“Semua?” Juan terkejut. Dia sedang berusaha mencerna omongannya.Pada saat ini, Kenzi yang sedang duduk di atas pundak Juan meminta untuk diturunkan. Setelah itu, Juan membungkukkan tubuhnya berbaring di atas kursi. Yuna menggendong Kenzi, lalu melihat ke sisi Juan. Dia pasti kecapekan.“Lihatlah pinggangmu itu, masih saja sok kuat. Apa kamu kira kamu itu masih muda!” ucap Yuna.“Aku memang sudah tua, tapi aku lebih kuat daripada anak muda!” Juan membusungkan dadanya lantaran tidak terima untuk diremehkan. Namun, baru saja Juan meregangkan tubuhnya, dia malah merasa kesakitan.“Masih sok kuat lagi!” Yuna membawa Kenzi berjalan ke dalam rumah.“Hei, kalian mau ke mana? Apa kalian ingin meninggalkanku sendirian di sini? Hei, apa tidak ada yang bisa membantuku?” Suara jeritan Juan langsung menarik perhatian para pelayan. “Pak, Pak, ada apa ini?”“Pergi! Pergi sana! Siapa suruh kalian ikut campur!” balas Juan dengan melambaikan tangannya. Dia kelihatan sangat tidak sabaran.Lantaran tidak
Yuna bertanya, “Emm … apa yang ingin kamu katakan?”“Kenapa kamu tiba-tiba merasa semua masalah ini mungkin saling berhubungan? Poin apa yang membuatmu merasa semua itu saling berhubungan?”Ucapan Juan membuat Yuna berpikir kembali.Iya! Kenapa Yuna bisa merasa semua ini saling berhubungan? Pasti ada kesamaan di antara mereka. Namun, Yuna masih tidak kepikiran.“Mengenai penelitian di ruang eksperimen, kenapa mereka ingin mencampurkan obat yang mengandung racun dengan wewangian? Kenapa mereka ingin membuat orang-orang tanpa sadar menghirup aromanya?” Yuna berpikir sambil menganalisis.“Sedangkan mengenai wabah penyakit di Asia Selatan, dengar-dengar virus masuk ke tubuh tanpa mereka sadar. Mereka juga nggak berhasil menemukan sumber penyakitnya. Penyakit ini malah merebak dengan sangat cepat.”“Mengenai Bella ….” Yuna terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Kedua masalah ini kelihatannya nggak saling berhubungan. Hanya saja, Bella sudah keracunan dalam waktu panjang, dia juga nggak sadar t
“Hei … bukannya kamu bilang Kenzi dititipkan di rumahku? Kenapa … kenapa kamu malah berubah pikiran?” Juan tidak sempat mengenakan sepatu, langsung berlari ke dalam rumah.“Aku nggak akan pergi untuk sementara waktu ini. Nanti aku akan titip Kenzi kepadamu ketika aku akan pergi,” jawab Yuna dengan tidak berdaya. “Bukannya kamu nggak ingin melihatnya?”“Apa Kakek nggak suka aku?” Kenzi melebarkan kedua matanya. Dia kelihatan sangat bersedih. Bahkan, mainan di tangan pun jatuh ke lantai.Juan sungguh kasihan dengan sosok cucunya ini. “Bukan, bukan, mana mungkin Kakek tidak menyukaimu? Kakek sangat menyayangimu!”Sembari berbicara, Juan mendekatkan wajahnya. Namun, Kenzi memalingkan kepalanya tidak ingin dicium Juan. Dia lalu bertanya, “Apa artinya menyayangimu?”“Itu artinya Kakek sangat menyukaimu! Sangat amat menyukaimu!” Hanya di hadapan si kecil saja, Juan baru bisa mengutarakan perasaannya.Yuna memalingkan wajahnya sembari menghela napas. Pantas saja putranya ingin mencabut janggut
Orang itu sudah pasti bukan Profesor Delon. Siapa dia?Seketika terlintas wajah Rainie di benak Chermiko. Pekerja wanita di laboratorium tidaklah banyak. Bisa bergadang di jam segini dan mengenakan sepatu hak tinggi, sepertinya hanya Rainie saja.Kenapa Rainie mencari Profesor Delon pada saat seperti ini?Entah apa yang dipikirkan Chermiko. Dia pun langsung melangkah mundur dan menutup pintu ruangan.Baru saja Chermiko menutup pintu ruang istirahat, suara sepatu hak tinggi memasuki ruang kantor Delon. Kemudian, terdengar suara langkah kaki orang lain. “Pak Delon, tadi kamu juga dengar sendiri apa kata Bos. Aku sarankan pemikiranmu jangan terlalu konservatif. Proyek ini sudah dikembangkan hingga tahap ini, nggak bisa dihentikan sesukamu saja. Lagi pula, kamu juga sudah lihat hasil penelitiannya. Jangan-jangan kamu nggak ingin lihat penelitianmu ini berhasil?”Wanita itu memang adalah Rainie. Hanya saja, apa yang sedang dikatakan Rainie?Bos? Berhenti? Siapa yang ingin menghentikan pene
Belum sempat Chermiko mencerna omongan mereka, terdengar suara sinis Rainie dari luar sana. Dia seolah-olah sedang memperingati Delon saja. “Pak Delon, nggak masalah kalau pemikiranmu tertutup, soalnya kamu juga sudah berumur, ‘kan? Tapi kamu harus mengerti satu hal. Penelitian ini bukan milik kamu seorang diri saja. Nggak mungkin kamu bisa menghentikannya, apalagi memilih untuk mundur. Kamu berbeda dengan Yuna. Terlalu banyak yang sudah kamu ketahui!”Chermiko tidak mendengar balasan dari Delon. Hanya terdengar suara hela napas yang sangat panjang saja.Sepertinya Delon sungguh kehabisan akal. Hanya saja, hal yang paling mengejutkan Chermiko adalah tak disangka Rainie berani berbicara seperti ini terhadap Delon, dia bahkan berani mengancam Delon. Sebenarnya siapa “bos” yang mereka maksud? Apa masih ada bos lain lagi selain investor? Tetiba Chermiko merasa dirinya tidak mengetahui apa-apa soal penelitian.Padahal Chermiko sudah melakukan penelitian dalam waktu panjang. Dia mengira keb
Pencahayaan di dalam ruangan menjadi terang dalam seketika. Keberadaan Chermiko pun terpampang jelas di hadapan Delon.“Kamu ….” Delon terkejut hingga kedua mata terbuka lebar. Dia sungguh tidak menyangka Chermiko akan berada di sini.“Pak Delon, aku!” Suara Chermiko terdengar kecil. Dia langsung menunjukkan isyarat tangan di depan mulutnya. Dia sungguh takut akan kedengaran oleh Rainie. Bagaimana jika Rainie kembali nantinya? Semuanya akan semakin merepotkan.“Cher … Chermiko?” Untung saja Delon mengecilkan suaranya. Dia juga tidak bermaksud untuk menjerit.“Pak Delon, ini aku, Chermiko,” ulang Chermiko sekali ini. “Heh ….” Delon menghela napas, lalu melihat ke luar ruangan. Kemudian, dia segera masuk dan mengunci pintu kamar. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”“Aku ….” Chermiko tersenyum getir. Kenapa Chermiko bisa ada di sini? Chermiko sendiri juga ingin tahu kenapa dirinya bisa ada di sini dan mendengar semua yang tidak seharusnya dia dengar!Chermiko menepuk-nepuk dadanya. Saat ini,
“Jangan!”Setelah mendengar ucapan ini, Delon yang dari tadi membelakanginya langsung membalikkan tubuhnya. Dia mengira Chermiko telah mengeluarkan ponsel untuk melapor polisi.Namun setelah melihat hanya terdapat tabung di tangan Chermiko, Delon langsung menghela napas lega.Sikap Delon membuat Chermiko mengerti. “Pak Delon, apa benar mereka mengancammu? Kamu itu senior, penelitian ini juga adalah jerih payahmu. Kita tahu tujuan awal penelitianmu ini baik. Seandainya mereka benar-benar ingin melakukan hal ilegal, kita serahkan kepada polisi saja. Biar polisi saja yang menghukum mereka!”“Semuanya tidak segampang yang kamu pikirkan! Kamu masih muda, kamu tidak tahu betapa seriusnya masalah ini.” Delon mendorong Chermiko dengan kedua tangannya. “Pergilah! Cepat tinggalkan tempat ini. Jangan datang untuk sementara waktu ini! Aku akan meliburkan kamu. Kamu tidak usah ikut campur dalam masalah penelitian lagi!”“Mana mungkin aku tidak ikut campur!” Chermiko semakin keras kepala lagi. “Pak
Delon terdiam.“Semua itu hanyalah proyek nggak berguna. Apa? Mengurangi penderitaan pengguna? Kalau benar-benar ingin terlepas dari penderitaan, ya mati saja? Setelah mati, mereka pun nggak akan menderita lagi!” ucap Rainie dengan acuh tak acuh.Chermiko sungguh syok! Sebagai seseorang yang menggeluti dunia pengobatan, kenapa Rainie bisa berbicara seperti ini? Kenapa darahnya dingin sekali?Rainie mendorong Delon ke samping, lalu berjalan ke hadapan Chermiko. “Awalnya aku nggak peduli kamu ingin bergabung dengan proyekku atau nggak. Tapi berhubung kamu sendiri ingin terlibat dalam masalah ini, kamu pun nggak diperbolehkan untuk pergi lagi! Gimana? Kamu mau bergabung, ‘kan?”Chermiko merasa sangat asing dengan wanita di hadapannya. Sebelumnya dia merasa Rainie cukup imut dan pintar. Namun sekarang, ternyata tersembunyi seorang iblis di balik paras indahnya.“Kalau proyek itu membahayakan nyawa manusia, maaf, aku tidak akan bergabung!” balas Chermiko dengan tegas.Rainie pun tersenyum.
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S