Namun, Yuna tidak menemukan Delon di lantai atas maupun lantai bawah. Bahkan, panggilan juga tidak diangkat. Dia berdiri di depan lift sembari merenung. Seketika dia melihat ke sisi lantai teratas yang tidak boleh dimasuki siapa pun.Lift bergerak turun dari lantai atas ke bawah. Saat pintu lift terbuka, orang yang keluar bukanlah Delon, melainkan adalah Shane.Mereka berdua juga terkejut bisa bertemu pada tempat ini. Shane duluan merespons. Dia tersenyum, lalu menyapa Yuna dengan santai, “Pagi.”“Pagi.” Yuna menatapnya. “Tuan Shane baru datang bekerja atau bergadang semalaman?”“Aku ….”Tanpa menunggu balasan dari Shane, Yuna langsung berkata, “Tapi sebagai pemegang saham, kamu tergolong cukup profesional!”Saat berbicara, pintu lift sedang ditutup. Shane mengangkat tangan menahan pintu. Kemudian, dia berjalan keluar dan berkata, “Yuna, kita juga sudah teman lama. Kamu tidak perlu berbicara seperti ini sama aku.”“Oke, berhubung kita semua adalah teman lama, aku ingin bertanya, kenapa
“Eh iya, kenapa?” Shane mengangkat-angkat tangannya, lalu bertanya dengan lugu.Yuna terdiam membisu.Kedua tangan di samping tubuh Yuna dikepalkan. Kemudian, dia pun berkata dengan tersenyum, “Dengan bahasamu, kamu itu pebisnis, jadi aku nggak bisa jawab pertanyaan ini. Aku rasa seharusnya kamu berpikir kenapa Grup Setiawan bisa mencabut dana mereka. Apa kamu seharusnya terlibat dalam masalah ini?”Shane hanya menatapnya tanpa berbicara sama sekali. Hanya saja, tatapannya terlihat sangat muram. Entah apa yang ada di benaknya saat ini.Yuna tidak tahu alasan Shane berbuat seperti ini. Hanya saja, semuanya sangat jelas. Shane tidak ingin mengatakannya atau … dia tidak boleh mengatakannya.“Kamu baru turun dari lantai atas. Itu berarti Pak Delon juga lagi di atas?” Yuna mengubah topik pembicaraannya. Dia mengangkat dagunya melihat ke sisi lantai atas. Yuna dilarang masuk ke tempat itu.Setelah mengikuti arah pandang Yuna, Shane pun mengangguk. “Dia akan segera turun.”“Selain kamu dan Pa
Shane terdiam.“Seperti yang kamu katakan tadi. Aku juga nggak bisa bantu apa-apa kalau aku terbang ke sana. Dia perlu menangani banyak urusan penting, sedangkan aku juga punya urusanku sendiri. Sebentar lagi Pak Delon akan turun, aku ingin menunggunya.”Seusai berbicara, Yuna pun turun ke lantai bawah.Melihat bayangan punggung Yuna semakin menjauh, senyuman di wajah Shane pun mulai menghilang dan tatapannya menjadi muram. Dia menggeleng, lalu menghela napas panjang.Yuna memang sangat mengkhawatirkan Brandon. Hanya saja, dia juga tahu tidak ada gunanya dia merasa khawatir pada kondisi saat ini. Sementara, Yuna masih memiliki banyak urusan yang harus diselesaikannya.Putranya, Kenzi, juga membutuhkan dampingan. Jika kedua orang tuanya tidak berada di sisinya, takutnya Kenzi akan merasa tidak terbiasa dan takut.Setelah masuk ke dalam ruang penelitian, Yuna juga tidak melakukan eksperimen. Dia duduk di depan meja komputer mulai menyusun data sejak dia pertama kali bergabung dalam tim.
“Yuna, kamu yang tenang. Aku menyuruhmu untuk istirahat, bukan berarti aku tidak membutuhkanmu lagi. Hanya saja, kamu sudah melakukan terlalu banyak. Dengan adanya keberhasilan dari penelitian sebelumnya, kami pun bisa mempunyai untuk penelitian berikutnya. Kontribusimu sudah terlalu banyak. Mana mungkin aku mengabaikan jerih payahmu!”Delon merasa Yuna marah karena dikeluarkan dari penelitian. Itulah sebabnya dia tak berhenti menjelaskan.Hanya saja, Yuna malah menggeleng. “Pak Delon, aku nggak peduli kamu izinin aku melanjutkan penelitian atau nggak, aku merasa sudah seharusnya penelitian ini dihentikan. Kalau penelitian ini dilanjutkan lagi, hasilnya juga nggak akan membawa manfaat bagi orang-orang.”“Tidak! Pasti akan ada manfaatnya!” Delon memang pernah meragukannya, hanya saja dia masih memeluk harapan tinggi terhadap pemikirannya. “Aku percaya penelitian ini pasti akan berhasil. Kamu tahu sendiri, kegagalan adalah kunci dari kesuksesan. Lagi pula, sekarang kamu sudah berhasil, ‘
“Semua ini adalah jerih payah kita semua, bukan jerih payahmu saja. Kamu tidak berhak untuk menghapusnya!” Delon ingin merebut laptop, tapi dia yang sudah berumur pasti bukan saingan Yuna. Mereka berdua sedang merebut laptop. Lantaran suara gaduh terdengar agak keras, orang-orang pun melihat ke sisi mereka.“Pak Delon? Apa yang lagi kalian lakukan?”“Cepat! Cepat bantu aku untuk rebut laptop ini! Dia ingin menghapus data penelitian!” jerit Delon meminta bantuan dari orang lain.Setelah mendengar ucapan Delon, awalnya mereka masih merasa ragu. Seketika mereka langsung maju hendak merebut laptop. Melihat orang-orang mulai mengerumuninya, Yuna langsung mengangkat laptopnya ….“Bamm!” Laptop dibanting kuat di atas lantai.Seiring dengan suara bantingan keras, laptop pun hancur berkeping-keping di atas lantai. Semua orang spontan terbengong terdiam di tempat. Mereka tidak tahu apa yang telah terjadi.Bagaimanapun, Yuna adalah orang yang paling diagungkan dalam penelitian kali ini. Sebelumny
“Chermiko, aku sarankan kamu jangan lanjutkan penelitian ini lagi.” Yuna menatap Chermiko sembari berkata, “Aku tahu kamu merasa nggak puas. Kamu ingin mengalahkanku. Tapi jangan gunakan penelitian ini untuk bertanding denganku. Penelitian ini nggak seharusnya di ….”“Cukup!” potong Chermiko. Dia pun tersenyum sinis. “Kamu kira kamu itu siapa? Atas dasar apa aku bertanding sama kamu? Aku merasa penelitian ini bermakna dan boleh dilanjutkan. Kalau kamu tidak ingin melanjutkan penelitian, kamu bisa pergi. Tidak akan ada orang yang melarangmu! Tapi atas dasar apa kamu menghancurkan semua data penelitian! Kamu kira kamu itu siapa!”Sepertinya Yuna tidak akan bisa membujuk mereka semua. Yuna langsung berjalan ke hadapan mereka semua. Dia menatap wajah dingin Chermiko dan juga wajah lara Delon, lalu berkata dengan datar, “Yang aku hancurkan itu adalah data hasil penelitianku. Berhubung aku yang menelitinya, memangnya aku nggak boleh menghancurkannya?”Seusai berbicara, Yuna langsung berjalan
“Nggak, Tante Bella ….” Kenzi menunjuk ke dalam.“Kak Yuna, kamu sudah pulang,” ucap Bella dengan tersenyum. Dia duduk di depan meja makan, tetapi dia tidak menyentuh makanan yang disajikan di atas meja. Yuna merasa agak syok. Padahal biasanya Bella tidak sabaran melahap seluruh makanannya.“Kenapa? Apa menu hari ini nggak sesuai sama seleramu?” Yuna yang memilih menu makanan untuk Bella. Dia sengaja memilih semua jenis makanan yang disukai Bella. “Nggak, cocok, kok!” balas Bella dengan tersenyum. “Aku hanya ingin makan bersamamu.”“Heh?”Yuna berjalan ke depan meja makan, lalu menatap makanan di atas meja, ada ayam paha tumis jamur, tahu telur kukus, ikan kukus kecap, dan juga tumis sayur. Hanya saja, semua makanan itu sudah dingin.Sebelumnya Yuna pernah mengatur jam makan Bella. Jadi, pelayan akan mengatur waktu penyajian makanan sesuai dengan jadwal. Makan malam Bella hari ini tergolong agak telat.Hanya saja, Yuna juga tidak berbicara banyak. Dia menggendong Kenzi ke atas kursi,
Yuna tersenyum dengan datar. “Siapa yang bilang sama kamu?”Senyuman di wajah Bella terlihat agak canggung. “Bukan, bukan, aku cuma asal bicara saja.”Sebenarnya hati Bella sungguh kacau. Di satu sisi, dia merasa dirinya tidak seharusnya percaya dengan omongan orang lain dan mencurigai Yuna. Namun di sisi lain, Bella memang mencurigai Yuna.Orang itu mengatakan Bella sedang keracunan. Dia bahkan mengatakannya dengan sangat yakin. Bella sungguh bingung saat ini.“Si Chermiko?” Setelah dipikir-pikir, satu-satunya orang yang berhubungan dengan Bella dan bisa menjelek-jelekkannya hanyalah dia.Yuna tidak pernah bertemu lelaki yang kekanak-kanakan seperti Chermiko. Padahal sebenarnya tidak ada konflik serius di antara dirinya dengan Chermiko. Namun, Chermiko malah terus menjelek-jelekkannya. Membosankan sekali!Lantaran tebakan Yuna benar, Bella semakin canggung lagi. Dia menunduk, lalu berkata dengan suara kecil, “Maaf.”“Kamu nggak usah minta maaf. Wajar kalau kamu curiga, apalagi waswas
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S