“Chermiko, aku sarankan kamu jangan lanjutkan penelitian ini lagi.” Yuna menatap Chermiko sembari berkata, “Aku tahu kamu merasa nggak puas. Kamu ingin mengalahkanku. Tapi jangan gunakan penelitian ini untuk bertanding denganku. Penelitian ini nggak seharusnya di ….”“Cukup!” potong Chermiko. Dia pun tersenyum sinis. “Kamu kira kamu itu siapa? Atas dasar apa aku bertanding sama kamu? Aku merasa penelitian ini bermakna dan boleh dilanjutkan. Kalau kamu tidak ingin melanjutkan penelitian, kamu bisa pergi. Tidak akan ada orang yang melarangmu! Tapi atas dasar apa kamu menghancurkan semua data penelitian! Kamu kira kamu itu siapa!”Sepertinya Yuna tidak akan bisa membujuk mereka semua. Yuna langsung berjalan ke hadapan mereka semua. Dia menatap wajah dingin Chermiko dan juga wajah lara Delon, lalu berkata dengan datar, “Yang aku hancurkan itu adalah data hasil penelitianku. Berhubung aku yang menelitinya, memangnya aku nggak boleh menghancurkannya?”Seusai berbicara, Yuna langsung berjalan
“Nggak, Tante Bella ….” Kenzi menunjuk ke dalam.“Kak Yuna, kamu sudah pulang,” ucap Bella dengan tersenyum. Dia duduk di depan meja makan, tetapi dia tidak menyentuh makanan yang disajikan di atas meja. Yuna merasa agak syok. Padahal biasanya Bella tidak sabaran melahap seluruh makanannya.“Kenapa? Apa menu hari ini nggak sesuai sama seleramu?” Yuna yang memilih menu makanan untuk Bella. Dia sengaja memilih semua jenis makanan yang disukai Bella. “Nggak, cocok, kok!” balas Bella dengan tersenyum. “Aku hanya ingin makan bersamamu.”“Heh?”Yuna berjalan ke depan meja makan, lalu menatap makanan di atas meja, ada ayam paha tumis jamur, tahu telur kukus, ikan kukus kecap, dan juga tumis sayur. Hanya saja, semua makanan itu sudah dingin.Sebelumnya Yuna pernah mengatur jam makan Bella. Jadi, pelayan akan mengatur waktu penyajian makanan sesuai dengan jadwal. Makan malam Bella hari ini tergolong agak telat.Hanya saja, Yuna juga tidak berbicara banyak. Dia menggendong Kenzi ke atas kursi,
Yuna tersenyum dengan datar. “Siapa yang bilang sama kamu?”Senyuman di wajah Bella terlihat agak canggung. “Bukan, bukan, aku cuma asal bicara saja.”Sebenarnya hati Bella sungguh kacau. Di satu sisi, dia merasa dirinya tidak seharusnya percaya dengan omongan orang lain dan mencurigai Yuna. Namun di sisi lain, Bella memang mencurigai Yuna.Orang itu mengatakan Bella sedang keracunan. Dia bahkan mengatakannya dengan sangat yakin. Bella sungguh bingung saat ini.“Si Chermiko?” Setelah dipikir-pikir, satu-satunya orang yang berhubungan dengan Bella dan bisa menjelek-jelekkannya hanyalah dia.Yuna tidak pernah bertemu lelaki yang kekanak-kanakan seperti Chermiko. Padahal sebenarnya tidak ada konflik serius di antara dirinya dengan Chermiko. Namun, Chermiko malah terus menjelek-jelekkannya. Membosankan sekali!Lantaran tebakan Yuna benar, Bella semakin canggung lagi. Dia menunduk, lalu berkata dengan suara kecil, “Maaf.”“Kamu nggak usah minta maaf. Wajar kalau kamu curiga, apalagi waswas
Intinya, tidak seharusnya Bella mencurigai temannya sendiri.“Kamu seharusnya curiga dan aku seharusnya menjelaskan,” balas Yuna, “Sebelumnya aku nggak beri tahu kamu karena aku masih nggak yakin”“Nggak yakin apa?” tanya Bella dengan penasaran.Sembari melihat Bella, Yuna pun menjawab, “Nggak yakin masalah keracunanmu.”Setelah mendengar ucapannya, Bella pun terkejut hingga wajahnya memucat.“Kamu … jangan panik. Keracunan yang kumaksud nggak membahayakan jiwamu.” Yuna berusaha untuk menenangkan.Bella bukan terkejut karena dirinya mengalami keracunan. Dia hanya tidak menyangka diagnosis Yuna sama dengan dokter genius itu. Jadi, alasan Bella tidak bisa menguruskan diri dan sering kecapekan selama beberapa tahun ini karena dirinya sedang keracunan?Bella berusaha untuk menenangkan dirinya, lalu bertanya, “Jadi … aku keracunan apa?”“Racun itu agak rumit. Seharusnya kamu sudah keracunan dalam jangka lama. Hanya saja, aku masih perlu meneliti lagi,” balas Yuna dengan serius.“Jadi ….” Be
“Kamu juga jangan berpikir kebanyakan, semua ini belum pasti ulah pelayan rumahmu.” Yuna tertegun sejenak, lalu mengganti topik pembicaraan. Dia tiba-tiba bertanya, “Oh ya, sebenarnya kamu nggak begitu menyukai tanaman, apalagi kamu juga nggak ngerti dengan tanaman, kenapa bisa ada begitu banyak tanaman di dalam rumahmu?”Bella masih larut dalam kesedihan. Dia pun menjawab dengan lesu, “Semua itu pemberian Tante Susan. Dia bilang kondisi tubuhku nggak bagus dan nggak suka keluar rumah. Jadi, dia bilang seharusnya taruh tanaman hijau di rumah. Tanaman hijau bisa membuat suasana hati seseorang menjadi bagus, menyegarkan udara, dan juga menyehatkan badan.”“Hanya saja aku nggak merasa suasana hatiku membaik juga …,” lanjut Bella dengan muram. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu mengangkat kepalanya menatap Yuna. “Jangan-jangan ada hubungannya dengan tanaman itu? Jangan-jangan biang keroknya itu Tante Susan? Nggak, nggak mungkin! Tante Susan orangnya memang cerewet dan suka ngomong kata-kat
“Menurutku, sekarang sumber keracunanmu masih belum bisa dipastikan. Kita juga nggak bisa pastikan apakah semua itu ada hubungannya dengan tanaman-tanaman itu atau nggak, bisa jadi … orang di sekitarmu yang berulah. Jadi, kamu jangan beri tahu siapa-siapa dulu. Kalaupun ada yang bertanya, kamu bilang saja aku membutuhkannya untuk melakukan penelitian. Jadi, aku pinjam tanamanmu dulu.”Bella langsung membalas, “Oke! Benar juga apa katamu!”Melihat Bella yang begitu patuh, dia kepikiran dengan pertemuan pertama mereka. Bella datang untuk mengambil kembali gaunnya. Waktu itu, Bella terlihat sangat arogan dan tidak bisa diajak kompromi.Ternyata Bella hanya sedang berlagak untuk keras saja.Bella sudah memiliki postur tubuh gendut selama bertahun-tahun. Dia jarang keluar rumah dan tidak memiliki banyak teman. Sebenarnya dia merasa sangat kesepian.Di satu sisi, Bella adalah anak dari keluarga kaya. Ayahnya adalah seorang pejabat yang dijilat oleh banyak orang. Dia pasti merasa sangat perca
Selama beberapa tahun ini, Chermiko mengatasnamakan murid terakhir dari Juan dan diagungkan oleh orang-orang. Biasanya ada banyak orang yang memohonnya untuk bisa diobati. Dia sudah terbiasa untuk hidup dengan dipuja-puja.Terkadang Chermiko mengingatkan dirinya sendiri. Dia tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah murid terakhir Juan, mereka sendiri yang bersedia untuk memercayainya. Jadi, semua ini bukan salah Chermiko. Hanya saja ….Lama kelamaan, Chermiko menjadi takut. Dia sungguh takut suatu hari nanti identitasnya akan terbongkar. Contohnya, si Yuna. Dia bisa begitu menentang Yuna juga karena takut suatu hari nanti dirinya akan dipermalukan di depan umum. Dia takut Yuna akan membongkar identitas palsunya. Jadi, Chermiko ingin membuktikan kemampuan dirinya sendiri.Kali ini, data penelitian yang dihancurkan Yuna berhasil dipulihkan oleh Chermiko. Semua ini berkat kemampuannya sendiri. Dia pun merasa sangat puas dengan pencapaiannya. Perasaan ini tidak bisa dibeli dengan apa p
Bella duduk sembari memegang gelas air, lalu menghela napas. “Menyaring udara? Kenapa aku nggak merasa, ya? Mengenai masalah suasana rumah menjadi lebih nyaman, apa Tante merasa aku nyaman selama beberapa tahun ini?”Susan terdiam di tempat.“Setiap harinya aku sangat nggak bersemangat. Kerjaanku kalau bukan tidur, ya sedang perjalanan untuk tidur. Kalaupun aku bangun, kerjaanku cuma makan saja. Aku nggak bisa mengendalikan nafsu makanku. Mengenai suasana hati, mana mungkin orang sepertiku bisa merasa nyaman? Aku nggak merasa nyaman sehari pun.” Susan menghela napas sembari menggeleng dan meneguk minumannya.“Bella, kamu juga jangan berpikir seperti ini. Semua itu karena kondisi tubuhmu lagi nggak bagus. Sekarang Tante sudah cariin dokter genius yang bisa mengobatimu. Dia juga sudah bukain resep obat buat kamu. Apa kamu sudah makan obat hari ini?” tanya Susan dengan buru-buru.Bella melirik Susan sekilas. Dia tidak menjawab pertanyaan tantenya, tetapi malah bertanya, “Tante, apa kamu m
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta