Mereka berdua berjalan kembali ke dalam rumah. Yuna merasa agak terharu. Dia tidak pernah bercerita sebelumnya. Tak disangka Juan malah membantu mencarikan informasi untuknya. Tak peduli bagaimana hasilnya, Yuna tidak akan melupakan kebaikan Juan.“Pak Tua ….” Yuna berdiri di tempat, lalu memanggilnya.Juan terdiam.“Terima kasih!”Kedua mata Juan terbelalak. Dia melangkah mundur selangkah dengan menggosok kedua lengannya. “Astaga! Hei! Tolong!”Sosok Juan membuat Yuna tersenyum. “Terima kasih, Pak Tua!”“Tidak usah!” Juan melambaikan tangannya, lalu berkata, “Aku tidak terbiasa dengan sikap sungkanmu ini!”Yuna kembali tersenyum, dia juga tidak menyindir Juan lagi.“Aku tahu kamu khawatir. Hanya saja, semakin kamu khawatir, kamu akan semakin gampang untuk membuat kesalahan. Tenangkan dirimu dan pikirkan dengan saksama. Kamu itu anaknya pintar. Berpikirlah dengan jernih.” Juan tidak lagi bercanda. Dia menasihati Yuna dengan serius.“Emm!” Yuna mengangguk. Dia mengerti apa maksud Juan.
“Tidak berat! Dia sangat ringan!” Juan sengaja mengangkat-angkat Kenzi menandakan cucunya tidak berat sama sekali.Yuna sungguh kehabisan kata-kata. “Apa … kamu nggak takut pinggangmu akan keseleo?”“Pinggangku ini masih kuat! Bahkan, lebih kuat daripada anak muda seperti kalian!” Senyuman di wajah Juan sangatlah lebar. Dia memang sering merepet, tetapi sebenarnya dia sangat menyayangi Kenzi. Jika tidak, tidak mungkin Juan begitu membelanya.Yuna hanya bisa menggeleng dengan tidak berdaya saja. Dia hanya bisa membiarkan mereka bermain sesuka hati mereka saja.Juan menyadari Yuna sudah mengendalikan perasaannya, dia juga tidak bertanya panjang lebar lagi. Dia menggendong Kenzi berjalan mengeliling rumah, lalu keluar ke pekarangan.Yuna sungguh khawatir pinggang Juan akan keseleo. Dia pun segera mengikuti mereka.Pekarangan di belakang rumah sangatlah luas. Terdapat berbagai jenis tanaman herbal di dalamnya. Samar-samar dapat tercium aroma obat herbal di dalam pekarangan.“Apa kamu sudah
“Semua?” Juan terkejut. Dia sedang berusaha mencerna omongannya.Pada saat ini, Kenzi yang sedang duduk di atas pundak Juan meminta untuk diturunkan. Setelah itu, Juan membungkukkan tubuhnya berbaring di atas kursi. Yuna menggendong Kenzi, lalu melihat ke sisi Juan. Dia pasti kecapekan.“Lihatlah pinggangmu itu, masih saja sok kuat. Apa kamu kira kamu itu masih muda!” ucap Yuna.“Aku memang sudah tua, tapi aku lebih kuat daripada anak muda!” Juan membusungkan dadanya lantaran tidak terima untuk diremehkan. Namun, baru saja Juan meregangkan tubuhnya, dia malah merasa kesakitan.“Masih sok kuat lagi!” Yuna membawa Kenzi berjalan ke dalam rumah.“Hei, kalian mau ke mana? Apa kalian ingin meninggalkanku sendirian di sini? Hei, apa tidak ada yang bisa membantuku?” Suara jeritan Juan langsung menarik perhatian para pelayan. “Pak, Pak, ada apa ini?”“Pergi! Pergi sana! Siapa suruh kalian ikut campur!” balas Juan dengan melambaikan tangannya. Dia kelihatan sangat tidak sabaran.Lantaran tidak
Yuna bertanya, “Emm … apa yang ingin kamu katakan?”“Kenapa kamu tiba-tiba merasa semua masalah ini mungkin saling berhubungan? Poin apa yang membuatmu merasa semua itu saling berhubungan?”Ucapan Juan membuat Yuna berpikir kembali.Iya! Kenapa Yuna bisa merasa semua ini saling berhubungan? Pasti ada kesamaan di antara mereka. Namun, Yuna masih tidak kepikiran.“Mengenai penelitian di ruang eksperimen, kenapa mereka ingin mencampurkan obat yang mengandung racun dengan wewangian? Kenapa mereka ingin membuat orang-orang tanpa sadar menghirup aromanya?” Yuna berpikir sambil menganalisis.“Sedangkan mengenai wabah penyakit di Asia Selatan, dengar-dengar virus masuk ke tubuh tanpa mereka sadar. Mereka juga nggak berhasil menemukan sumber penyakitnya. Penyakit ini malah merebak dengan sangat cepat.”“Mengenai Bella ….” Yuna terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Kedua masalah ini kelihatannya nggak saling berhubungan. Hanya saja, Bella sudah keracunan dalam waktu panjang, dia juga nggak sadar t
“Hei … bukannya kamu bilang Kenzi dititipkan di rumahku? Kenapa … kenapa kamu malah berubah pikiran?” Juan tidak sempat mengenakan sepatu, langsung berlari ke dalam rumah.“Aku nggak akan pergi untuk sementara waktu ini. Nanti aku akan titip Kenzi kepadamu ketika aku akan pergi,” jawab Yuna dengan tidak berdaya. “Bukannya kamu nggak ingin melihatnya?”“Apa Kakek nggak suka aku?” Kenzi melebarkan kedua matanya. Dia kelihatan sangat bersedih. Bahkan, mainan di tangan pun jatuh ke lantai.Juan sungguh kasihan dengan sosok cucunya ini. “Bukan, bukan, mana mungkin Kakek tidak menyukaimu? Kakek sangat menyayangimu!”Sembari berbicara, Juan mendekatkan wajahnya. Namun, Kenzi memalingkan kepalanya tidak ingin dicium Juan. Dia lalu bertanya, “Apa artinya menyayangimu?”“Itu artinya Kakek sangat menyukaimu! Sangat amat menyukaimu!” Hanya di hadapan si kecil saja, Juan baru bisa mengutarakan perasaannya.Yuna memalingkan wajahnya sembari menghela napas. Pantas saja putranya ingin mencabut janggut
Orang itu sudah pasti bukan Profesor Delon. Siapa dia?Seketika terlintas wajah Rainie di benak Chermiko. Pekerja wanita di laboratorium tidaklah banyak. Bisa bergadang di jam segini dan mengenakan sepatu hak tinggi, sepertinya hanya Rainie saja.Kenapa Rainie mencari Profesor Delon pada saat seperti ini?Entah apa yang dipikirkan Chermiko. Dia pun langsung melangkah mundur dan menutup pintu ruangan.Baru saja Chermiko menutup pintu ruang istirahat, suara sepatu hak tinggi memasuki ruang kantor Delon. Kemudian, terdengar suara langkah kaki orang lain. “Pak Delon, tadi kamu juga dengar sendiri apa kata Bos. Aku sarankan pemikiranmu jangan terlalu konservatif. Proyek ini sudah dikembangkan hingga tahap ini, nggak bisa dihentikan sesukamu saja. Lagi pula, kamu juga sudah lihat hasil penelitiannya. Jangan-jangan kamu nggak ingin lihat penelitianmu ini berhasil?”Wanita itu memang adalah Rainie. Hanya saja, apa yang sedang dikatakan Rainie?Bos? Berhenti? Siapa yang ingin menghentikan pene
Belum sempat Chermiko mencerna omongan mereka, terdengar suara sinis Rainie dari luar sana. Dia seolah-olah sedang memperingati Delon saja. “Pak Delon, nggak masalah kalau pemikiranmu tertutup, soalnya kamu juga sudah berumur, ‘kan? Tapi kamu harus mengerti satu hal. Penelitian ini bukan milik kamu seorang diri saja. Nggak mungkin kamu bisa menghentikannya, apalagi memilih untuk mundur. Kamu berbeda dengan Yuna. Terlalu banyak yang sudah kamu ketahui!”Chermiko tidak mendengar balasan dari Delon. Hanya terdengar suara hela napas yang sangat panjang saja.Sepertinya Delon sungguh kehabisan akal. Hanya saja, hal yang paling mengejutkan Chermiko adalah tak disangka Rainie berani berbicara seperti ini terhadap Delon, dia bahkan berani mengancam Delon. Sebenarnya siapa “bos” yang mereka maksud? Apa masih ada bos lain lagi selain investor? Tetiba Chermiko merasa dirinya tidak mengetahui apa-apa soal penelitian.Padahal Chermiko sudah melakukan penelitian dalam waktu panjang. Dia mengira keb
Pencahayaan di dalam ruangan menjadi terang dalam seketika. Keberadaan Chermiko pun terpampang jelas di hadapan Delon.“Kamu ….” Delon terkejut hingga kedua mata terbuka lebar. Dia sungguh tidak menyangka Chermiko akan berada di sini.“Pak Delon, aku!” Suara Chermiko terdengar kecil. Dia langsung menunjukkan isyarat tangan di depan mulutnya. Dia sungguh takut akan kedengaran oleh Rainie. Bagaimana jika Rainie kembali nantinya? Semuanya akan semakin merepotkan.“Cher … Chermiko?” Untung saja Delon mengecilkan suaranya. Dia juga tidak bermaksud untuk menjerit.“Pak Delon, ini aku, Chermiko,” ulang Chermiko sekali ini. “Heh ….” Delon menghela napas, lalu melihat ke luar ruangan. Kemudian, dia segera masuk dan mengunci pintu kamar. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”“Aku ….” Chermiko tersenyum getir. Kenapa Chermiko bisa ada di sini? Chermiko sendiri juga ingin tahu kenapa dirinya bisa ada di sini dan mendengar semua yang tidak seharusnya dia dengar!Chermiko menepuk-nepuk dadanya. Saat ini,
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us