plafon seakan tidak percaya dengan omongan Shane.Shane sudah menduga itu akan terjadi, maka dia pun tersenyum dan duduk di samping ranjang di mana Chermiko terbaring dan berkata sekali lagi, “Kamu pasti nggak percaya sama aku, ‘kan? Apa yang kamu lakukan itu benar, karena gimanapun juga, di dunia ini nggak ada orang yang bisa kita percaya. Kamu boleh saja nggak percaya dan menganggap aku penipu. Tapi kamu harus ingat, aku cuma bakal ngomong ini sekali saja. Percaya nggak percaya, itu terserah kamu. Besok kamu baal dipindahkan ke tempat lain. Kami sudah nggak pakai tempat ini lagi. Pusat penelitian kami bakal pindah ke tempat yang lebih besar dan aman. Jadi bagimu, mungkin besok adalah kesempatan terakhir untuk melarikan diri.”Chermiko terus menerus meyakinkan dirinya kalau Shane adalah seorang penipu. Chermiko sudah pernah ditipu olehnya, dan dia tidak akan tertipu lagi untuk k
“Sekarang kamu nggak mikir aku lagi menipu kamu?” tanya Shane seraya tersenyum samar.Chermiko tidak menjawab. Sebenarnya dia pun tidak yakin apakah Shane sedang berbohong atau memang sungguh berniat menolongnya. Namun … Chermiko masih menyimpan sedikit harapan. Sekecil apa pun harapan itu, dia tidak akan menyerah. Walaupun kemungkinan berhasilnya hanya satu banding seribu, dia akan tetap mencoba.“Andaikan, ya. Andaikan kamu berhasil kabur, kamu pasti … nggak akan mengampuni mereka, ‘kan?”“.…”Setelah mengatakan itu, Shane langsung pergi tanpa menunggu balasan dari Chermiko. Pintu kembali tertutup dan suasana kembali sunyi senyap. Akan tetapi Chermiko yang dari tadi terbarung seperti mayat hidup mulai bangkit seolah mendapatkan embusan napas baru. Untuk duduk saja Chermiko sudah sangat kesulitan, tapi karena kini ada keyakinan di hatinya, dia tetap berusaha. Dia menatap obat yang ada di telapak tangan dan mendekatkannya ke hidung. Dia masih cukup sensitif terhadap bau obat. Setelah
“Oh jelas ada! Tapi untuk sementara ini masih nggak dibuka.”“..., apa bedanya kamar VIP dengan kamar biasa yang ada di bawah?”“Kamu bisa lihat sendiri. Kalau ada yang kurang memuaskan, boleh didiskusikan. Aku masih ada kerjaan lain, jadi Brandon kuserahkan ke kamu dulu. Terkait detail tentang kondisinya sekarang ini, kita bicarakan lagi nanti.”Setibanya Yuna di kamar VIP, dia melihat langsung betapa jauhnya perbedaan fasilitas yang disediakan dibandingkan dengan kamar biasa. Kamar biasa yang ada di bawah hanya kamar berukuran kecil, termasuk kloset dan kamar mandi yang hanya dipisahkan oleh sekat tipis. Bau di kamar biasa juga lebih pekat, sehingga terkadang ketika Yuna masuk, dia masih bisa mencium bau aneh meski sudah memakai masker. Namun itu semua berbeda dengan kamar VIP. Kamar VIP terasa seperti kamar hotel. Tidak hanya memiliki kamar mandi pribadi yang terpisah, di dalam juga dilengkapi dengan TV dan sofa. Kasurnya pun ditambahkan ekstra sehingga terasa lebih empuk.Sebelum m
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti