“Wanita?” Susan sungguh kaget. “Siapa? Edgar … dia cari pasangan baru? Bukannya kakak iparmu itu sangat mencintai kakakmu? Dia juga bersumpah tidak bakal mencari pasangan baru, ‘kan? Kenapa dia tiba-tiba mencari pasangan baru?”Fahrel merasa kesal. “Aku juga tidak tahu, mungkin mereka hanya rekan kerja saja atau wanita itu meminta bantuannya. Aku juga tidak melihat dengan langsung!”Justru karena tidak berhasil bertemu dengan Edgar, Fahrel baru merasa panik. Dia tidak tahu apa yang ada di benak Edgar.Telepon tidak diangkat, pesan singkat tidak dibalas. Semua ini adalah tanda-tanda buruk! Jelas-jelas mereka sudah janji sebelumnya. Jangan-jangan telah terjadi apa-apa?Suasana hati Fahrel sedang buruk, putrinya malah bersikap kurang ajar terhadapnya, mana mungkin Fahrel tidak marah?“Mungkin semua ini bukan hal buruk?” Setelah dipikir-pikir, Susan pun menghiburnya.“Apa maksudmu?” Fahrel membelalaki Susan dengan kesal. Dia merasa ucapan ini sungguh kurang ajar. Apanya bukan masalah buruk
Fahrel tentu sadar jika bukan karena kakaknya yang sudah meninggal itu, Edgar pasti tidak akan berhubungan dengannya lagi.Justru karena Fahrel sering mengungkit kakaknya di hadapan Edgar, Edgar baru bersikap lebih ramah terhadapnya. Seandainya Edgar mencari pasangan baru dan melupakan kakaknya, bagaimana dengan nasib Fahrel?“Bukannya kamu yang bilang sendiri? Kamu itu lelaki, seharusnya kamu lebih memahami lelaki. Memangnya lelaki bisa setia berapa tahun ….”Ketika mengucapkan ucapan ini, Susan terlihat sangat sedih. Semua yang dikatakannya memang adalah kenyataan.Fahrel juga adalah seorang lelaki. Sebelumnya dia juga merasa Edgar sangat gila. Bisa-bisanya dia begitu setia terhadap kakaknya yang sudah meninggal lama. Jika Fahrel kehilangan istrinya, sepertinya dia sudah mencari banyak wanita cantik.Fahrel spontan melirik istrinya sekilas. Dia merasa wanita ini sangatlah sensitif.“Kenapa? Apa kamu ingin tukar pasangan?” Tetiba Susan menaikkan nada bicaranya.“Bukan, apa yang lagi k
Bella sungguh tidak menyangka kedatangan tamu agung di rumahnya.Saat mobil hampir berhenti di depan gerbang rumah, tampak sebuah mobil diparkirkan di depan gerbang. Seseorang dengan postur tubuh tinggi dan langsing sedang bersandar di badan mobil. Dia terlihat anggun dan menawan. Postur tubuh seperti ini merupakan postur tubuh idaman Bella.Mobil diparkirkan melintang di depan gerbang menghalangi jalan masuk Bella. Jelas sekali wanita itu sedang menunggunya.Bella menurunkan jendela mobil, lalu mencondongkan kepalanya keluar. “Rainie?”Rainie menegakkan tubuhnya seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Dia berkata dengan tersenyum, “Kamu baru pulang?”“Emm, kamu cari aku?” Bella mengerutkan keningnya.“Emm.” Rainie mengangguk. Tatapan Rainie tak berhenti tertuju pada diri Bella. Sepertinya dia sedang mengamati Bella.Bella merasa tidak nyaman. Hanya saja, berhubung Rainie adalah sepupunya, sudah seharusnya dia bersikap sopan, apalagi Rainie jarang berkunjung ke rumahnya. “
Sepertinya Tante Susan menyuruh Rainie untuk menanyakan kondisinya. Demi menghindari kerepotan, Bella pun mengiakan bahwa dirinya telah mengonsumsi obat yang dibuka dokter genius.Sebenarnya resep obat itu tidak berguna sama sekali. Yuna mengatakan obat itu tidak cocok dengannya. Jadi, Bella mendengar apa kata Yuna untuk tidak mengonsumsinya. Hanya saja, jangan sampai masalah ini ketahuan oleh Susan. Jika tidak, Susan pasti akan merepet panjang.Rainie menyipitkan matanya. Dasar tukang bohong!Seandainya Bella benar-benar mengonsumsi obat sesuai resep yang dibuka Chermiko, kondisi tubuhnya tidak mungkin akan sebugar ini. Mungkin berat badannya akan turun, tapi dia akan menjadi tidak bersemangat dan lesu. Jadi, Bella pasti tidak mengonsumsinya!Sekarang Bella malah berbohong dengan alami. Sepertinya dia semakin hebat saja!“Oh ya, kenapa hari ini kamu sempat ke sini? Kata Tante Susan, biasanya kamu sibuk sekali! Sepertinya … kamu lagi bikin eksperimen?” Bella menyerahkan salah satu gela
“Iya! Aku ingin ganti suasana, supaya suasana hatiku membaik.” Bella mengikuti arah pandang Rainie. “Setelah tanaman itu dipindahkan, ruangan ini jadi lebih lapang, ya, ‘kan?”Rainie hanya mengangkat-angkat alisnya saja.Bella pun tersenyum. “Oh ya, aku lupa, kamu jarang ke rumah. Seharusnya kamu nggak tahu gimana isi rumahku. Tapi aku cukup suka dengan rumahku yang seperti sekarang ini. Bahkan Papa juga bilang rumah jadi kelihatan luas. Aku juga semakin ceria saja.” Terlukis senyuman lebar di wajah Bella. Saat mengungkit ayahnya, dia merasa sangat bangga dan bahagia.Senyuman itu malah terasa mencolok di mata Rainie. Bella memang memiliki seorang ayah yang baik. Ketika mengungkit soal ayah, dia pun tersenyum dengan sangat cerah. Edgar memang jarang menemani Bella, tapi dia sangat memanjakan dan mencintai putrinya.Di dalam ingatan Rainie, orang tuanya sering bertengkar karena masalah uang ataupun bisnis. Setiap kali Rainie datang ke rumah, orang tuanya malah akan memperlakukannya baga
Bukan hanya raut wajah Bella saja yang kelihatan semakin bagus, auranya juga terlihat berbeda.Rainie memang jarang mengunjunginya. Setiap kali dia datang, Bella akan kelihatan sangat lesu. Ketika berbicara dengan orang lain, ucapannya juga bagai silet saja yang sangat ketus. Bella yang dulu sangatlah rendah diri. Namun sekarang, dia kelihatan lebih ceria dan percaya diri. Ketika berinteraksi dengan orang lain, dia juga tidak mengalihkan tatapannya lagi. Bella yang sekarang sungguh berbeda.Berhubung Susan sering mengungkit nama Yuna sewaktu di rumah dan Chermiko juga sering mengungkitnya sewaktu di laboratorium. Jadi, nama Yuna tidaklah sulit untuk diingat.“Nggak, nggak tergolong mengatur pola makan. Hanya saja, kadang-kadang aku makan di rumahnya saja. Tante Susan nggak suka sama dia, apa Tante ngomong sesuatu sama kamu? Yuna orangnya cukup baik. Kalau ada kesempatan, aku akan perkenalkan kalian! Kalian berdua sangat hebat. Aku yakin kalian akan menjadi teman baik.” Bella mengira Ra
“Mama nanya, apa kamu suka banget sama Tante Yovi?” Yuna bertanya dengan lembut. Dia ingin tahu seberapa pentingnya Yovi di hati putranya.“Suka!” Kenzi mengangguk tanpa ragu sama sekali.Yuna kembali bertanya, “Seberapa … suka?”“Emm ….” Kenzi tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya. Yuna mencoba untuk bertanya, “Emm, begini saja, kamu lebih suka Tante Yovi atau lebih suka Papa dan Mama?”“Papa Mama!” Apa ada yang perlu dibandingkan?Yuna seketika merasa lega. Untung saja! Seandainya Kenzi lebih menyukai Tante Yovi, sepertinya Yuna harus merenungkan kesalahannya.“Kalau begitu, Mama bilang sama kamu di awal. Cepat atau lambat Tante Yovi bakal tinggalin rumah kita.”Kenzi melebarkan kedua matanya. “Kenapa?”“Karena dia adalah pengasuh yang kita pekerjakan khusus untuk menjagamu. Setelah kamu gede nanti, kamu nggak butuh dijaga dia lagi. Atau, bisa jadi terjadi apa-apa dengan keluarganya, jadi dia mesti pergi. Sama seperti pelayan yang lain, semuanya adalah pekerja kita. Mereka hanya d
Yovi membungkukkan tubuhnya menyeka wajah imut Kenzi. Kedua mata Kenzi tak berhenti berkedip. Melihat sosok imut Kenzi, Yovi pun tersenyum. “Kenapa? Baru nggak bertemu sehari, kamu nggak mengenaliku lagi?”“Tante Yovi.”“Ya?”“Apa kamu akan pergi?”Yovi terdiam beberapa detik, lalu kembali melihat ke sisi Kenzi dengan tatapan lembut. “Apa Mama yang beri tahu kamu?”“Emm.” Kenzi mengangguk, lalu kembali bertanya, “Apa kamu akan pergi?”“Mungkin!” Yovi berpikir sejenak, lalu bertanya dengan lembut, “Apa kamu akan merindukanku?”“Emm!” balas Kenzi dengan pasti.“Kalau aku benar-benar pergi, kamu jangan menangis, ya!” Yovi menyentil hidung si cilik, lalu tersenyum lebar.“Nggak nangis!” Kenzi menggeleng. Dia masih ingat dengan ucapan ibu tadi. “Kata Mama, aku … aku itu anak laki-laki!”Yovi tertawa terbahak-bahak. “Iya, kamu itu anak laki-laki, kamu hebat sekali! Kalau begitu, apa kamu sudah bisa pakai celana sendiri?”“Bisa!” Kenzi membalikkan tubuhnya berlari ke dalam kamar. Dia mengambi
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta