Yuna tidak tahu bagaimana dia meninggalkan rumah sakit. Hanya saja, saat Yuna mengangkat kepala menatap ke atas langit, dia merasa kliyengan.Laboratorium, wabah penyakit, Chermiko, Pak Delon …. Semua ini terlalu aneh!Yuna mulai ragu apakah dirinya bisa menangani masalah ini. Siapa pelaku di balik semua masalah ini? Siapa yang ingin membunuhnya? Siapa juga yang telah mencelakai Pak Delon dan juga Chermiko? Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?Setelah dipikir-pikir, Yuna merasa semua ini pasti erat berkaitan dengan laboratorium.Yuna menarik napas dalam-dalam. Dia duduk di dalam mobil, lalu berpesan pada sopir, “Antar aku ke laboratorium.”…Mobil meninggalkan rumah sakit. Tak lama kemudian, Yuna tiba di depan gedung laboratorium yang familier dan asing baginya. Dia berdiri di depan pintu gerbang, tidak masuk ke dalam.Setelah masuk ke dalam laboratorium, Yuna tidak tahu apa yang sedang menunggunya di dalam sana. Hanya saja, sepertinya hanya tempat ini yang bisa memecahkan semua mist
Yuna malah tidak bergerak sama sekali. Si wanita pun tersenyum. “Aku Rainie, mungkin kamu tidak pernah bertemu denganku. Tapi, aku sering mendengar namamu.” Rainie terdiam sejenak, lalu menambahkan, “Akhirnya kita bertemu juga.”Setelah berpikir sejenak, Yuna pun duduk di bangku samping pengemudi. Namun, pengawal di depan sana malah merasa tidak tenang. “Nyonya ….” Sebab, mereka tidak bisa masuk ke dalam laboratorium.“Tenang saja, kalian tunggu aku di luar. Aku akan segera keluar.” Yuna mengangkat tangannya, lalu membalas.Rainie melirik ke sisi pengawal, lalu berkata dengan tersenyum, “Dengar-dengar Nona Yuna punya suami orang kaya. Pelayanan keluarga orang kaya memang berbeda, ya. Keluar rumah saja mesti dikawal, nggak kayak aku selalu ke mana-mana sendirian.”“Bisa keluar masuk laboratorium itu bukanlah orang biasa.” Terdapat makna tersirat di dalam ucapan Yuna.Ujung bibir Rainie melengkung ke atas. Dia menyalakan mesin mobil, lalu melaju ke dalam.Mobil diparkirkan. Namun, Rainie
“Aku sering berhubungan dengan Pak Delon. Meski ada sedikit perbedaan pendapat di antara kami, setidaknya dia itu seniorku. Penelitian ini adalah ide dan jerih payahnya. Wajar kalau aku merasa sedih,” balas Yuna dengan datar.“Oh?” Rainie mengangkat-angkat alisnya merasa sangat penasaran. “Ada perbedaan pendapat? Dalam masalah apa?”“Soal penelitian.” Yuna juga memalingkan kepalanya untuk menatap Rainie.“Soal penelitian? Apa maksudnya? Bukannya kamu bilang penelitian itu idenya Pak Delon? Setelah didengar-dengar, aku merasa kamu sangat menghormatinya. Oh ya … bukannya kamu sudah keluar dari laboratorium?” tanya Rainie.“Iya.” Yuna mengangguk, lalu mengatakan, “Karena ada perbedaan pendapat di antara kami. Kalau dilanjutkan lagi, kami hanya akan selalu bertengkar saja. Jadi, aku memilih untuk pergi.”Rainie menunjukkan ekspresi kagetnya. “Perbedaan pendapat apa? Bukankah semuanya bisa diperbincangkan? Sekarang penelitian tergolong lancar. Dengar-dengar kamu orangnya hebat sekali. Atau
“Siapa? Apa aku kenal?” Rainie mengedipkan matanya.“Chermiko.” Yuna terdiam sejenak hendak melihat reaksinya. Kemudian, dia baru melanjutkan, “Dia juga anggota laboratorium ini. Seharusnya Nona Rainie kenal sama dia, ‘kan?”Rainie mengerutkan keningnya seolah-olah sedang berpikir dengan saksama. Kemudian, Rainie mengangguk dengan kuat. “Oh, aku ingat! Chermiko itu yang tinggi dan tampan itu, ‘kan? Sepertinya dia dijuluki sebagai dokter genius?”“Iya.” Yuna mengangguk.“Ada apa dengannya?” tanya Rainie kembali.“Aku juga ingin tahu.” Yuna mengamati ekspresi Rainie, lalu melanjutkan, “Dia sudah berhari-hari mengurung diri di dalam laboratorium. Ponselnya juga nggak bisa dihubungi. Apa dia masih melakukan penelitian di laboratorium?”Sembari menggeleng, Rainie pun memasang wajah lugu. “Emm … aku nggak tahu. Aku dan dia beda proyek. Kami jarang ketemu. Aku juga nggak tahu dia lagi di laboratorium atau nggak. Begini saja, gimana kalau aku bantu tanyakan?” Rainie kelihatannya sangat ramah.
“Kenapa? Jangan-jangan setelah Nona Rainie menikah, kamu akan memutuskan hubungan terhadap semua teman lawan jenismu?” Yuna bertanya kembali dengan nada ketus.Rainie membalas, “Aku ….”Belum sempat menunggu balasan Rainie, Yuna melanjutkan, “Oh, aku lupa, sepertinya Nona Rainie masih belum menikah, ‘kan?”“Bagaimana kamu bisa tahu aku masih belum menikah?” Rainie menyipitkan matanya. “Sepertinya ini pertama kalinya kita bertemu. Aku juga nggak pernah bahas masalah pribadiku.”“Nona Rainie juga sangat memahamiku. Kebetulan, aku juga sudah lama … mendengar namamu!” Yuna mengangguk, lalu menjawab.“Oh?” Rainie mengangkat-angkat alisnya merasa sangat kaget.“Kamu punya adik sepupu yang bernama Bella. Ibumu, Bu Susan, sengaja mengundang Chermiko untuk mengobatinya. Setelah dipikir-pikir, seharusnya kamu kenal sambil Chermiko?” analisis Yuna sembari mengamati respons Rainie.Akhirnya Rainie paham. “Semua itu kata Bella?”Yuna hanya tersenyum.“Kalau begitu, sepertinya kamu salah paham. Aku
Yuna pulang ke rumah dengan selamat. Hanya saja, dia merasa rumah ini sangatlah hampa.Kenzi telah diantar ke rumah Juan. Brandon sedang tidak di rumah. Yovi juga sudah dipecat. Selain beberapa orang pelayan, hanya terdapat dia seorang diri di dalam rumah besar ini. Yuna membuat laptop untuk membaca berita. Wabah penyakit di Asia Selatan tidak berhasil dikendalikan dan semakin merebak. Sekarang bukan hanya di Asia Selatan saja, area pinggiran negara juga mulai terdeteksi virus tersebut. Bahkan, ada beberapa negara di sebelah barat mulai menunjukkan gejala. Berhubung sumber virus berasal dari Asia Selatan, Asia Selatan pun menjadi bahan makian orang-orang.Yuna merasa masalah ini tidak sesederhana penampilannya. Sepertinya masalah ini erat berhubungan dengan penelitian di laboratorium.Yuna sudah membuat keputusan. Dia menunduk mengusap perut kecilnya. Dia memutuskan untuk pergi ke Asia Selatan. Semoga anak-anaknya bisa lebih kuat. Jangan sampai terjadi apa-apa nantinya!Malam harinya,
Tidak ada jendela di ruangan ini. Jadi, Chermiko tidak bisa melihat langit di luar sana. Terkadang ada orang yang membawakan sedikit makanan dan minuman. Dia juga tidak sampai kelaparan. Hanya saja, setelah Delon pergi waktu itu, dia tidak pernah kembali lagi.Chermiko tidak yakin apakah Delon akan membantunya atau tidak. Dia juga tidak tahu berapa lama lagi dia dibiarkan untuk hidup.Saat ini, terdengar suara pintu terbuka. Chermiko membuka matanya dengan malas. Mereka pasti datang untuk mengantar makanan.Hanya saja, malah terdengar suara sepatu hak tinggi yang keras membuat hati Chermiko terasa gugup.Ini pertama kalinya Chermiko merasa begitu takut terhadap seorang wanita. Wanita yang bernama Rainie ini sungguh mengerikan!Rasa benci di hati Rainie bukanlah sandiwara belaka. Dia sangat sadis, tidak peduli dengan hidup matinya orang-orang. Wanita seperti ini sungguh mengerikan.Chermiko tidak ingin membuka matanya. Dia tidak ingin melihat wajah wanita itu. Saat ini, suara langkah ka
Hati Chermiko terasa sangat panik. Namun, dia tetap berusaha menunjukkan sisi tenangnya. “Untuk apa aku menunggunya? Bukannya dia satu komplotan sama kalian?”Rainie mengangguk, lalu berkata, “Ternyata kamu bukan lagi nunggu dia, ya? Baguskah kalau kamu nggak nungguin dia. Oh ya, kamu dikurung di sini, sepertinya kamu masih belum tahu berita di luar sana. Hari ini terjadi sesuatu dengan Pak Delon, seharusnya kamu nggak bisa ketemuan sama dia lagi.”“Apa yang terjadi?” tanya Chermiko dengan tidak sabaran.“Pak Delon mengalami kecelakaan mobil. Dia nggak berhasil diselamatkan dan dinyatakan meninggal. Sayang sekali!” Rainie menghela napas, tapi tidak terdengar rasa kasihan dari nada bicaranya.Chermiko melebarkan matanya tanda dirinya merasa sangat kaget. “Kalian membunuhnya?”“Ckckck.” Rainie berdecak, lalu mengibaskan tangannya. “Kenapa kamu berbicara seperti ini? Pak Delon mengalami kecelakaan mobil! Kecelakaan! Dia ditabrak oleh truk. Kenapa kamu malah bilang aku telah membunuhnya? K
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta