Yuna segera pergi ke rumah sakit. Hanya saja, dia terlambat satu langkah. Saat Yuna tiba, Delon sudah dikabarkan meninggal dunia.Yuna pergi melihatnya sekilas. Wajahnya berlumuran darah. Wajahnya juga sudah rusak parah. Hanya saja, Yuna masih bisa mengenalinya. Saat ini, Delon memejamkan kedua matanya, tidak bisa mendengar suara di dunia luar. Dia juga tidak bisa merebut laptop dan juga data penelitiannya lagi.“Pak Delon ….” Suara Yuna terdengar gemetar. Dia mengulurkan tangannya. Jari tangannya tampak gemetar.“Apa kamu anggota keluarganya?” tanya dokter, kemudian menutup wajah Delon dengan kain putih.Yuna menggeleng. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Apa anggota keluarganya masih belum datang?”“Kami tidak menemukan ponselnya. Jadi, kami tidak bisa menghubungi anggota keluarganya. Apa kamu kenal dengan anggota keluarganya? Apa kamu bisa menghubungi mereka?”Waktu itu, dokter sedang sibuk menyelamatkan pasien. Saat Delon diantar ke rumah sakit, hanya ditemukan SIM di da
Yuna tidak tahu bagaimana dia meninggalkan rumah sakit. Hanya saja, saat Yuna mengangkat kepala menatap ke atas langit, dia merasa kliyengan.Laboratorium, wabah penyakit, Chermiko, Pak Delon …. Semua ini terlalu aneh!Yuna mulai ragu apakah dirinya bisa menangani masalah ini. Siapa pelaku di balik semua masalah ini? Siapa yang ingin membunuhnya? Siapa juga yang telah mencelakai Pak Delon dan juga Chermiko? Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?Setelah dipikir-pikir, Yuna merasa semua ini pasti erat berkaitan dengan laboratorium.Yuna menarik napas dalam-dalam. Dia duduk di dalam mobil, lalu berpesan pada sopir, “Antar aku ke laboratorium.”…Mobil meninggalkan rumah sakit. Tak lama kemudian, Yuna tiba di depan gedung laboratorium yang familier dan asing baginya. Dia berdiri di depan pintu gerbang, tidak masuk ke dalam.Setelah masuk ke dalam laboratorium, Yuna tidak tahu apa yang sedang menunggunya di dalam sana. Hanya saja, sepertinya hanya tempat ini yang bisa memecahkan semua mist
Yuna malah tidak bergerak sama sekali. Si wanita pun tersenyum. “Aku Rainie, mungkin kamu tidak pernah bertemu denganku. Tapi, aku sering mendengar namamu.” Rainie terdiam sejenak, lalu menambahkan, “Akhirnya kita bertemu juga.”Setelah berpikir sejenak, Yuna pun duduk di bangku samping pengemudi. Namun, pengawal di depan sana malah merasa tidak tenang. “Nyonya ….” Sebab, mereka tidak bisa masuk ke dalam laboratorium.“Tenang saja, kalian tunggu aku di luar. Aku akan segera keluar.” Yuna mengangkat tangannya, lalu membalas.Rainie melirik ke sisi pengawal, lalu berkata dengan tersenyum, “Dengar-dengar Nona Yuna punya suami orang kaya. Pelayanan keluarga orang kaya memang berbeda, ya. Keluar rumah saja mesti dikawal, nggak kayak aku selalu ke mana-mana sendirian.”“Bisa keluar masuk laboratorium itu bukanlah orang biasa.” Terdapat makna tersirat di dalam ucapan Yuna.Ujung bibir Rainie melengkung ke atas. Dia menyalakan mesin mobil, lalu melaju ke dalam.Mobil diparkirkan. Namun, Rainie
“Aku sering berhubungan dengan Pak Delon. Meski ada sedikit perbedaan pendapat di antara kami, setidaknya dia itu seniorku. Penelitian ini adalah ide dan jerih payahnya. Wajar kalau aku merasa sedih,” balas Yuna dengan datar.“Oh?” Rainie mengangkat-angkat alisnya merasa sangat penasaran. “Ada perbedaan pendapat? Dalam masalah apa?”“Soal penelitian.” Yuna juga memalingkan kepalanya untuk menatap Rainie.“Soal penelitian? Apa maksudnya? Bukannya kamu bilang penelitian itu idenya Pak Delon? Setelah didengar-dengar, aku merasa kamu sangat menghormatinya. Oh ya … bukannya kamu sudah keluar dari laboratorium?” tanya Rainie.“Iya.” Yuna mengangguk, lalu mengatakan, “Karena ada perbedaan pendapat di antara kami. Kalau dilanjutkan lagi, kami hanya akan selalu bertengkar saja. Jadi, aku memilih untuk pergi.”Rainie menunjukkan ekspresi kagetnya. “Perbedaan pendapat apa? Bukankah semuanya bisa diperbincangkan? Sekarang penelitian tergolong lancar. Dengar-dengar kamu orangnya hebat sekali. Atau
“Siapa? Apa aku kenal?” Rainie mengedipkan matanya.“Chermiko.” Yuna terdiam sejenak hendak melihat reaksinya. Kemudian, dia baru melanjutkan, “Dia juga anggota laboratorium ini. Seharusnya Nona Rainie kenal sama dia, ‘kan?”Rainie mengerutkan keningnya seolah-olah sedang berpikir dengan saksama. Kemudian, Rainie mengangguk dengan kuat. “Oh, aku ingat! Chermiko itu yang tinggi dan tampan itu, ‘kan? Sepertinya dia dijuluki sebagai dokter genius?”“Iya.” Yuna mengangguk.“Ada apa dengannya?” tanya Rainie kembali.“Aku juga ingin tahu.” Yuna mengamati ekspresi Rainie, lalu melanjutkan, “Dia sudah berhari-hari mengurung diri di dalam laboratorium. Ponselnya juga nggak bisa dihubungi. Apa dia masih melakukan penelitian di laboratorium?”Sembari menggeleng, Rainie pun memasang wajah lugu. “Emm … aku nggak tahu. Aku dan dia beda proyek. Kami jarang ketemu. Aku juga nggak tahu dia lagi di laboratorium atau nggak. Begini saja, gimana kalau aku bantu tanyakan?” Rainie kelihatannya sangat ramah.
“Kenapa? Jangan-jangan setelah Nona Rainie menikah, kamu akan memutuskan hubungan terhadap semua teman lawan jenismu?” Yuna bertanya kembali dengan nada ketus.Rainie membalas, “Aku ….”Belum sempat menunggu balasan Rainie, Yuna melanjutkan, “Oh, aku lupa, sepertinya Nona Rainie masih belum menikah, ‘kan?”“Bagaimana kamu bisa tahu aku masih belum menikah?” Rainie menyipitkan matanya. “Sepertinya ini pertama kalinya kita bertemu. Aku juga nggak pernah bahas masalah pribadiku.”“Nona Rainie juga sangat memahamiku. Kebetulan, aku juga sudah lama … mendengar namamu!” Yuna mengangguk, lalu menjawab.“Oh?” Rainie mengangkat-angkat alisnya merasa sangat kaget.“Kamu punya adik sepupu yang bernama Bella. Ibumu, Bu Susan, sengaja mengundang Chermiko untuk mengobatinya. Setelah dipikir-pikir, seharusnya kamu kenal sambil Chermiko?” analisis Yuna sembari mengamati respons Rainie.Akhirnya Rainie paham. “Semua itu kata Bella?”Yuna hanya tersenyum.“Kalau begitu, sepertinya kamu salah paham. Aku
Yuna pulang ke rumah dengan selamat. Hanya saja, dia merasa rumah ini sangatlah hampa.Kenzi telah diantar ke rumah Juan. Brandon sedang tidak di rumah. Yovi juga sudah dipecat. Selain beberapa orang pelayan, hanya terdapat dia seorang diri di dalam rumah besar ini. Yuna membuat laptop untuk membaca berita. Wabah penyakit di Asia Selatan tidak berhasil dikendalikan dan semakin merebak. Sekarang bukan hanya di Asia Selatan saja, area pinggiran negara juga mulai terdeteksi virus tersebut. Bahkan, ada beberapa negara di sebelah barat mulai menunjukkan gejala. Berhubung sumber virus berasal dari Asia Selatan, Asia Selatan pun menjadi bahan makian orang-orang.Yuna merasa masalah ini tidak sesederhana penampilannya. Sepertinya masalah ini erat berhubungan dengan penelitian di laboratorium.Yuna sudah membuat keputusan. Dia menunduk mengusap perut kecilnya. Dia memutuskan untuk pergi ke Asia Selatan. Semoga anak-anaknya bisa lebih kuat. Jangan sampai terjadi apa-apa nantinya!Malam harinya,
Tidak ada jendela di ruangan ini. Jadi, Chermiko tidak bisa melihat langit di luar sana. Terkadang ada orang yang membawakan sedikit makanan dan minuman. Dia juga tidak sampai kelaparan. Hanya saja, setelah Delon pergi waktu itu, dia tidak pernah kembali lagi.Chermiko tidak yakin apakah Delon akan membantunya atau tidak. Dia juga tidak tahu berapa lama lagi dia dibiarkan untuk hidup.Saat ini, terdengar suara pintu terbuka. Chermiko membuka matanya dengan malas. Mereka pasti datang untuk mengantar makanan.Hanya saja, malah terdengar suara sepatu hak tinggi yang keras membuat hati Chermiko terasa gugup.Ini pertama kalinya Chermiko merasa begitu takut terhadap seorang wanita. Wanita yang bernama Rainie ini sungguh mengerikan!Rasa benci di hati Rainie bukanlah sandiwara belaka. Dia sangat sadis, tidak peduli dengan hidup matinya orang-orang. Wanita seperti ini sungguh mengerikan.Chermiko tidak ingin membuka matanya. Dia tidak ingin melihat wajah wanita itu. Saat ini, suara langkah ka
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us