Awalnya Kenzi mengira dirinya akan diomeli lagi. Ternyata ibunya tidak sedang memarahinya, melainkan bertanya cara membuka gembok. Dalam sesaat, Kenzi merasa gembira hendak menunjukkan kehebatannya.Dua tangan kecil disandarkan satu sama lain membuat sebuah pose. Kemudian, dia melakukan gerakan memutar dan mengeluarkan suara “Plak” yang berarti gembok terbuka.Mungkin orang-orang tidak mengerti maksud dari “pertunjukan” Kenzi tadi. Hanya saja, bagaimanapun dia adalah darah daging Yuna. Yuna mengerti maksudnya, hanya saja dia masih tidak percaya. “Segampang itu?”“Emm!” Kenzi mengangguk dengan kuat menyatakan memang segampang itu.Yuna berpikir sejenak, lalu memerintah pelayan di samping. “Pasang gembok di rak kaca.”Pelayan merasa kebingungan, spontan melirik ke sisi Juan. Saat ini, Juan juga sudah berjalan mendekat. Dia kelihatan sangat penasaran bagaimana si bocah bisa membuka gembok rak kacanya.Awalnya Juan mengira semua ini adalah kelalaian pelayannya. Mereka pasti lupa memasang g
Juan membuka mulutnya dengan lebar-lebar merasa terkejut. Dia melihat ke sisi bocah kecil, lalu mengacungkan jempol. “Kesayanganku memang hebat!”Setelah mendapat pujian, ujung bibir Kenzi langsung melengkung ke atas. Dia pun langsung membusungkan dadanya.Yuna memiringkan kepalanya sedang meneliti gembok itu. Dia juga tidak ahli dalam masalah kunci, tidak mengerti bagaimana teorinya. Dulu dia memang pernah menontonnya di TV, bahkan pernah menonton video membuka gembok di internet. Hanya saja, ketika melihat putranya membuka gembok dengan langsung, Yuna sungguh merasa kaget.“Siapa yang ajari kamu?” Yuna melihat ke sisi anaknya.Kenzi memiringkan kepalanya berpikir sejenak, lalu menjawab, “Vivi ….”“Siapa Vivi?” Juan bertanya dengan bingung.“Yovi?” Yuna berpikir sejenak, lalu bertanya, “Maksudmu Tante Yovi?”“Emm!” Kenzi mengangguk dengan kencang, lalu berkata, “Sendiri!”Jawaban yang ambigu itu membingungkan Juan. “Sebenarnya kamu belajar sendiri atau diajari Tante Vivi-mu?”“Emm ….”
Hanya saja, sudah lama Juan tidak ikut campur dengan masalah di luar sana. Yuna juga tidak ingin Juan terlibat dalam masalah ini, apalagi usia Juan sudah tidak muda lagi. Sudah saatnya dia menikmati hari tuanya.Jadi, pada akhirnya Yuna juga tidak mengatakannya. Dia hanya mengambil tanaman yang dipetiknya, lalu menggendong Kenzi buru-buru meninggalkan kediaman.Setelah pulang ke rumah, Yuna melirik rumah yang kelihatan normal seperti biasa, tetapi dia tetap tidak merasa tenang.Selama ini Yuna merasa Kediaman Setiawan sangatlah aman. Dia dan Brandon sudah memasang kamera CCTV di dalam rumah. Bahkan pelayan di rumah juga disortir dengan ketat. Namun tidak ada yang sempurna di dunia ini.“Den Kenzi sudah pulang, ya!” Pengasuh yang kerap disapa Yovi ini mengenakan pakaian rumah yang sangat sederhana dengan rambut dikuncir satu di belakang.Sebenarnya wanita ini masih muda, baru berusia sekitar 30-an tahun saja. Hanya saja, dia merawat kulitnya dengan sangat bagus, alhasil dia kelihatan ba
Mengenai sejak kapan Kenzi belajar membuka gembok, Yuna tidak menemukan video itu. Hanya saja, Yuna yakin putranya tidak sedang berbohong. Kenzi masih kecil, dia tidak sanggup memikirkan kata-kata untuk berbohong. Lagi pula, dia juga tidak perlu berbohong.Yovi … sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?…Saat Rainie pulang dari laboratorium, waktu sudah menunjukkan pukul lima subuh.Pintu dibuka, Rainie berjalan ke lantai atas. Selain pelayan di rumah, tidak terdengar suara lain di rumah. Namun, saat Rainie hendak masuk ke kamarnya, Susan yang dibangunkan oleh perut keroncongannya itu tiba-tiba menjerit, “Rainie?”Rainie pun terdiam. Dia memalingkan kepalanya dan tampak kerutan di keningnya.Susan mengucek matanya. Setelah memastikan orang di hadapannya adalah Ranie, dia menjadi lebih bersemangat lagi. “Rainie, akhirnya kamu pulang juga! Kenapa kamu tidak beri tahu Mama? Pagi sekali kamu pulangnya. Eits, salah … kenapa kamu baliknya malam sekali?”Dari cara berpakaian Rainie, jelas sek
Rainie meletakkan kotak kayu ke atas meja. Dia berpikir sejenak, lalu menaruh tempat pensil di depan kotak kayu.Baru saja Rainie berjalan beberapa langkah, dia kembali membalikkan tubuhnya. Dia memasukkan kotak kayu ke dalam tempat pensil, lalu mengeluarkan beberapa batang pensil. Kali ini, dia baru menghela napas lega.Rainie mengambil pakaian dan handuk, pergi membasuh tubuhnya dengan air hangat. Dia sudah lama tidak pulang ke rumah. Meskipun ada kamar mandi dan kamar tidur di laboratorium, tetapi persyaratannya pasti tidak sebagus di rumah. Saat ini, Rainie merendam tubuhnya di dalam bathtub untuk merelaksasi tubuhnya. Tubuh yang awalnya terasa lelah mulai merasa nyaman. Dia pun mulai merasa mengantuk.Entah sudah tertidur berapa lama, Rainie pun terbangun. Dia juga terkejut tidak menyangka dirinya telah ketiduran di dalam bathtub. Saat ini, terdengar … suara langkah kaki di luar sana.Rasa kantuk seketika langsung menghilang. Rainie segera keluar dari bathtub. Dia membungkus tubu
“Rainie, kenapa kamu berbicara seperti ini? Bukankah Mama sudah jelasin sebelumnya? Semua itu Mama katakan demi menyenangkannya saja. Mama juga sudah jelasin hubungan di antara keluarga kita. Kalau bukan karena Om Edgar-mu, keluarga ….”“Kalau bukan karena Om Edgar-ku, keluarga kita cuma makan tahu tempe saja!” timpal Rainie dengan kesal. Dia mengorek-ngorek telinganya, lalu melanjutkan, “Aku nggak ingin dengar semua itu lagi. Aku sudah muak. Kalian ingin menjilatnya, ingin mengandalkannya, semua itu urusan kalian. Aku, Rainie, nggak butuh!”“Rainie, kamu tidak boleh berbicara seperti ini.” Susan masih ingin menjelaskan. Namun, dia menyadari putrinya sudah kehabisan kesabaran. Pada akhirnya, dia pun mengurungkan niatnya. “Oke, oke, kita jangan bahas masalah ini lagi. Mama tidak bahas masalah ini lagi, ya! Tapi, sekarang kamu sudah dewasa. Kamu seharusnya paham jerih payah Mama, ‘kan? Kamu jangan kekanak-kanakan, ya!”Nada bicara Susan sangatlah lembut. Dia sedang berusaha memperbaiki h
Setelah mendengar ucapan Rainie, Susan segera berkata, “Rainie, mungkin karena kamu tidak pernah bertemu dengannya, makanya kamu tidak tahu seberapa hebatnya dokter genius ini. Dari semua dokter yang Mama cari, cuma dia saja yang menyadari ada racun di tubuh Bella. Sekarang setelah Bella makan resep obat yang dibuka Chermiko, kondisinya menjadi lebih fit.”“Benarkah? Semakin fit saja?” Terlintas senyuman datar di wajah Rainie.Susan merasa reaksi Rainie agak aneh. Hanya saja, dia tidak ingin berpikir kebanyakan. Jarang-jarang Rainie memperhatikan Bella. Hal yang paling penting adalah Rainie bersedia berbincang-bincang dengannya.“Bella sudah semakin kurus. Tapi tidak kurus-kurus sekali. Kamu tahu sendiri, dia terlalu gendut, jadi dia tidak akan kurus dalam waktu singkat. Hanya saja, dia terlihat lebih bersemangat daripada sebelumnya. Dulu dia selalu kelihatan letih dan lesu, tapi sekarang sudah tidak lagi.”“Hanya saja, sekarang aku jadi tidak terbiasa ketika berkunjung ke rumah Om Edg
Rainie paham dengan karakter ibunya. Dia pun menegaskan sekali lagi, “Aku benar-benar nggak menginginkannya lagi. Kamu jangan buat keputusan sendiri, apalagi pindahin semuanya ke rumah. Kalau kamu pindahin ke rumah, aku bakal buang semuanya.”“Oke! Oke!” Susan mengangguk kencang. Dia yakin putrinya akan melakukan apa yang dikatakan. Berhubung Rainie tidak menginginkannya lagi, kenapa dia malah emosi?Rainie mengeluarkan sebotol krim tangan, lalu mengoleskannya dengan perlahan. “Itu berarti Yuna pindahkan semua tanaman itu?”“Bisa jadi, pokoknya sekarang rumah Om Edgar-mu itu lapang sekali, tidak ada sehelai daun pun di sana.” Susan melipatkan kedua tangannya di depan dada, lalu menggeleng.“Apa si Yuna itu belajar ilmu pengobatan?” Rainie terdiam sejenak, lalu bertanya kembali. Saat dia bertatapan dengan tatapan bingung Susan, dia pun menambahkan, “Bukankah waktu itu kamu bilang dia lagi atur pola makan Bella?”“Haish!” Susan mengibaskan tangannya. “Dia itu sok pintar. Mana mungkin dia
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon
Yuna tidak peduli ataupun memberikan tanggapan balik karena dia tidak percaya dengan satu pun dari kata-kata yang Rainie ucapkan. Kedatangan Rainie ke sini semata-mata hanya untuk membuat Yuna terpancing. Yuna tidak akan terjatuh semudah itu.Raine tentu saja merasa tersinggung dengan sikap Yuna yang cuek, dia pun berkata, “Kamu pasti berpikir aku cuma ngelantur, ‘kan? Sekarang mereka juga pasti lagi kesulitan, makanya selama ini mereka nggak bergerak. Selain itu aku juga sudah meneliti obat yang bisa mengendalikan pikiran orang lain. Sekarang Shane sudah ada di bawah genggamanku, tapi mereka masih belum menyadarinya. Coba kamu tebak, kalau aku suruh Shane untuk membunuh mereka semua sewaktu mereka lagi tidur, siapa yang akan jadi pemenang di antara kita?”“Sudah selesai bacotnya? Kalau sudah, boleh keluar sekarang?” balas Yuna. “Apa Fred segitu meremehkan amu sampai dia nggak kasih kamu kerjaan yang lebih penting?”“Hahaha, kamu salah. Sekarang semua lab sudah dipercayakan padaku. Aku
Yuna menarik tangan Juan dan berkata padanya dengan raut wajah serius. “Aku nggak demam, apalagi gila. Pokoknya kamu harus dengar apa kataku!”“Kamu bisa mati!”“Aku mungkin akal mati, tapi bisa juga nggak. Tapi yang jelas kalau eksperimen ini nggak dilakukan, semuanya nggak akan berakhir. Supaya kekacauan ini bisa segera selesai, eksperimen ini harus dilakukan.”“Benar apa yang dia bilang!”Seketika mereka mendengar ada suara orang lain yang datang dari luar. Pintu kamar terbuka dan Rainie pun masuk dengan wajah tersenyum.“Kamu siapa?” tanya Juan dengan wajahnya yang mengerut kesal. Siapa pun yang bisa bebas keluar masuk kamar ini berarti adalah kawannya Fred, dan mereka jelas bukan orang baik-baik.“Dia sama saja kayak Fred,” jawab Yuna.“Oh, kelihatan, sih.”Rainie tidak marah atau tersinggung mendengar itu, dia justru malah bangga.“Terus kenapa? Di sini yang kuat memakan yang lemah. Aku pemenangnya, dan kalian pecundang. Oh, salah, kamu bahkan bukan pecundang, tapi onggokan dagin
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali