Bella pulang agak malam hari ini. Yuna sengaja menahan Bella. Dia ingin mengamati reaksi setelah Bella mengonsumsi obat itu.Dalam setengah hari, Bella sempat keluar masuk kamar mandi sebanyak lima kali. Dia tidak merasa sakit perut, hanya saja perutnya tak berhenti berbunyi dan sering buang angin. Bella pun merasa sangat canggung. Beberapa kali dia ingin berpamitan, tetapi dia malah ditahan oleh Yuna.Yuna mengatakan reaksi seperti ini sangatlah normal. Bella tidak perlu merasa malu. Bella juga pernah bertanya pada Yuna, bagaimana jika mereka mencoba resep obat yang dibuka Chermiko? Hanya saja, Yuna tidak mengizinkannya. Dia mengatakan sifat obat dari kedua jenis obat itu akan bertentangan. Jika Bella ingin mencoba resep obat Chermiko, dia bisa mencobanya setelah menyelesaikan resep obat Yuna.Sekarang Bella sangat memercayai Yuna. Dia pun melepaskan pemikiran untuk mencoba resep obat Chermiko.Saat terakhir kali Bella ke kamar mandi, dia merasa tubuhnya agak lemas dan keringat memba
Dulu Yuna memang tidak mengetahuinya, tetapi sekarang Yuna sudah mengetahuinya. Wajar jika hati Yuna terasa tidak tenang ketika melihat Yovi mendampingi putranya.“Yovi.” Yuna melipat kedua tangan di depan dada, lalu bertanya, “Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?”“Hampir … empat bulan.” Setelah berpikir sejenak, Yovi pun menjawab.“Emm, lama juga. Kamu nggak pernah minta izin untuk pulang kampung, apa kamu nggak merindukan keluargamu?” Pertanyaan Yuna bagai sedang basa-basi saja.“Aku nggak punya keluarga. Apa Nyonya lupa? Hanya tersisa aku sendiri saja,” balas Yovi sembari menggeleng. Raut wajah Yovi sangatlah tenang, tidak terlihat reaksi apa-apa di wajahnya. Benar, saat Yovi melamar pekerjaan, Yuna pernah membaca CV-nya. Kedua orang tuanya memang sudah tiada, dia juga tidak memiliki saudara. Sebelumnya Yovi pernah menikah, hanya saja suaminya sudah meninggal. Dia juga pernah melahirkan sebelumnya, tetapi anaknya juga sudah meninggal dini. Saat itu, Yuna merasa nasib wanita ini
“Tenang saja, ranjangnya cukup luas, cukup untuk ditempati aku.” Seusai berbicara, Yuna terdiam sejenak, lalu melanjutkan, tidak memberinya kesempatan untuk berbicara, “Kamu tidur di kamar tamu saja. Biarkan aku menemani Kenzi di malam hari! Kita bahas lagi setelah papanya pulang nanti.”Kemudian, Yuna langsung masuk ke kamar Kenzi.Berhubung Yuna sudah berbicara seperti ini, Yovi juga tidak bisa berkata lain lagi. Dia berdiri terdiam sejenak, lalu berkata, “Kalau begitu … selamat malam, Nyonya!”“Emm.” Yuna mengangguk, lalu menutup pintu kamar.…Rainie tidur seharian di rumah. Dia baru terbangun di sore hari. Seusai membasuh tubuh dan mengganti pakaian, Rainie menuruni tangga. Saat ini Susan sedang ragu untuk memanggil Rainie makan bersama atau membiarkannya melanjutkan tidurnya, kebetulan sekali Rainie berjalan menuruni tangga. Dia pun merasa gembira. “Rainie, kamu sudah bangun! Kebetulan sekali, ayo makan bersama!”“Emm.” Rainie duduk di depan meja makan. Pelayan langsung mempersi
“Apa mungkin aku tidak marah setelah mendengar ucapannya?” Fahrel menunjuk ke arah pintu yang sudah tidak kelihatan batang hidungnya lagi. Dia juga tidak tahu sejak kapan putrinya yang patuh dan pengertian itu menjadi begitu pembangkang. “Rainie juga ….” Susan tertegun sejenak. Sebenarnya dia ingin mengatakan apa yang dikatakan Rainie itu memang benar. Hanya saja, dia tidak berani melontarkannya.Pada akhirnya, Susan menghela napas, lalu berkata, “Dia masih muda, masih banyak yang tidak dia mengerti. Kamu jangan perhitungan dengannya.”“Aku perhitungan sama dia? Aku ….”Fahrel kembali duduk di bangkunya. Dia merasa sesak napas hingga tidak bisa bersuara.Susan terpaksa mengalihkan topik pembicaraan. “Tapi biasanya kamu juga tidak bersikap seperti ini. Kenapa emosimu besar sekali hari ini? Bukannya semuanya berjalan lancar? Kenapa kamu malah perhitungan sama anak-anak.”“Apanya yang lancar!” jerit Fahrel. Dia mengangkat gelas hendak meminum air. Namun, gelas itu malah tak berisi.Setel
“Wanita?” Susan sungguh kaget. “Siapa? Edgar … dia cari pasangan baru? Bukannya kakak iparmu itu sangat mencintai kakakmu? Dia juga bersumpah tidak bakal mencari pasangan baru, ‘kan? Kenapa dia tiba-tiba mencari pasangan baru?”Fahrel merasa kesal. “Aku juga tidak tahu, mungkin mereka hanya rekan kerja saja atau wanita itu meminta bantuannya. Aku juga tidak melihat dengan langsung!”Justru karena tidak berhasil bertemu dengan Edgar, Fahrel baru merasa panik. Dia tidak tahu apa yang ada di benak Edgar.Telepon tidak diangkat, pesan singkat tidak dibalas. Semua ini adalah tanda-tanda buruk! Jelas-jelas mereka sudah janji sebelumnya. Jangan-jangan telah terjadi apa-apa?Suasana hati Fahrel sedang buruk, putrinya malah bersikap kurang ajar terhadapnya, mana mungkin Fahrel tidak marah?“Mungkin semua ini bukan hal buruk?” Setelah dipikir-pikir, Susan pun menghiburnya.“Apa maksudmu?” Fahrel membelalaki Susan dengan kesal. Dia merasa ucapan ini sungguh kurang ajar. Apanya bukan masalah buruk
Fahrel tentu sadar jika bukan karena kakaknya yang sudah meninggal itu, Edgar pasti tidak akan berhubungan dengannya lagi.Justru karena Fahrel sering mengungkit kakaknya di hadapan Edgar, Edgar baru bersikap lebih ramah terhadapnya. Seandainya Edgar mencari pasangan baru dan melupakan kakaknya, bagaimana dengan nasib Fahrel?“Bukannya kamu yang bilang sendiri? Kamu itu lelaki, seharusnya kamu lebih memahami lelaki. Memangnya lelaki bisa setia berapa tahun ….”Ketika mengucapkan ucapan ini, Susan terlihat sangat sedih. Semua yang dikatakannya memang adalah kenyataan.Fahrel juga adalah seorang lelaki. Sebelumnya dia juga merasa Edgar sangat gila. Bisa-bisanya dia begitu setia terhadap kakaknya yang sudah meninggal lama. Jika Fahrel kehilangan istrinya, sepertinya dia sudah mencari banyak wanita cantik.Fahrel spontan melirik istrinya sekilas. Dia merasa wanita ini sangatlah sensitif.“Kenapa? Apa kamu ingin tukar pasangan?” Tetiba Susan menaikkan nada bicaranya.“Bukan, apa yang lagi k
Bella sungguh tidak menyangka kedatangan tamu agung di rumahnya.Saat mobil hampir berhenti di depan gerbang rumah, tampak sebuah mobil diparkirkan di depan gerbang. Seseorang dengan postur tubuh tinggi dan langsing sedang bersandar di badan mobil. Dia terlihat anggun dan menawan. Postur tubuh seperti ini merupakan postur tubuh idaman Bella.Mobil diparkirkan melintang di depan gerbang menghalangi jalan masuk Bella. Jelas sekali wanita itu sedang menunggunya.Bella menurunkan jendela mobil, lalu mencondongkan kepalanya keluar. “Rainie?”Rainie menegakkan tubuhnya seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Dia berkata dengan tersenyum, “Kamu baru pulang?”“Emm, kamu cari aku?” Bella mengerutkan keningnya.“Emm.” Rainie mengangguk. Tatapan Rainie tak berhenti tertuju pada diri Bella. Sepertinya dia sedang mengamati Bella.Bella merasa tidak nyaman. Hanya saja, berhubung Rainie adalah sepupunya, sudah seharusnya dia bersikap sopan, apalagi Rainie jarang berkunjung ke rumahnya. “
Sepertinya Tante Susan menyuruh Rainie untuk menanyakan kondisinya. Demi menghindari kerepotan, Bella pun mengiakan bahwa dirinya telah mengonsumsi obat yang dibuka dokter genius.Sebenarnya resep obat itu tidak berguna sama sekali. Yuna mengatakan obat itu tidak cocok dengannya. Jadi, Bella mendengar apa kata Yuna untuk tidak mengonsumsinya. Hanya saja, jangan sampai masalah ini ketahuan oleh Susan. Jika tidak, Susan pasti akan merepet panjang.Rainie menyipitkan matanya. Dasar tukang bohong!Seandainya Bella benar-benar mengonsumsi obat sesuai resep yang dibuka Chermiko, kondisi tubuhnya tidak mungkin akan sebugar ini. Mungkin berat badannya akan turun, tapi dia akan menjadi tidak bersemangat dan lesu. Jadi, Bella pasti tidak mengonsumsinya!Sekarang Bella malah berbohong dengan alami. Sepertinya dia semakin hebat saja!“Oh ya, kenapa hari ini kamu sempat ke sini? Kata Tante Susan, biasanya kamu sibuk sekali! Sepertinya … kamu lagi bikin eksperimen?” Bella menyerahkan salah satu gela
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon
Yuna tidak peduli ataupun memberikan tanggapan balik karena dia tidak percaya dengan satu pun dari kata-kata yang Rainie ucapkan. Kedatangan Rainie ke sini semata-mata hanya untuk membuat Yuna terpancing. Yuna tidak akan terjatuh semudah itu.Raine tentu saja merasa tersinggung dengan sikap Yuna yang cuek, dia pun berkata, “Kamu pasti berpikir aku cuma ngelantur, ‘kan? Sekarang mereka juga pasti lagi kesulitan, makanya selama ini mereka nggak bergerak. Selain itu aku juga sudah meneliti obat yang bisa mengendalikan pikiran orang lain. Sekarang Shane sudah ada di bawah genggamanku, tapi mereka masih belum menyadarinya. Coba kamu tebak, kalau aku suruh Shane untuk membunuh mereka semua sewaktu mereka lagi tidur, siapa yang akan jadi pemenang di antara kita?”“Sudah selesai bacotnya? Kalau sudah, boleh keluar sekarang?” balas Yuna. “Apa Fred segitu meremehkan amu sampai dia nggak kasih kamu kerjaan yang lebih penting?”“Hahaha, kamu salah. Sekarang semua lab sudah dipercayakan padaku. Aku
Yuna menarik tangan Juan dan berkata padanya dengan raut wajah serius. “Aku nggak demam, apalagi gila. Pokoknya kamu harus dengar apa kataku!”“Kamu bisa mati!”“Aku mungkin akal mati, tapi bisa juga nggak. Tapi yang jelas kalau eksperimen ini nggak dilakukan, semuanya nggak akan berakhir. Supaya kekacauan ini bisa segera selesai, eksperimen ini harus dilakukan.”“Benar apa yang dia bilang!”Seketika mereka mendengar ada suara orang lain yang datang dari luar. Pintu kamar terbuka dan Rainie pun masuk dengan wajah tersenyum.“Kamu siapa?” tanya Juan dengan wajahnya yang mengerut kesal. Siapa pun yang bisa bebas keluar masuk kamar ini berarti adalah kawannya Fred, dan mereka jelas bukan orang baik-baik.“Dia sama saja kayak Fred,” jawab Yuna.“Oh, kelihatan, sih.”Rainie tidak marah atau tersinggung mendengar itu, dia justru malah bangga.“Terus kenapa? Di sini yang kuat memakan yang lemah. Aku pemenangnya, dan kalian pecundang. Oh, salah, kamu bahkan bukan pecundang, tapi onggokan dagin
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B