“Apa uang jajan Kenzi cukup? Bagusan kamu beliin dia mainan saja!” Juan tetap saja merasa tidak tega.Yuna mengangguk. “Memang nggak cukup. Mesti dipotong selama dua tahun.”Setelah mendengar ucapan Yuna, Kenzi kembali mencemberutkan wajahnya dan air mata hendak menetes lagi.Awalnya Kenzi sudah menerima kenyataan uang jajan dipotong selama satu tahun. Sekarang setelah dibela Kakek Juan, uang jajannya malah dipotong selama dua tahun.“Ergh ….” Juan terbengong di tempat. Dia ingin membantu, tetapi dia juga tidak berani bersuara lagi. Dia hanya berdeham, lalu melirik ke arah rak kaca yang terbuka. Juan mulai mengarang alasan baru. “Semua bukan salah dia! Aku yang tidak mengunci rak kaca itu. Meski dia tidak menghancurkannya, bisa jadi ada maling yang akan mencurinya.”Disusul terdengar suara omelan Juan. “Bagaimana kerja kalian! Bukankah aku sudah suruh kalian mengunci rak kaca ini? Kenapa kalian malah melupakannya! Apa kalian tidak ingin gaji bulan ini lagi! Atau kalian sudah malas beke
Awalnya Kenzi mengira dirinya akan diomeli lagi. Ternyata ibunya tidak sedang memarahinya, melainkan bertanya cara membuka gembok. Dalam sesaat, Kenzi merasa gembira hendak menunjukkan kehebatannya.Dua tangan kecil disandarkan satu sama lain membuat sebuah pose. Kemudian, dia melakukan gerakan memutar dan mengeluarkan suara “Plak” yang berarti gembok terbuka.Mungkin orang-orang tidak mengerti maksud dari “pertunjukan” Kenzi tadi. Hanya saja, bagaimanapun dia adalah darah daging Yuna. Yuna mengerti maksudnya, hanya saja dia masih tidak percaya. “Segampang itu?”“Emm!” Kenzi mengangguk dengan kuat menyatakan memang segampang itu.Yuna berpikir sejenak, lalu memerintah pelayan di samping. “Pasang gembok di rak kaca.”Pelayan merasa kebingungan, spontan melirik ke sisi Juan. Saat ini, Juan juga sudah berjalan mendekat. Dia kelihatan sangat penasaran bagaimana si bocah bisa membuka gembok rak kacanya.Awalnya Juan mengira semua ini adalah kelalaian pelayannya. Mereka pasti lupa memasang g
Juan membuka mulutnya dengan lebar-lebar merasa terkejut. Dia melihat ke sisi bocah kecil, lalu mengacungkan jempol. “Kesayanganku memang hebat!”Setelah mendapat pujian, ujung bibir Kenzi langsung melengkung ke atas. Dia pun langsung membusungkan dadanya.Yuna memiringkan kepalanya sedang meneliti gembok itu. Dia juga tidak ahli dalam masalah kunci, tidak mengerti bagaimana teorinya. Dulu dia memang pernah menontonnya di TV, bahkan pernah menonton video membuka gembok di internet. Hanya saja, ketika melihat putranya membuka gembok dengan langsung, Yuna sungguh merasa kaget.“Siapa yang ajari kamu?” Yuna melihat ke sisi anaknya.Kenzi memiringkan kepalanya berpikir sejenak, lalu menjawab, “Vivi ….”“Siapa Vivi?” Juan bertanya dengan bingung.“Yovi?” Yuna berpikir sejenak, lalu bertanya, “Maksudmu Tante Yovi?”“Emm!” Kenzi mengangguk dengan kencang, lalu berkata, “Sendiri!”Jawaban yang ambigu itu membingungkan Juan. “Sebenarnya kamu belajar sendiri atau diajari Tante Vivi-mu?”“Emm ….”
Hanya saja, sudah lama Juan tidak ikut campur dengan masalah di luar sana. Yuna juga tidak ingin Juan terlibat dalam masalah ini, apalagi usia Juan sudah tidak muda lagi. Sudah saatnya dia menikmati hari tuanya.Jadi, pada akhirnya Yuna juga tidak mengatakannya. Dia hanya mengambil tanaman yang dipetiknya, lalu menggendong Kenzi buru-buru meninggalkan kediaman.Setelah pulang ke rumah, Yuna melirik rumah yang kelihatan normal seperti biasa, tetapi dia tetap tidak merasa tenang.Selama ini Yuna merasa Kediaman Setiawan sangatlah aman. Dia dan Brandon sudah memasang kamera CCTV di dalam rumah. Bahkan pelayan di rumah juga disortir dengan ketat. Namun tidak ada yang sempurna di dunia ini.“Den Kenzi sudah pulang, ya!” Pengasuh yang kerap disapa Yovi ini mengenakan pakaian rumah yang sangat sederhana dengan rambut dikuncir satu di belakang.Sebenarnya wanita ini masih muda, baru berusia sekitar 30-an tahun saja. Hanya saja, dia merawat kulitnya dengan sangat bagus, alhasil dia kelihatan ba
Mengenai sejak kapan Kenzi belajar membuka gembok, Yuna tidak menemukan video itu. Hanya saja, Yuna yakin putranya tidak sedang berbohong. Kenzi masih kecil, dia tidak sanggup memikirkan kata-kata untuk berbohong. Lagi pula, dia juga tidak perlu berbohong.Yovi … sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?…Saat Rainie pulang dari laboratorium, waktu sudah menunjukkan pukul lima subuh.Pintu dibuka, Rainie berjalan ke lantai atas. Selain pelayan di rumah, tidak terdengar suara lain di rumah. Namun, saat Rainie hendak masuk ke kamarnya, Susan yang dibangunkan oleh perut keroncongannya itu tiba-tiba menjerit, “Rainie?”Rainie pun terdiam. Dia memalingkan kepalanya dan tampak kerutan di keningnya.Susan mengucek matanya. Setelah memastikan orang di hadapannya adalah Ranie, dia menjadi lebih bersemangat lagi. “Rainie, akhirnya kamu pulang juga! Kenapa kamu tidak beri tahu Mama? Pagi sekali kamu pulangnya. Eits, salah … kenapa kamu baliknya malam sekali?”Dari cara berpakaian Rainie, jelas sek
Rainie meletakkan kotak kayu ke atas meja. Dia berpikir sejenak, lalu menaruh tempat pensil di depan kotak kayu.Baru saja Rainie berjalan beberapa langkah, dia kembali membalikkan tubuhnya. Dia memasukkan kotak kayu ke dalam tempat pensil, lalu mengeluarkan beberapa batang pensil. Kali ini, dia baru menghela napas lega.Rainie mengambil pakaian dan handuk, pergi membasuh tubuhnya dengan air hangat. Dia sudah lama tidak pulang ke rumah. Meskipun ada kamar mandi dan kamar tidur di laboratorium, tetapi persyaratannya pasti tidak sebagus di rumah. Saat ini, Rainie merendam tubuhnya di dalam bathtub untuk merelaksasi tubuhnya. Tubuh yang awalnya terasa lelah mulai merasa nyaman. Dia pun mulai merasa mengantuk.Entah sudah tertidur berapa lama, Rainie pun terbangun. Dia juga terkejut tidak menyangka dirinya telah ketiduran di dalam bathtub. Saat ini, terdengar … suara langkah kaki di luar sana.Rasa kantuk seketika langsung menghilang. Rainie segera keluar dari bathtub. Dia membungkus tubu
“Rainie, kenapa kamu berbicara seperti ini? Bukankah Mama sudah jelasin sebelumnya? Semua itu Mama katakan demi menyenangkannya saja. Mama juga sudah jelasin hubungan di antara keluarga kita. Kalau bukan karena Om Edgar-mu, keluarga ….”“Kalau bukan karena Om Edgar-ku, keluarga kita cuma makan tahu tempe saja!” timpal Rainie dengan kesal. Dia mengorek-ngorek telinganya, lalu melanjutkan, “Aku nggak ingin dengar semua itu lagi. Aku sudah muak. Kalian ingin menjilatnya, ingin mengandalkannya, semua itu urusan kalian. Aku, Rainie, nggak butuh!”“Rainie, kamu tidak boleh berbicara seperti ini.” Susan masih ingin menjelaskan. Namun, dia menyadari putrinya sudah kehabisan kesabaran. Pada akhirnya, dia pun mengurungkan niatnya. “Oke, oke, kita jangan bahas masalah ini lagi. Mama tidak bahas masalah ini lagi, ya! Tapi, sekarang kamu sudah dewasa. Kamu seharusnya paham jerih payah Mama, ‘kan? Kamu jangan kekanak-kanakan, ya!”Nada bicara Susan sangatlah lembut. Dia sedang berusaha memperbaiki h
Setelah mendengar ucapan Rainie, Susan segera berkata, “Rainie, mungkin karena kamu tidak pernah bertemu dengannya, makanya kamu tidak tahu seberapa hebatnya dokter genius ini. Dari semua dokter yang Mama cari, cuma dia saja yang menyadari ada racun di tubuh Bella. Sekarang setelah Bella makan resep obat yang dibuka Chermiko, kondisinya menjadi lebih fit.”“Benarkah? Semakin fit saja?” Terlintas senyuman datar di wajah Rainie.Susan merasa reaksi Rainie agak aneh. Hanya saja, dia tidak ingin berpikir kebanyakan. Jarang-jarang Rainie memperhatikan Bella. Hal yang paling penting adalah Rainie bersedia berbincang-bincang dengannya.“Bella sudah semakin kurus. Tapi tidak kurus-kurus sekali. Kamu tahu sendiri, dia terlalu gendut, jadi dia tidak akan kurus dalam waktu singkat. Hanya saja, dia terlihat lebih bersemangat daripada sebelumnya. Dulu dia selalu kelihatan letih dan lesu, tapi sekarang sudah tidak lagi.”“Hanya saja, sekarang aku jadi tidak terbiasa ketika berkunjung ke rumah Om Edg
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S