Yuna menatap Bella, lalu menjawab sambil tersenyum, “Aku juga nggak tahu jelas. Dia itu orang yang diundang tantemu. Tantemu mungkin lebih jelas soal itu.”Baru saja Bella hendak bertanya lagi, terdengar suara Susan yang nyaring dari arah pintu, “Aku tentu saja tahu jelas!”Setelah itu, Susan berjalan masuk dengan ekspresi yang agak muram. Dia menatap Yuna dan berkata, “Tuan Chermiko itu murid terakhir Pak Juan. Nyonya Yuna, kamu beruntung karena punya penampilan yang cantik dan suami yang baik. Tapi, kamu tidak mengerti penderitaan keponakanku. Aku sudah susah payah mengundang dokter genius itu, tapi kamu malah membuatnya pergi karena kesal. Haih!”Yuna tertawa dan menjawab, “Bu, kalau aku nggak salah ingat, ini rumahku. Aku punya hak untuk menentukan siapa yang boleh masuk atau nggak. Memangnya aku perlu izin dari orang lain?”Yuna masih belum mempermasalahkan tentang Susan yang membawa masuk orang tidak berkepentingan ke rumahnya. Namun, Susan malah terlebih dahulu berkomentar tenta
Selesai berbicara, Susan berjalan ke depan meja dan mengambil jus plum yang masih tersisa setengah itu sambil berkata, “Ini buktinya!”Melihat Yuna hanya mengangkat alisnya, Susan pun mencibir, “Kenapa? Tidak mau mengaku? Memangnya kamu berani bilang kalau ini bukan minuman manis? Biarpun tidak tahu mengenai situasi Bella, kamu juga tidak seharusnya menghidangkan minuman manis untuk orang yang begitu gemuk. Dia sudah datang dari pagi dan pasti makan siang di sini. Coba katakan, apa yang dimakannya siang tadi!”Bella tidak berani berkata-kata. Siang tadi, dia memang ada makan sedikit daging. Meskipun Yuna mengizinkannya untuk makan, dia tetap berusaha untuk mengendalikan diri. Namun, dia tetap merasa bersalah setelah memakannya.Sekarang, begitu Susan mengungkit tentang hal ini, Bella pun merasa lebih bersalah lagi, seolah-olah apa yang dimakannya adalah racun saja.“Memangnya aku harus melapor padamu tentang caraku menyambut tamu?” tanya Yuna dengan malas sambil bersandar dengan santai
Susan mencibir, lalu mendesak Bella untuk pergi, “Bella, ayo kita pulang!”Berhubung Yuna sudah mengusir Chermiko, Susan harus memikirkan cara untuk memohon padanya agar dia bersedia mengobati Bella lagi.“Kak Yuna, maafkan aku atas masalah hari ini ini, ya,” ujar Bella dengan penuh penyesalan sebelum keluar dari rumah Yuna. Bagaimanapun juga, dia datang untuk bertamu. Alhasil, anggota keluarganya malah datang untuk membuat keributan dan membawa tamu yang tidak disukai Yuna.“Nggak masalah. Kelak, sering-sering datang main ya!” kata Yuna.Bella mengangguk, lalu melirik ke arah Susan yang sedang mengomel di luar dan berjalan keluar. Setelah masuk ke mobil, Susan masih lanjut mengomel, “Bella, kenapa kamu bisa berhubungan dengan wanita seperti dia sih? Dia itu bukan orang yang baik! Dengar-dengar, dia pernah membuat pacarnya bangkrut sebelum menikah dengan Brandon. Dia juga membuat omnya Brandon diusir dari perusahaan sehingga harus hidup susah di gunung. Selain itu ....”“Tante, dari m
Memang bagus apabila Yuna berhasil membuat Bella menjadi kurus. Namun, jika Yuna gagal, Yuna pasti akan disalahkan.Sementara itu, Yuna merenungkannya sejenak dan bertanya sambil mengelus bibirnya, “Apa kamu tahu soal hubungan kerabat keluarga Bella?”“Maksudmu tantenya Nona Bella itu?” Brandon langsung mengerti maksud Yuna dan menjawab, “Mamanya sudah meninggal saat dia masih kecil. Pak Edgar terlalu sibuk dan tidak sempat mengurusnya. Selain pengasuh, hanya om dan tantenya yang merawat Bella dari kecil. Omnya juga punya seorang putri dan mereka berdua tumbuh besar bersama.”Sebenarnya, Brandon juga tidak tahu banyak mengenai situasi keluarganya Bella. Hanya saja, berhubung sering berhubungan dengan Edgar, dia pun mengetahui beberapa hal.“Kalau begitu, hubungan mereka seharusnya lumayan bagus, ‘kan?” tanya Yuna. Anehnya, dari sikap yang ditunjukkan Susan hari ini, Yuna merasa hubungan mereka tidak terlalu bagus. Jika hubungan mereka memang bagus, Susan tidak mungkin akan mengatai Be
“Dokter genius apa?” tanya Edgar langsung ke intinya.“Emm ....” Berhubung ucapannya dipotong begitu saja, Susan pun terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Di ... dia itu murid terakhir Pak Juan.”“Pak Juan yang dikenal sebagai dokter terunggul di dalam negeri itu?” Setelah berpikir sejenak, Edgar pun teringat tentang seseorang seperti itu.“Benar! Sebelumnya, kamu juga pernah ingin mengundangnya untuk mengobati Bella, ‘kan? Tapi, dia sudah mengasingkan diri dan tidak terlihat lagi selama beberapa tahun terakhir. Bahkan ada yang curiga dia sudah meninggal atau sakit parah. Tapi, murid terakhirnya juga sangat hebat.”Susan melanjutkan, “Dia masih muda, tapi sangat berbakat dan bisa membuat Pak Juan membuat pengecualian untuk menerimanya sebagai murid. Selain itu, dia juga dijuluki sebagai murid Pak Juan yang paling hebat. Aku berhasil mendapatkan nomor ponselnya dengan susah payah ....”“Di mana orangnya?” Edgar memotong ucapan Susan lagi dan melihat ke belakang Susan. Kemudian, dia meli
Edgar menatap Bella sejenak, lalu menghela napas dan duduk kembali.“Bella, coba katakan dengan jujur. Apa hari ini ... kamu sembarangan makan?” tanya Edgar dengan suara yang sangat tenang. Sangat jelas bahwa dia sedang berusaha menekan emosinya.Bella menjawab dengan pelan, “Papa, aku memang ada makan, tapi nggak sembarangan makan kok. Kak Yuna memberiku makanan sehat yang bisa menguatkan fisikku, tapi nggak akan membuatku bertambah gemuk! Kak Yuna sudah bilang, dengan tinggi dan berat badanku ini, laju metabolisme basalku sangat tinggi. Asalkan asupan kaloriku nggak melampaui laju metabolisme basal, aku pasti bisa kurus dengan cara defisit kalori. Papa, aku rasa cara ini akan bermanfaat!”Setelah makan siang, Bella masih belum merasa lapar sampai sekarang. Dulu, dia harus hidup menderita karena kontrol diet yang ketat. Setiap hari, dia hanya diperbolehkan untuk mengonsumsi tomat, timun, dan brokoli. Begitu memikirkannya, Bella langsung merasa ingin muntah.Bella tidak berani mengatak
Bella mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan tegas, “Tapi Papa … biarkan aku mencoba sekali ini saja! Untuk yang terakhir kalinya! Anggap … anggap saja aku bukan lagi diet. Kita juga nggak usah tetapkan target mesti turun berapa kilogram. Dengan kondisi sekarang, sepertinya nggak salah untuk mencoba. Papa biarkan aku mencoba sekali ini lagi, ya. Ketika aku bersama Kak Yuna, aku benar-benar merasa gembira. Aku yakin dia nggak bakal celakai aku!”Edgar merasa syok. Dia dapat merasakan tatapan penuh keyakinan di diri putrinya. Sudah lama dia tidak pernah melihat tatapan berkilauan seperti ini di diri putrinya. Hati Edgar mulai terasa luluh. “Tapi ….”“Papa, aku tahu kamu menghalangiku juga demi kebaikanku. Tapi aku benar-benar sudah muak dengan tomat, timun, dan sayur-sayuran itu. Papa saja yang nggak tahu aku pernah muntah berkali-kali. Aku sudah berusaha untuk menuruti ucapanmu!”Sambil berbicara, air mata Bella mulai menetes. “Aku juga ingin kurus, punya postur badan bagus, ingin pa
Setelah mendapat persetujuan dari sang ayah, keesokan paginya, Bella langsung keluar rumah dengan kegirangan. Dia tidak memberi tahu Yuna terlebih dahulu, dia berencana untuk memberitahunya secara langsung. Hari ini Bella juga berencana untuk makan di rumah Yuna. Dia bahkan sudah membayangkan makanan lezat apa yang akan dimakannya nanti.Baru saja Bella bersiap-siap untuk keluar rumah, Fahrel malah datang ke rumah dengan menenteng dua kantongan ke dalam rumah. Hatinya seketika berdegup kencang.Bella sungguh takut pamannya datang untuk menghasut ayahnya lagi dan pada akhirnya hati ayahnya malah goyah. Jika benar seperti itu ….“Bella, apa kamu mau keluar?” Melihat Bella, Fahrel duluan menyapa.“Emm, Om, kamu ….” Bella agak bingung ketika melihat Fahrel datang dengan menenteng kantongan besar dan kecil.Fahrel pun tersenyum. “Aku datang untuk mencari papamu. Apa papamu lagi di rumah?”Apa dugaan Bella! Om Fahrel datang untuk menghasut ayahnya. Kali ini, Bella spontan membalas, “Papa la
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta