Saraf yang terlalu tegang juga bisa memengaruhi produksi hormon. Selain itu, apabila Bella tidak menganggap dirinya sebagai pasien dan tidak merasa dirinya seperti sedang berobat, pikirannya pasti bisa menjadi lebih rileks.“Oh, oke.” Bella mengangguk, lalu berkata, “Tapi, ayahku ....”“Untuk sementara, kita jangan kasih tahu ayahmu dulu, ya.” Setelah berpikir sejenak, Yuna pun memutuskan untuk mengingatkan Bella dan melanjutkan, “Anggap saja ... kamu mau memberinya sebuah kejutan.”“Kejutan?”“Benar!” Yuna mengangguk dengan yakin dan berkata, “Kalau kamu bisa meningkatkan kondisimu dan menjadi lebih bugar serta kurus, bukankah itu adalah sebuah kejutan baginya? Kalau nggak ... dia juga nggak akan terlalu kecewa. Benar, ‘kan?”Jika tidak menaruh harapan, seseorang tidak akan kecewa. Yuna berharap Bella bisa terlebih dahulu memperbaiki mentalnya sebelum menyesuaikan fisiknya.Setelah merenung sejenak, Bella mengangguk dengan bersemangat dan menjawab, “Oke!”Ucapan Yuna membuat Bella mer
Setelah tertegun sejenak, Susan masih merasa kebingungan dan bertanya, “Istrinya Pak Brandon? Siapa itu?”“Saya juga tidak jelas. Nona Bella itu temannya istri Pak Brandon. Dia diundang untuk pergi bertamu ke sana,” jawab pelayan itu. Dia tidak tahu jelas dan tidak berani berbicara terlalu banyak.“Istrinya ....”Sebelum Susan bisa menebak siapa orangnya, Chermiko sudah terlebih dahulu bertanya, “Apa maksudmu Yuna?”Dari semua orang bernama Brandon yang paling terkenal di Kanita dan mungkin memiliki hubungan dengan Edgar hanyalah Brandon Setiawan. Istrinya Brandon .... Heh, Chermiko tidak mungkin melupakan wanita itu! Ternyata yang namanya musuh memang sering bertemu.“Se ... sepertinya begitu.” Sebagai pelayan, mereka tidak berani bertanya terlalu banyak tentang urusan Bella. Hanya saja, dia sepertinya pernah mendengar nama Yuna.“Tuan Chermiko kenal dengannya?” tanya Susan dengan penasaran karena Chermiko bisa menebak dengan tepat.Chermiko tersenyum dingin dan menjawab, “Bukan hanya
Setelah mengunyah dengan pelan, Bella pun merasakan kelezatan yang tidak pernah dia rasakan saat makan biasanya. Hal ini membuatnya merasa sangat puas.Selesai makan, Yuna membuatkan segelas jus plum dan berkata, “Minumnya pelan-pelan, ya.”“Apa aku boleh minum ini?” tanya Bella dengan bingung setelah mencium aromanya.“Apa kamu nggak percaya sama aku?” tanya Yuna.Bella menggeleng. Justru karena percaya pada Yuna, dia bersedia membiarkan Yuna menyesuaikan tubuhnya dan menikmati makan siang yang menggembirakan tadi.“Sudah lama aku nggak merasakan perasaan seperti ini,” ujar Bella dengan penuh perasaan. Hari ini, dia merasa dirinya akhirnya berdamai dengan makanan. Dia bukan lagi seperti sedang berperang dengan makanan. Dia membutuhkan makanan, sedangkan makanan juga bisa memuaskan kebutuhannya. Semuanya sangat pas dan indah.Setelah menyesap jus plum itu, rasa manis menyebar ke seluruh mulutnya. Bella memejamkan mata untuk menikmati rasa jus plum itu dan tersenyum tulus.Pada saat ini
Yuna tidak menyangka ternyata Chermiko datang bersama Susan. Orang yang diizinkannya masuk hanyalah tantenya Bella, bukan Chermiko. Namun, berhubung Chermiko sudah masuk, dia tidak mungkin langsung mengusir Chermiko di depan tamu.Yuna pun tersenyum, lalu berkata, “Benar. Ternyata memang sial, minum air pun bisa tersedak dan lagi di rumah juga bisa kedatangan orang menyebalkan.”Begitu Yuna dan Chermiko bertemu, percikan api langsung timbul dan suasananya juga menjadi tegang. Meskipun tidak mengetahui apa hubungan mereka, Susan merasa ada yang tidak beres. Awalnya, dia mengira Chermiko mengenal Yuna dan tahu di mana rumah Yuna karena mereka berteman. Setelah tiba di rumah ini, kunjungan Chermiko malah langsung ditolak. Susan pun merasa keduanya mungkin bukanlah teman. Sekarang, begitu kedua orang ini bertemu, mereka malah langsung saling menyindir. Hal ini benar-benar sangat aneh.Susan menatap Chermiko yang terlihat tersenyum, tetapi menyembunyikan amarah di matanya, lalu melirik ny
Bagaimanapun juga, Chermiko tetap merasa yakin bisa mengalahkan Yuna dalam hal keterampilan medis dan pengobatan tradisional. Oleh karena itu, dia pun bertanya dengan sombong, “Memangnya kenapa?”“Hehe ....” Yuna hanya tersenyum sinis tanpa mengatakan apa-apa.“Kamu ....” Saat melihat sikap Yuna itu, Chermiko langsung murka dan ekspresinya menjadi dingin. Saat dalam perjalanan datang, dia bermaksud untuk berdiskusi secara baik-baik dengan Yuna. Namun, dia sudah melupakan niatnya itu.Awalnya, Chermiko berencana untuk menanyakan tentang data dari penelitian itu. Bagaimanapun juga, Yuna sudah bergabung dengan institut penelitian lebih lama darinya dan mengetahui lebih banyak hal dalam penelitian. Mungkin saja dia bisa mendapatkan inspirasi dari data yang dimiliki Yuna.Namun, Chermiko tidak menyangka bahwa hanya beberapa patah kata dari Yuna sudah bisa memancing emosinya. Dia pun langsung kehilangan akal sehatnya dan melupakan tujuan utamanya. Dia menyindir, “Sepertinya Nyonya Yuna tidak
Kali ini, Chermiko bukan hanya sedang bersandiwara, tetapi benar-benar langsung berjalan ke luar.Yuna tentu saja tidak akan menghentikan Chermiko. Lagi pula, bukan dia yang mengundang Chermiko datang kemari. Apalagi, dia juga pada dasarnya memang tidak ingin membiarkan Chermiko masuk.Saat melihat Yuna tidak berniat untuk menghentikan Chermiko, Bella juga tidak mengatakan apa-apa. Ini adalah rumah Yuna. Jika Yuna tidak bersuara, dia yang hanya merupakan tamu tentu saja juga tidak perlu melakukan apa-apa.Susan melirik ke kanan dan ke kiri, lalu buru-buru mengejar Chermiko sambil berteriak, “Tuan Chermiko! Tuan Chermiko! Dokter Genius ....”Berhubung Chermiko tidak berhenti, Susan pun merasa sangat panik dan langsung memanggilnya dengan sebutan dokter genius.Chermiko tiba-tiba menghentikan langkahnya, lalu berbalik untuk menatap Susan dan berseru, “Jangan panggil aku dokter genius! Wanita itu sangat terampil, suruh saja dia untuk mengobati keponakanmu itu!”Selesai berbicara, Chermiko
Yuna menatap Bella, lalu menjawab sambil tersenyum, “Aku juga nggak tahu jelas. Dia itu orang yang diundang tantemu. Tantemu mungkin lebih jelas soal itu.”Baru saja Bella hendak bertanya lagi, terdengar suara Susan yang nyaring dari arah pintu, “Aku tentu saja tahu jelas!”Setelah itu, Susan berjalan masuk dengan ekspresi yang agak muram. Dia menatap Yuna dan berkata, “Tuan Chermiko itu murid terakhir Pak Juan. Nyonya Yuna, kamu beruntung karena punya penampilan yang cantik dan suami yang baik. Tapi, kamu tidak mengerti penderitaan keponakanku. Aku sudah susah payah mengundang dokter genius itu, tapi kamu malah membuatnya pergi karena kesal. Haih!”Yuna tertawa dan menjawab, “Bu, kalau aku nggak salah ingat, ini rumahku. Aku punya hak untuk menentukan siapa yang boleh masuk atau nggak. Memangnya aku perlu izin dari orang lain?”Yuna masih belum mempermasalahkan tentang Susan yang membawa masuk orang tidak berkepentingan ke rumahnya. Namun, Susan malah terlebih dahulu berkomentar tenta
Selesai berbicara, Susan berjalan ke depan meja dan mengambil jus plum yang masih tersisa setengah itu sambil berkata, “Ini buktinya!”Melihat Yuna hanya mengangkat alisnya, Susan pun mencibir, “Kenapa? Tidak mau mengaku? Memangnya kamu berani bilang kalau ini bukan minuman manis? Biarpun tidak tahu mengenai situasi Bella, kamu juga tidak seharusnya menghidangkan minuman manis untuk orang yang begitu gemuk. Dia sudah datang dari pagi dan pasti makan siang di sini. Coba katakan, apa yang dimakannya siang tadi!”Bella tidak berani berkata-kata. Siang tadi, dia memang ada makan sedikit daging. Meskipun Yuna mengizinkannya untuk makan, dia tetap berusaha untuk mengendalikan diri. Namun, dia tetap merasa bersalah setelah memakannya.Sekarang, begitu Susan mengungkit tentang hal ini, Bella pun merasa lebih bersalah lagi, seolah-olah apa yang dimakannya adalah racun saja.“Memangnya aku harus melapor padamu tentang caraku menyambut tamu?” tanya Yuna dengan malas sambil bersandar dengan santai
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta